Ario berjalan cepat ke ruang rawat di ruang UGD. Dia mendapat kabar dari mertuanya kalau Lasmini mengalami perdarahan karena terpeleset di taman belakang rumahnya.
Ario segera menghampiri istrinya yang terbaring lemah di ranjang perawatan.
"Istirahat saja jangan banyak bicara dulu, hm." Ario mengecup kening istrinya dengan lembut.
"Apa...apa anakku baik-baik saja, Mas?" tanya Lasmini sendu.
"Anak kita baik-baik saja. Tadi dokter mengatakan kalau beliau sudah menyuntikkan vitamin dan penguat supaya janinnya lebih kuat lagi. Dan dokter juga mengatakan kalau kamu bedrest di rumah sakit selama lima hari dan sisanya istirahat total di rumah," ucap Ario.
Lasmini menganggukkan kepalanya dan menatap Ario dengan tatapan sendu. Ario menautkan kedua alisnya saat tatapannya bertemu dengan tatapan istrinya.
"Ada apa, sayang? kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. C
Sudah lima hari Lasmini bedrest di rumah sakit akibat perdarahan yang dialaminya. Kini saatnya dia kembali pulang ke rumah setelah dokter memeriksa kondisinya. Dengan senyum yang merekah, Lasmini merapikan pakaiannya dan menunggu suaminya yang akan datang menjemput pulang ke rumah.Ario tersenyum sumringah melihat istrinya yang sudah siap dan tampak segar saat dia tiba di kamar rawat Lasmini. Dia mencium bibir ranum Lasmini yang semakin menggoda saat wanita cantik pujaan hatinya itu tersenyum menyambut kedatangannya.“Sudah siap?” tanya Ario sambil mengarahkan lengan kanannya untuk dirangkul istrinya.“Sudah dong, Mas, aku sudah siap dari tadi. Tinggal tunggu Mas Ario datang untuk menjemputku,” sahut Lasmini dengan senyum manis yang membuat Ario tidak tahan untuk tidak mencium kembali bibir ranum nan indah itu.Ario meletakkan kembali tas pakaian milik Lasmini di atas meja. La
Lasmini terbangun setelah dia merasakan ada benda lunak yang saat ini menyentuh bibirnya. Dan dia tersenyum saat melihat pemilik benda lunak itu yang kini sedang berada sangat dekat dengan wajahnya.“Selamat pagi! nyenyak sekali sepertinya Ibu hamil yang satu ini,” sapa Ario. Dia tersenyum sumringah melihat istrinya yang tetap cantik saat bangun dari tidurnya.“Nyenyak dong, Mas. Kan ada kamu yang selalu ada di sisiku untuk menjagaku,” jawab Lasmini. Dia terkekeh mendengar ucapannya sendiri yang baru saja dia lontarkan.“Iya, sayang. Aku akan selalu ada di sisi kalian. Dan aku senang kalau kalian merasa nyaman. Kalau kamu merasa nyaman dan tenang, maka anak kita dapat tumbuh dengan sehat karena ibunya juga sehat. Kalau ibunya sehat, maka bisa menghasilkan ASI yang banyak buat si dedek,” ucap Ario. Dia berkata sambil mengelus serta mencium perut istrinya yang masih rata.&n
Lasmini menatap tulisan itu dengan tatapan nanar. Dia tidak menyangka kalau suaminya begitu romantis. Dia memberikan hadiah yang indah dan dilengkapi dengan secarik kertas yang berisi kata-kata romantis di dalamnya. Ario menyebut kalau Lasmini adalah belahan jiwanya dan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan untuknya. Lasmini kemudian melipat kembali kertas itu dan menyimpannya di dalam kotak perhiasan itu. Dia lalu menyimpan kotak perhiasan itu di dalam lemari. Setelah itu Lasmini melakukan panggilan telepon kepada suaminya. Tak lama panggilan teleponnya segera diangkat oleh Ario. “Halo, sayang,” sapa Ario di seberang sana. “Halo, Mas, terima kasih hadiahnya. Tapi, aku sedang tidak berulang tahun. Kok, Mas kasih aku hadiah sih?” tanya Lasmini polos. Lasmini mendegar Suaminya tertawa di seberang sana. Lalu terdengar suara Ario di telepon.
Lasmini merasakan kalau hidung mancungnya ada yang memainkan dan pipinya ada yang mengelus serta menciumnya. Dia menghalau tangan yang saat ini tengah mengelus dan memainkan hidungnya dengan mata yang masih terpejam. Dia berpikir kalau saat ini dia sedang bermimpi sehingga Lasmini tidak mau membuka matanya. Namun, saat dia mendengar suara seorang anak kecil tertawa, seketika dia membuka matanya. Dan mendapati kalau dirinya tidak sedang bermimpi. Dilihatnya Bima sedang tertawa melihat ke arahnya.Lasmini mengerjapkan matanya menatap Bima yang kini merebahkan tubuhnya di samping dirinya. Lasmini tersenyum menatap Bima yang juga sedang tersenyum ke arahnya.“Kapan kalian tiba di rumah? sudah lama? Ayah kemana?” tanya Lasmini dengan pertanyaannya yang beruntun.Ario sebelumnya memang mengajak anaknya berjalan-jalan. Bima merengek untuk dibelikan mainan, sehingga seharian ini Ario menghabiskan waktunya di luar rumah bersama Bim
Dua bulan Kemudian. Kehamilan Lasmini kini telah mencapai usia empat bulan, dan saat ini Lasmini tidak merasakan morning sick lagi seperti yang dia alami sebelumnya. “Mas, aku akan mengadakan syukuran kalau aku sudah melewati trimester pertama dan janin yang ada di rahimku ini sudah kuat,” ucap Lasmini pada saat Ario baru saja merebahkan tubuhnya di kasur. “Ya sudah, lalu apa rencana kamu untuk syukuran itu sendiri?” tanya Ario menatap wajah istrinya yang kini semakin cantik. “Aku akan mengadakan santunan anak yatim, aku akan memesan makanan untuk dibagikan di panti asuhan dan memberikan uang kepada masing-masing anak. Lalu aku akan mengundang keluarga untuk makan-makan di sini. Untuk makanannya aku sudah tanya pada catering langganan Ibuku. Aku juga rencananya akan membagikan makanan ke tetangga sekitar rumah. Jadi aku akan memesan nasi box untuk anak-anak panti asuhan dan juga untuk tetangga di sini,” sahut Lasmini. Dia lalu merebahkan kepalanya di dada bidang Ario. “Ya sudah ka
Ario lalu menghentikan kegiatannya dan berjalan ke arah pintu. Dia lalu membuka pintu kamarnya. Dia tersenyum kala mendapati Bima yang ada di depan pintu, ditemani oleh Asih. Anak itu menekuk wajahnya dan berkata, “Aku mau tidur sama Ayah dan Bunda.”Ario tertawa lebar. Dia lalu menggendong anaknya seraya berkata, “Iya, tapi Bima langsung tidur. Sekarang sudah malam. Anak kecil tidak boleh tidur malam-malam.”Bima menganggukkan kepalanya. Bima lalu memeluk tubuh Lasmini saat Ario merebahkan tubuh mungil itu di atas kasur. Lasmini mengusap punggung anaknya agar segera tidur.Ario tersenyum sumringah kala melihat Bima sudah tertidur pulas. Dia kemudian melanjutkan kembali serangannya di tubuh Lasmini yang tadi sempat tertunda.Lasmini mendesah saat tangan Ario hinggap di dua benda yang menjadi asset di dadanya yang kini menjulang karena kehamilannya. Ario memijat dua benda itu s
Ario berhenti sejenak. Dia ingin memastikan apakah anaknya itu akan terbangun atau tidak? senyum terbit di sudut bibirnya ketika melihat Bima tertidur kembali.“Bima tertidur lagi, sayang. Dia anak yang pengertian. Dia tahu saja kalau Ayahnya kangen pada Ibunya.” Ario terkekeh saat melontarkan kata-kata tersebut.Lasmini pun ikut tertawa mendengar ucapan Ario tadi.“Tapi kamu yakin, Mas, kalau Bima sudah tertidur lagi? apa dia tidak pura-pura tertidur?” tanya Lasmini bergurau. Dia sendiri yakin kalau anaknya itu sudah tertidur lagi. Dia hanya senang menggoda suaminya.“Ck, Jelas-jelas Bima sudah tertidur lagi. Apalagi yang diragukan.” Setelah itu, Ario kembali melancarkan serangannya di tubuh Lasmini. Hingga bulan pun bersembunyi di balik awan, malu menyaksikan kegiatan pasangan suami istri itu yang kini tengah memadu kasih.***Tiga bul
Dua bulan kemudian....Lasmini tersenyum melihat kamar bayi yang warnanya sangat ‘girly’ dan indah dilihat. Lasmini berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Lasmini semenjak tahu bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan. Di saat dia tengah berkeliling kamar bayi, tiba-tiba saja Lasmini meringis sambil memegang perutnya. Dia lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia sudah mulai terbiasa dengan kontraksi dini yang kadang timbul secara tiba-tiba dan menghilang setelah beberapa menit. Namun kali ini yang dia rasakan sama sekali beda dengan yang biasanya. Kali ini rasanya lebih sakit dan terasa terus-menerus sakitnya.“Mini! kamu kenapa?” tanya Ario saat dia memasuki kamar bayi.“Perut-ku mulas, Mas. Aku merasa ada sesuatu yang mendorong ke bawah,” ucap Lasmini melirih.“Hah! jangan-jangan ka