Share

Part 44. Kau Harus Pergi

“Mama mana?” Aku bertanya pada Johannes dengan posisi berlutut. Kuusap wajahnya yang telah basah dan memerah.

Setiap tetes air mata yang jatuh dari pipinya seolah menjadi hantaman besar untukku. Tetesan-tetesan itu seakan berubah menjadi anak-anak panah yang siap menyerbu ulu hati.

Tatapan yang selalu penuh dengan binar dan semangat, kini terlihat sayu dan penuh rasa takut.

Johannes menggeleng pelan. Tampak sekali bahwa ia tengah ketakutan. Mungkin saja bayang-bayang ketika Sergio mengamuk masih terputar dengan jelas di otaknya.

Aku tahu betul Sergio tidak pernah marah sebelumnya. Bahkan ia pantang membentak anak-anak. Wajar saja jika mereka terlihat ketakutan seperti itu.

Kubawa mereka ke dalam dekapan. Mengabaikan rasa sakit di bagian intim. Sebab, sakit di bagian itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hati. Bocah-bocah ini belum mengerti apa pun. Namun, harus nenjadi korban atas semuanya.

Kurasakan jantung mereka berdegup dengan sangat cepat. Pertanda bahwa kondisi mental me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status