Share

Part 48. Sikap yang Beda

Alarm ponsel terdengar berbunyi dengan keras. Aku menggeliat, mengulurkan tangan untuk meraih benda pipih itu. Mata terasa begitu silau saat cahaya dari ponsel langsung bertabrakan dengan retina.

“Sudah adzan?” Sergio bertanya dengan suara seraknya. Ia melepas pelukan, lalu menggeliat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.

Aku hanya mengangguk, lalu bangkit untuk duduk, sesekali masih menguap karena mengantuk.

Suara adzan tidak terdengar hingga ke sini, jadi kami hanya bisa menyetel alarm ponsel setiap kali tiba waktu adzan sebagai penanda harus sholat.

Sergio ikut bangkit, ia mengusap wajah dengan kedua tangan ketika rasa kantuk itu kembali menyerang. Rasanya mata baru tertutup, sudah dipaksa untuk kembali dibuka.

Aku turun dari ranjang, menyambar handuk yang tergantung di lemari, lalu beranjak menuju kamar mandi. Ingin mandi terlebih dahulu sebelum sholat Subuh.

“Mandi bareng, Mi.” Sergio berucap seraya ikut turun dari ranjang.

Aku menolak, pagi ini rasanya tidak ingin mandi d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Iya benar Dinda lebih baik pisah rumah saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status