Pengakuan yang Radit buat tentu saja membuat Nyonya Yessi panik. Ia tidak menyangka putranya terlalu polos untuk berkata jujur di waktu seperti itu kepada keluarga istrinya. "Radit, jangan konyol! Aku tahu belakangan ini pekerjaan di sana pasti membuatmu tertekan. Tapi mengaku kamu keturunan Keluarga Cakranomoto, itu sudah keterlaluan!" tegur Lucy."Ayah sudah tahu kalau kamu mendapatkan uang warisan dari mendiang kakeknya Lucy. Seperti halnya rumah ini. Jadi jangan mengarang bebas seperti itu," imbuh Tuan Rudy."Cih! Hampir saja aku tertipu sikap manismu. Ternyata ini uang dari ayah mertuaku? Kenapa kamu harus berbohong, hah? Kamu takut kalau mertuamu meminta bagian dari uang itu juga?" sindir Nyonya Winey.Radit dengan cepat bereaksi. Ia menggeleng dan menggerakkan tangannya."Tidak, ayah dan ibu mertua ... Lucy ... kalian harus mempercayaiku. Aku benar-benar keturunan konglomerat. Aku ....""Hentikan, Radit!" cegah Nyonya Yessi.Nyonya Yessi mencubit perut di sisi kiri putranya de
Radit menjadi korban keganasan tiga ekor singa betina yang mengamuk dan saling serang. Ancaman menelepon polisi tidak mampu menghentikan perkelahian itu. Raditpun akhirnya sedikit keras. Ia melepaskan Nyonya Winey yang dikeroyok oleh kedua iparnya dengan menarik sang mertua, dan mendorong Nyonya Shopia dan juga Nyonya Bella. Masing-masing mencoba mempertahankan diri agar tidak terjungkal."Apa Kak Winey takut sehingga membawa menantu tak tahu malu ini kemari?" sindir Nyonya Shopia."Aku tidak mengajaknya kemari. Aku tidak takut kepada kalian berdua!""Halaah! Buktinya mengapa dia datang bak pahlawan kesiangan. Berani-beraninya dia mendorongku!" seru Nyonya Bella. Nyonya Winey yang lengannya ditarik dan dipegang oleh Raditpun melotot ke arah menantunya. "Lepaskan aku!"Radit reflek melepaskan sang ibu mertua yang posisinya tidak stabil. Akhirnya Nyonya Winey terjungkal."RADITTTTTT!!!"Tentu saja adegan itu membuat Nyonya Bella dan Nyonya Shopia terpingkal-pingkal menertawakan iparny
Tuan Rudy bergegas pulang. Ia langsung menemui istrinya. "Sayang, apa yang sudah kamu lakukan tadi?"Nyonya Winey langsung menoleh. Ia duduk bersama Radit dan Lucy. Ia langsung berdiri lalu berkacak pinggang."Harusnya aku yang memberikanmu pertanyaan. Kenapa kamu menyembunyikan semuanya dariku dan sengaja membiarkan adik-adikmu menguasai semuanya?" cebik Nyonya Winey. Ia menepuk pundak menantunya. "Untung ada Radit. Dia menolongku. Dia membawakan banyak bukti kalau mereka telah berbuat curang," lanjut Nyonya Winey mencoba memuji Radit."Aku ... aku sengaja melakukannya karena apa yang ditinggalkan mendiang ayahku semua tidak ada artinya. Perusahaan itu akan bangkrut, rumah ayah pun pasti akan disita untuk menutupi sisa hutang di perusahaan, begitupun aset yang lainnya. Aku sangat tahu barang apa saja yang ayahku jaminkan untuk perusahaannya."Tuan Rudy menatap Radit. "Pasti kamu yang mengompor-ngompori istriku, kan? Dasar mental miskin. Kamu pasti mengincar harta warisan milik putri
Lucy menahan tawanya hanya karena kepolosan Radit."Aku hanya ingin minum. Apa kamu pikir aku ingin menyirammu dengan air ini?""Nggg ... Nggak, aku hanya–" Radit menutupi rasa malunya."Aku tidak seperti ayah atau ibuku yang jahat kepadamu. Aku memang kesal, tapi aku hanya perlu minum untuk menenangkan perasaanku," potong Lucy lalu meminum segelas air yang digenggam tangannya.****Keesokan harinya, sepulangnya Radit dari kantor. Radit berencana memberikan Lucy kejutan sederhana lagi. Entah mengapa, akhir-akhir ini dirinya merasa Lucy selalu menghiasi mimpinya dan pikirannya. Hatinya juga selalu berdebar bila di dekat istrinya itu.Apakah Radit mulai jatuh cinta?Radit akhirnya mampir ke sebuah toko bunga ternama. Radit masuk ke dalam toko itu lalu disambut seorang wanita yang Radit rasa adalah pemilik toko bunga itu."Selamat datang di kios bunga kami, ada yang bisa kami bantu, Tuan?" tanyanya dengan ramah.Baru kali ini Radit masuk di toko buka ternama, dan dihargai seperti itu. Bi
Lucy membuang pandangannya. Ia tak tahan berlama-lama menatap Radit. Lama-kelamaan pesona Radit juga mulai menghantui mimpi-mimpi indahnya."Lucy, kenapa kamu diam saja?" "Kamu mau aku jawab apa? Aku hanya tidak ingin melihat kamu tersiksa. Aku tidak mungkin mencintaimu.""Kenapa? Apa karena kamu juga menyalahkanku? Kamu tidak percaya bahwa pelakunya bukan aku?""Dit, please!""Aku akan menangkap pelakunya. Aku akan membuktikan bahwa bukan aku yang menabrakmu malam itu. Jadi, kumohon jangan tutup hatimu untuk belajar mencintaiku juga."Lucy tertawa lirih. "Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Lebih baik kita lupakan saja! Pergilah mandi!" Lucy menyudahi semuanya. Radit tidak dapat memaksa Lucy untuk memahami perasaannya. Meski dia ditolak, Radit tidak akan putus asa untuk memperbaiki pernikahannya yang hambar itu. Ia akan mencoba membuat Lucy jatuh cinta kepadanya.****Usai menyegarkan badannya, Radit keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk menutupi area bawahnya. Dibiarkannya
Radit tidak memiliki pilihan lain, ia menghubungi Tuan Brando untuk menolongnya. Belum sempat terhubung, dari arah belakang ada yang memukul Radit hingga ia jatuh tersungkur."Hahaha! Kemarin kami boleh kalah. Kali ini kami menang satu langkah!" ucapnya sambil menaruh tongkat kayu di atas bahunya. "Kalian lagi ...." Radit langsung mengenali orang-orang yang menyerangnya."Kemana Nona Flo kalian bawa? Kalian pasti yang menculiknya!" tuduh Radit berupaya bangkit. Namun, tubuhnya ditendang dengan keras sekali lagi.Radit mengerang kesakitan sambil memegang perutnya. Ia ditertawakan.Ditengah gelak tawa preman-preman itu, seseorang yang berpakaian rapi dan elegan muncul. "Jadi ini yang namanya si Radit?" Dia berjongkok lalu dengan ringan menampar Radit bolak-balik hingga darah merah segar keluar dari hidung dan bibir Radit."Siapa kamu?" "Hahaha! Kamu sudah berani-beraninya mencampuri urusanku kemarin. Sekarang kamu kemari lagi untuk menemui Flo. Hmm, kurasa kamu harus merasakan akibat
Beberapa jam sebelum Tuan Deo menyeret putranya bertemu Radit.Dengan amarah yang sudah mencapai di ubun-ubun, Tuan Deo yang sudah tahu di mana biasa putranya berada langsung berangkat saat mengakhiri percakapannya di telepon bersama Tuan Mandala. Pria setengah berumur itu menggunakan mobil jeepnya membelah jalan aspan melewati hutan pinus menuju villa sang putra.BRAAAKKK! Tuan Deo mendapati putranya hampir saja melakukan tindakan asusila terhadap seorang wanita buta yang sedang menangis memohon agar Kenzo mengasihaninya."Anak tidak tahu malu!" teriak Tuan Deo membuat Kenzo terkejut setengah mati.Tuan Deo menendang putranya yang sudah memamerkan dada bidangnya. Sementara gadis tak berdaya itu gemetar dengan kondisi tubuhnya tak terbungkus apapun. Tuan Deo meraih selimut untuk menutupi tubuh sang gadis."Nak, kamu sudah aman."Gadis itu gemetaran. Ia tidak tahu ada siapa lagi yang baru datang. Pikirannya kacau."Pelayan! Pelayan!" teriak Tuan Deo. Pelayan masuk dengan pandangan tu
Ternyata Nyonya Winey keluar dengan membawa koper."Loh ibu mau ke mana?" tanya Radit."Mau pergi saja dari rumah ini!" tandasnya.Mendengar jawaban ketus dengan wajah ditekuk, Radit paham jika mertuanya ngambek kepadanya.Radit meraih koper lalu merebutnya dan mengembalikannya masuk ke kamar. "Eehhh kok dibawa masuk lagi?" protes Nyonya Winey."Sebelum pergi, aku mau tunjukkin sesuatu di bawah. Ayo ikut, Bu!" Baru mau meraih tangan ibu mertuanya. Tangan Radit langsung ditepis."Jangan sentuh! Aku tidak mau ikut denganmu lagi!"Radit tidak pantang menyerah. Ia kembali mencoba meraih tangan sang ibu mertua. "Ayo, Bu. Ikut! Sehabis melihat ke bawah, ibu boleh memutuskan jadi pergi dari sini atau tidak," bujuk Radit.Radit menarik tangan mertuanya dan membawa Nyonya Winey turun ke tangga dan mengikuti langkahnya.Sesampainya di ruang tengah keluarga. Mata Nyonya Winey terbelalak. Sosok yang diidolakan ada di depan matanya."Ya, ampun! Radiiiiittttt ...." pekik Nyonya Winey bergantian ki