Tuan Darmaji itu tidak tahu saja, siapa pria yang berhasil mendapatkan seorang Lucy Nasution. Dia adalah Raditya Cakranomoto, keturunan dari Keluarga Cakranomoto, pemilik perusahaaan Pionir Grup.Sekarang, Tuan Darmaji sedang bermain-main dengan takdir kematiannya sendiri. Bagaimana tidak? Pria itu hari ini nekat membayar OB di kantornya untuk melarutkan obat tidur di minuman Lucy dan menyuruh sang OB mengunci mereka berdua dari luar. Bagi Tuan Darmaji, ini adalah kesempatan emas bisa berduaan dengan wanita secantik Lucy. Apalagi melihat kondisi Lucy di kursi roda. Tuan Darmaji merasa Lucy tidak akan bisa lari dari dirinya. Jika terjadi kesepakatan, dia bisa mencicipi Lucy dan merekam segala aktivitas mereka untuk dijadikan alat agar bisa memeras Lucy di waktu yang akan datang lagi. Sepicik itu pikiran Tuan Darmaji yang sudah terhasut setan di otaknya. Ia tidak bisa mengontrol dirinya. Dia mulai menyentuh tangan Lucy yang baru saja meletakkan cangkir tehnya."Mengenai usaha apa yang
Nyonya Seruni gemetar. Di sisi lain ia masih mencintai suaminya, namun tidak dapat dipungkiri, kegilaan suaminya membuat darahnya mendidih. Kebenciannya jauh lebih besar kepada sang suami karena suaminya mulai nekat bermain gila."Tuan, ini adalah perusahaan keluarga saya. Apakah karena manusia terkutuk itu, keluarga saya harus menanggungnya juga. Jika Anda mau, Anda bisa membakar kantor ini saja. Asal gudang jangan, saya mohon!" ucapnya dengan suara gemetar.Mendengar ucapan istrinya, Tuan Darmaji benar-benar syok. Ia lalu berteriak. "Hey, wanita tua yang peyot! Kau pikir kau siapa menjadikanku tumbal, hah! Susah payah aku menikahi dan menerima kamu, ini balasanmu? Dasar penyihir tua keriput!" Radit memberi aba-aba kepada salah seorang anak buahnya. Tiba-tiba OB yang dibayar Tuan Darmaji ditarik masuk dan disuruh mengaku. Tuan Darmaji tidak berkutik."Bagaimana Nyonya Seruni? Aku ada penawaran menarik, aku akan bermurah hati hanya saja kau yang harus melakukan ini. Apakah kamu ingin
Kejadian kemarin membuat Radit sore ini sebelum tiba di kantornya, menepi dulu ke sebuah toko perhiasan yang terkenal di kotanya. Radit ingin sekali memberikan hadiah untuk istrinya. Menurutnya, selama ini dirinya belum pernah memberikan kado mewah untuk Lucy karena ia tidak memiliki cukup uang. Namun, kini dirinya sudah memiliki kartu unlimited pemberian Tuan Brando, Sekarang Radit merasa perlu membelikan Lucy kado perhiasan tanpa takut dengan mahalnya benda itu."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" seorang pelayan menyapa Radit."Saya ingin membelikan istri saya hadiah. Bisa kah Anda memberikan rekomendasi untuk saya?" tanya Radit.Pelayan itu memperhatikan Radit dengan seksama. Terlihat kalau senyuman yang diberikan pelayan itu adalah senyuman mengejek. "Oh, hadiah untuk istri ya? Hmm ... mari ikut saya," ucapnya. Pelayan itu menuju konter perhiasan yang terlihat biasa saja. Harga yang di pajang di sana pun hanya berkisar 1 juta hingga 3 juta saja. Radit sungguh tahu
Hari ini Tuan Husen sedang mengadakan rapat mengenai laporan dugaan tindakan korupsi yang terjadi di anak perusahaan mereka yaitu Cakra Chanel Companies. Tuan Husen juga meminta Harris dan Radit turut serta mengikuti rapat.Awalnya Harris memprotes karena menurutnya Radit hanya karyawan magang saja. Berbeda dengan dirinya yang meskipun magang, tapi dia merupakan keturunan dari Keluarga Cakranomoto. Harris merasa Radit hanya orang lain yang tidak perlu tahu urusan internal perusahaan. Sayangnya, Tuan Husen tidak menggubris protes dari Harris karena Tuan Mandala turut serta dalam rapat. Tuan Mandala yang memutuskan agar cucunya itu ikut serta."Kau mau menolak Radit lagi? Apa kurang puas dengan hasil DNA yang menyatakan dia putramu!" Tuan Mandala melempar hasil tes yang keluar dari rumah sakit milik keluarga mereka."Ayah, aku masih belum bisa menerima semuanya. Aku butuh waktu," ucap Tuan Husen saat membaca hasil DNA. Tubuhnya bergetar hebat. Dia merasa ayah sekaligus suami yang gagal
Nyonya Winey dengan bibir gemetar berusaha memberanikan diri menjawab sapaan Idris. "Selamat sore, Tuan Idris." Wajah Nyonya Winey sedikit menengadah. Meski matanya tak fokus menatap mata Idris. "Aku sungguh tidak menyangka, Nyonya Winey benar-benar datang kemari seorang diri dan tanpa polisi. Wow, hebat!" Tepuk tangan dari seorang Idris sungguh menyadarkan Nyonya Winey kalau dirinya sedang berhadapan dengan orang berdarah dingin.Nyonya Winey menelan salivanya. Butuh beberapa detik mengumpulkan nyali untuk menyahuti ucapan Idris. "Aku sudah menuruti semua mau Anda. Datang sendiri tanpa melibatkan siapapun termasuk polisi. Sekarang, mari kita berdiskusi soal hutang. Aku tidak mau suami dan putriku keamanannya terancam karenaku," ucap Nyonya Winey lagi."Hahaha ... Nyonya Winey, sepertinya Anda tidak tahu bagaimana jika seorang Idris kehilangan kesabarannya menghadapi orang yang tidak mau membayar hutang. Ck. Tidak semudah itu aku melepaskan mereka, karena mereka juga keluargamu. Angg
Semua anak buah Idris mengepung Radit dan juga Coco. Kini mereka berdua saling memunggungi satu sama lain karena bersiap untuk siaga jika diserang.Seseorang baru saja tiba di kantor itu. Pakaiannya rapi, berjas abu-abu dengan sepatu pantofel mengkilat. "Idris, saudaraku. Bagaimana kabarnya si Nyonya Winey seka–" Ucapannya terhenti saat melihat Radit tengah dikepung oleh pasukan Idris."Hahaha ... Coba lihat siapa yang datang kemari! Ck. Apakah kau kemari untuk menyelamatkan ibu mertuamu?" desis Tuan Doddy sambil tersenyum licik.Radit sungguh terkejut. Rupanya dibalik ini semua, ada Tuan Doddy yang menjadi dalangnya. Rupanya akibat kekalahan di kasino kemarin, Tuan Doddy menaruh dendam."Tuan Doddy, kau akan ku buat menyesal sudah menyakiti keluarga istriku," ucapnya dengan nada dingin. "Huuu ... takut ... ha ha ha ...." Tuan Doddy tertawa puas. "Apakah kau sedang mengancamku, Radit? Kau bahkan sudah dikepung orang-orang dari temanku yang perkasa ini. Belum tentu kau selamat setela
Radit kembali ke lantai dasar, tempat Coco, Tuan Idris dan Tuan Doddy berada. Radit menatap nanar ke arah Idris dan Tuan Doddy. Mereka diikat tak berdaya oleh Coco dan anak buahnya."Tuan muda, sekarang Anda lah pemegang keputusan. Anda mau lakukan apa kepada dua sampah ini, terserah Anda!" ucap Coco saat menghampiri Radit.Radit memancarkan sinar mata kebencian. Tuan Idris dan Tuan Doddy bergidik ngeri karena melihat sorot tajam Radit seakan ingin membunuh mereka.Radit menarik sudut bibirnya, lalu memanggil Coco kembali. "Tolong bawakan minyak dan korek api. Aku ingin membakar orang-orang yang sok ini hidup-hidup!" titah Radit dengan wajah dinginnya."Baik, Tuan." Coco memberi komando kepada anak buahnya untuk mengikuti perintah Radit.Kini Tuan Doddy benar-benar takut. Hingga ia tak sadar jika pipis di celananya. Ia tak mengira, manusia kampungan sekelas Radit ingin menghabisinya dengan cara tragis.Tak lama, anak buah Cocokembali dengan membawa apa yang Radit minta. Radit menyerin
Radit mengernyitkan keningnya. Ia memperhatikan wajah gadis yang menyapanya. Radit sangat mengingat siapa gadis itu. "I–iya. Kamu ... Stevi kan?" Radit begitu terkejut dipertemukan oleh cinta pandangan pertamanya di tempat ini. Sayangnya, gadis itu bersama pria lain."Hai, Radit. Cukup lama kita tidak bertemu. Apa kabar?""Kabarku baik." Radit tersenyum lalu berniat ingin menyalami gadis itu. Mendadak pria di dekatnya langsung bereaksi.Pria bernama Jordi yang merupakan kekasih Stevi tersenyum sinis. "Kau mengenal pria lusuh ini, Sayang? Dia pasti pelayan di hotel ini.""Oh, iya. dia adalah teman SMA-ku dulu," jawab Stevi. Radit tersipu saat Stevi mengenalinya. Dia sangat senang, jika perempuan itu tidak melupakannya."Aku bukan pelayan di sini. Aku hanya sedang berkunjung kemari untuk makan malam," jawab Radit sejujurnya."Oh, hahaha ... maafkan aku. Aku pikir kamu adalah pelayan. Penampilanmu sungguh ...." Jordi tidak melanjutkan komentarnya. Radit sungguh tahu, pria itu hanya me