Share

Bab 51. Bergerak Ke Istana

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-25 01:34:12

Sementara kelompok para wanita tetap berada di titik berkumpul itu, mereka segera menyiapkan tempat untuk memasak nasi dan ikan yang berada di dalam puluhan peti yang tadi dibawa dari kediaman Wayan Bima, sementara beras yang akan mereka masak berasal dari setiap warga yang ikut maupun yang tinggal di pemukiman desa.

Di sana juga terdapat puluhan gerobak kuda yang nanti akan digunakan membawa nasi dan lauk-pauk yang telah dibungkus daun pisang, kembali terlihat kebersamaan para warga desa yang telah lama menghilang sejak kepemimpinan Saka Galuh yang membuat para warga cenderung hidup sendiri-sendiri karena kerap mendapat tekanan dari pihak istana.

Melihat dari banyaknya para warga yang ikut bergerak ke istana Kerajaan Dharma, agaknya halaman istana yang terbilang luas itu tidak akan sanggup menampung, bahkan lautan manusia yang berasal dari para warga desa di seluruh kawasan Pulau Dewata itu akan dapat mengepung keliling istana Kerajaan.

Jarak Desa Waru dengan istana Kerajaan Dharma m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 52. Pertempuran Sengit

    “Apa-apaan ini..! Berani-berani kalian berteriak seperti itu..! Apa kalian sudah bosan hidup..!” gertak Saka Galuh yang berusaha menutup rasa gugup dan ketakutannya.“Hei, Arga Komang kenapa kau diam saja dan justru berdiri berdampingan dengan mereka? Cepat usir mereka semua..!” sambungnya memberi perintah pada Panglima sambil berkacak pinggang.Arga Komang pura-pura tak mendengar seruan dari raja Kerajaan Dharma itu, ia sengaja tetap bercakap-cakap dengan Arya dan Wayan Bima di barisan depan para prajurit dan warga desa yang telah berbaur jadi satu.“Panglima...! Kau dengar tidak kalau aku memberi perintah..?!” Saka Galuh kembali berseru dengan suara sangat keras.“Kau pikir aku tuli, Saka Galuh..?! Aku dengar semua yang kau teriakan itu..! Akan tetapi perlu kau ketahui saat ini aku tidak lagi menjadi Panglimamu..!” Arga Komang berseru tak kalah lantangnya.“Keparat..! Kurang ajar kau telah berani berkhianat..!”“Ha.. Ha.. Ha..! Kau memang tidak patut lagi untuk dihormati, dan sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 53. Saka Galuh

    “Mampus kau bocah edan..! Wuuuuuus..! Wuuuuuuuus..!” seru Lakas Geni seiring di kedua telapak tangannya dan telapak tangan Gento Geni mengeluarkan pusaran api besar dan di lesatkan ke arah Arya yang berdiri cengengesan di depan mereka di jarak 7 tombak.Dua pusaran api melesat cepat ke arah Arya yang ternyata telah bersiap untuk menghadapinya, begitu pusaran api berada 3 tombak dari tubuhnya sang pendekar lepaskan kembali ajian Topan Gunung Sumbing.“Blaaaaaaaam..! Blaaaaaar..!” kembali kedua pusaran api yang dilesatkan Lakas dan Gento Geni itu meledak memercikan kembang api lalu lenyap menjadi abu bertebaran di udara.Lakas dan Gento Geni terkejut karena salah satu ajian andalan mereka kembali berhasil diredam Arya, Lakas Geni memberi isyarat pada Gento Geni untuk kembali menyerang lawan.“Kau takan bisa lolos kali ini bocah edan..!” seru Lakas Geni seiring dia dan Gento Geni mengeluarkan rantai besi sepanjang setengah meter dari balik pakaian bagian belakang mereka.Rantai itu merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 54. Karma Saka Galuh

    “Benar Paman, Arya telah membuat mampus kedua pendekar bayaran itu di sana!” seru salah seorang warga yang berada di samping Arya yang tadi menyaksikan langsung perkelahian sang pendekar dengan 2 orang utusan Pangeran Durjana itu.“Ya Paman, pendekar kita telah membuat mampus kedua pendekar bayaran itu di sana,” seru salah seorang warga yang berada di samping Arya yang tadi menyaksikan langsung perkelahian sang pendekar dengan 2 orang utusan Pangeran Durjana itu.“Nah, sekarang kau dengar sendiri Saka Galuh! Tak ada seorangpun yang bisa membelamu lagi,” ujar Wayan Bima, Saka Galuh yang kedua tangannya terikat ke belakang itu hanya diam namun masih bersikap congkak.“Lepaskan saja ikatan di tangan mereka itu Paman, tak baik juga orang yang sudah tak berdaya kita perlakukan seperti itu. Lagi pula dia hendak lari ke mana? Seluruh kawasan ini telah dikepung oleh warga,” ulas Arya, Wayan Bima mengangguk lalu memberi kode pada Arya Komang untuk membuka ikatan di tangan Saka Galuh dan Ibunya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 55. Diangkat Menjadi Ratu

    Tak berselang lama setelah beberapa prajurit membawa kedua mayat itu, dari arah depan istana terlihat rombongan para wanita datang dengan puluhan gerobak kuda membawa nasi dan lauk-pauk yang dibungkus daun pisang.Setelah tiba di depan pintu gerbang istana yang saat itu terbuka lebar, Sekar yang didampingi Weni dan Senjani menghampiri Arya, Wayan Bima dan Arga Komang di halaman istana. Meskipun Sekar sendiri tahu jika nanti Saka Galuh lengser tahta Kerajaan itu akan jatuh kepadanya, namun sikapnya tetap rendah hati dan berbaur dengan rombongan wanita yang bertugas menyediakan makanan untuk para warga yang ikut dalam aksi pelengseran Saka Galuh itu.“Aku dengar dari para warga di depan istana, bahwasanya kita telah berhasil melengserkan Saka Galuh dari tahta Kerajaan. Apa benar begitu, Paman?” tanya Sekar yang memimpin rombongan para wanita yang tadi ditugaskan memasak dan menyediakan makanan untuk seluruh warga desa yang ikut dalam pemberontakan itu.“Benar Sekar, istana Kerajaan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 56. Para Wanita Dan Arya

    “Terima kasih yang mulia, kami mohon diri untuk kembali ke desa kami,” ucap salah seorang kepala desa itu, Sekar pun mengangguk sembari tersenyum.Para kepala desa beserta warga masing-masing meninggalkan kawasan istana Kerajaan Dharma itu dengan suka cita, yang tinggal di sana hanya para sahabat Wayan Bima beserta keluarga yang memang kembali diangkat sebagai orang-orang penting di istana Kerajaan itu.Seno dan keluarganya juga diminta Sekar untuk tinggal di istana, dan tentu saja Seno sekeluarga merasa senang dan merasa terhormat menjadi bagian dari keluarga besar istana Kerajaan Dharma itu.Sekar dan semua yang tadi berada di belakang istana tepatnya di depan 2 buah gudang besar sekarang tengah menuju ke ruangan bersingasana di mana selama ini menjadi milik Saka Galuh, setibanya di dalam ruangan Sekar pun di persilahkan duduk di singasana lalu semuanya duduk di deretan kursi-kursi di depannya.“Paman Wayan dan semua yang ada di sini, bagaimana kalau kita juga mengadakan acara syuku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 57. Teror Di Desa Sampang

    “Kraaaaaaak...! Duuuuuuuuum..! Treeeeetektektek...!” belasan rumah warga di Desa Sampang runtuh dilalap api berasal dari belasan obor yang tadi dilemparkan oleh orang-orang berpakaian serba hitam.Akibat dari semua itu penghuni pemukiman Desa Sampang berlarian berpencar ke segala arah, beberapa orang tewas umumnya pria yang menentang aksi pembakaran dan pengusiran warga desa itu secara paksa, sementara para wanita dan anak-anak banyak yang terluka akibat terjatuh saat berlari menjauh dari pemukiman desa itu.Keadaan di sana saat itu benar-benar mencekam, puluhan pria berpakaian serba hitam makin brutal dan sulit dilawan oleh para warga yang kemampuan bela diri mereka jauh di bawah rata-rata puluhan orang yang datang menyerang secara tiba-tiba itu.Ada sekitar 400 kepala keluarga di desa itu yang di paksa pergi memencar tak tentu arah, jarak antara sebuah desa dan desa lainnya pada masa itu di Pulau Madura cukup jauh hingga dalam keadaan panik para warga Desa Sampang tak begitu memikir

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 58. Kiai Bimo

    Nun di ujung timur Pulau Madura terdapat deretan pemondokan yang dihuni sekitar 50 orang santri, pemodokan itu dipimpin oleh seorang kiyai yang cukup di kenal memiliki ilmu keagamaan dan bela diri mempuni.Para santri di sana di samping diajarkan ilmu agama juga dilatih seni bela diri, hingga setiap tahunnya selalu ada murid yang datang dan pergi setelah menguasai kedua ilmu yang diberikan itu.Malam itu seperti biasa selepas sholat magrib berjamaah di sebuah mushola yang dibangun di samping kanan bangunan pemodokan, Kiyai pemimpin pemodokan itu memberi ceramah sekaligus mengajarkan ilmu lebih dalam tentang pemahaman agama Islam.“Hidup di dunia ini hanya sementara saja, kehidupan kekal di akhirat nanti. Untuk itu para santriku semua harus dapat memanfaatkan hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya, di samping tekun beribadah kita juga harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Allah SWT. Tidak menginginkan hamba-Nya yang hanya beribadah tapi malas berusaha begitu pula sebal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 59. Padepokan Gagak Hitam

    “Kedua orang tuamu telah dimakamkan, mari kita do’akan mereka agar mendapat tempat sebaik-baiknya yaitu surga,” Mantili kecil ikut tengadahkan tangan meniru apa yang dilakukan Kiai Bimo, begitu pula dengan beberapa orang warga yang tadi membantu pemakaman kedua orang tua Mantili.“Namamu siapa anak manis?” tanya Kiai Bimo setelah berdo’a dan berterima kasih pada beberapa orang warga yang membantu menguburkan serta mendo’akan kedua orang tua gadis kecil itu.“Mantili Kek,” jawab Mantili yang sudah hentikan tangisnya.“Karena kedua orang tuamu telah tenang di sana, bagaimana kalau Mantili ikut dan tinggal dengan Kakek?” Mantili langsung anggukan kepala karena dia merasa nyaman dengan Kiai Bimo.“Kalau begitu ayo sekarang kita berangkat ke tempat Kakek di seberang pulau ini, nanti sewaktu-waktu jika kamu ingin ke sini melihat makam kedua orang tuamu kakek akan izinkan jika kamu sudah dewasa,” tutur Kiai Bimo.“Iya Kek,” ulas Mantili, setelah berpamitan dan berbicara beberapa patah kata d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 117. Padepokan Gagak Timur

    Meskipun di langit tampak beberapa awan yang menyelimuti tapi pagi itu cukup cerah dan di perkirakan menjelang siang hujan tidak akan turun, di sebuah kawasan yang di sana terdapat sungai besar memanjang banyak terdapat pemukiman dan deretan lahan persawahaan yang luas milik warga desa.Sungai itu bernama Sungai Berantas, yang tak jauh dari kawasan itu tampak pula menjulang tinggi Gunung Kawi, di pinggiran Sungai Berantas itu lah berdiri sebuah bangunan Kerajaan yang sangat besar dan Megah.Kerajaan itu salah satunya yang sampai sekarang tak mampu ditundukan Pangeran Durjana bersama Padepokan Nerakanya di kawasan timur Pulau Jawa, termasuk pula Padepokan Gagak Timur yang di pimpin Welung Pati yang saat itu berada tidak jauh dari perbatasan wilayah kekuasaan Kerajaan besar di pinggiran Sungai Berantas.Kerajaan itu sendiri tidak lain adalah Kerajaan Kediri, yang pada masa itu di pimpin oleh Prabu Jayabaya. Pada masa itu pula Kerajaan Kediri berkembang sangat pesat hingga di kenal sampa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 116. Dendam Terbalaskan

    “Wuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaam..! Blaaaaaaar..!” Bola berwarna hijau pekat itu pun meledak di tengah-tengah antara Lenggo Lumut dan Mantili yang berhadap-hadapan sejarak 7 tombak.“Bedebah..! Kembali Bola Lumut Beracun ku mampu ia bendung..!” geram Lenggo Lumut dalam hati, sementara Arya yang kini duduk santai berjuntai-juntai di atas atap salah satu bangunan padepokan tertawa membuat Ketua Padepokan Lumut itu makin geram.“Mantili..! Kali ini kau tidak akan lolos lagi..! Nyawamu akan melayang menyusul arwah kedua orang tuamu di neraka..! Hiyaaaaaaaaaaat..!” berawal dengan merentangkan kedua tangannya ke atas kemudian menghentakannya ke tanah, tubuh Lenggo Lumut berubah berwarna hijau keseluruhannya dan bentuk tubuhnya sedikit lebih besar dan tinggi.Tubuh Lenggo Lumut yang menghijau itu ia putar perlahan makin lama makin kencang seperti gasing menderu mengejar Mantili seiring dengan lesatan sinar-sinar hijau yang puluhan jumlahnya, Arya sempat di buat terkejut dan ingin melompat memban

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 115. Arya Sengaja Mengalah

    “Hiyaaaaaat..! ajian Cincin Bulan Menentang Angin..! Blaaaaaaam..! Blaaaaaaaar..!” puluhan benda bulat berwarna ke kuning-kuningan itu meledak sebelum tiba di tempat Mantili berdiri, hal itu di karenakan cahaya putih berupa lingkaran yang berasal dari kedua telapak tangan yang di putar oleh murid Kiai Bimo melesat dan menghantam ke semua Bola-bola kematian itu.Ratu Lentik bukan kepalang terkejutnya, ia tak menyangka jika lawannya memiliki ajian sedahsyat itu.“Jika ajian Bola-bola Kematian tidak mempan, saat aku akan beri dia pelajaran dengan ajian Gelang-gelang Setan!” gumam Ratu Lentik.Kedua tangan Ratu Lentik nampak di gerak-gerakan ke atas dan ke bawah, kemudian di kedua tangannya itu mulai dari siku hingga pergelangan memancar cahaya kuning menyilaukan, cahaya itu makin terang seiring munculnya beberapa buah gelang memenuhi dari siku hingga pengelangan tangannya itu.“Hiyaaaaaaat..! Kali ini kau pasti mampus wanita keparat..! Ziiiiiiiiiing..! Ziiiiiiiiiiing..!” beberapa buah ge

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 114. Bentrokan Sengit

    Dengan segera ia memerintahkan anak buahnya untuk siaga berbaris di depan padepokan seperti pagar, sementara Lenggo Lumut dan Ratu Lentik itu sendiri berada di belakang barisan anggota padepokan itu.Arya yang memimpin pasukan para warga desa memberi aba-aba untuk berhenti saat mereka telah berjarak sekitar 7 tombak dari barisan anggota Padepokan Lumut itu, kemudian Arya dan Mantili berjalan lebih mendekat sementara Saga yang di tunjuk untuk memimpin anggota Padepokan Lumut ikut maju ke depan menghampiri.“Hemmm, apakah kau yang bernama Lenggo Lumut itu?!” tanya Mantili.“Bukan, namaku Saga.”“Ternyata Ketua kalian sosok yang pengecut juga, berlindung di ketiak anak buahnya! Ha.. ha.. ha..!” Mantili tertawa, hal itu membuat rahang Lenggo Lumut mengembung.Lenggo Lumut terpancing emosi mendengar kata-kata yang dilontarkan Mantili terhadapnya, meskipun Ratu Lentik telah berusaha mencegah namun ia tetap bersikeras untuk maju berdiri sejajar dengan Saga.“Kau bilang aku pengecut..?!”“Ha.

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 113. Lenggo Lumut Terkejut

    “Berhenti..!” seru salah seorang dari mereka pada rekannya, mereka pun hentikan kuda masing-masing.“Kalian sabar jangan bertindak apa-apa dulu tunggu perintahku,” Arya yang mengetahui lebih awal jika puluhan orang di depan mereka itu adalah para anggota Padepokan Lumut memperingatkan pasukannya agar tidak bertindak lebih awal sebelum ia perintahkan.Sementara pasukan anggota Padepokan Lumut itu perlahan-lahan mulai mendekat, lalu kembali berhenti di jarak 5 tombak dari pasukan para warga desa yang di pimpin Arya itu.Arya dan Mantili bergerak lebih dekat lagi sejarak 2 tombak, beberapa orang dari anggota Padepokan yang mengenal wanita di samping pria berpakaian putih itu berbisik-bisik dengan rekannya yang lain.“Oh, rupanya kau wanita bedebah yang menghajar beberapa orang rekan kami itu?!” salah seorang yang diduga pemimpin pasukan anggota Padepokan Lumut itu buka suara.“Hemmmm, rekan-rekanmu itu lebih bedebah dan pantas diberi pelajaran!” Mantili balas mengumpat.“Sudah Mbak Manti

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 112. Sama-sama Bergerak

    Meskipun Arya menyarankan agar jangan terlalu menuruti rasa dendam, namun rasa itu takan mampu di usir sepenuhnya di hati Mantili. Murid Kiai Bimo itu akan bertarung sampai titik darah penghabisan, ia tidak akan pernah bisa tenang sebelum dapat membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya itu pada Lenggo Lumut.Walaupun Mantili tidak mengeluarkan Pedang Bulan dan ajian-ajian andalan yang ia miliki, namun karena semangatnya berlatih membuat gerakan-gerakan di tunjukannya tampak gesit sekali. Arya pun kagum dan yakin jika Mantili nantinya akan dapat mengatasi Ketua Padepokan Lumut itu, sang pendekar berharap dia dan para warga desa-desa besok pagi berhasil menumpas padepokan itu.Sementara malam itu Lenggo Lumut tampak di ruang tengah di temani Ratu Lentik, kemarahannya tadi sore pada anak buahnya masih saja menyenak di hatinya. Lenggo Lumut marah bukan semata-mata karena kegagalan anaknya itu dalam menjalankan tugas yang ia berikan, namun lebih pada rasa penasaran siapa pendekar wani

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 111. Lenggo Lumut Murka

    “Ajian Topan Gunung Sumbing, ajian itu juga berguna untuk membentengi diri dari serangan lawan,” jawab Arya.“Lalu ajian dahsyat yang Mas gunakan untuk menghabisi Ketua Padepokan Gagak Hitam di Pulau Madura itu apa?”“Oh, kalau itu adalah salah satu ajian andalanku bernama Telapak Petir. Ajian itu akan aku keluarkan ketika saat menghadapi lawan yang memang sangat berbahaya dan sulit di taklukan,” tutur Arya.“Tapi aku minta nanti apabila kita akan bergerak menumpas Padepokan Lumut, Ketua padepokan yang bernama Lenggo Lumut itu biar aku saja yang menghadapinya. Aku ingin membalaskan dendam tewasnya kedua orang tuaku olehnya,” pinta Mantili.“Hemmm, tentu saja Mantili. Namun yang terpenting kita berhasil menumpas Padepokan Lumut di samping dendam yang hendak kamu balas pada ketua padepokan itu,” ujar Arya.“Tentu saja Mas, karena tujuan utama kita memang itu. Sedangkan urusanku dengan Lenggo Lumut adalah urusan pribadi,” Mantili memahami dan dapat menyisihkan antara tugas mulia dan dend

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 110. Ajian Cincin Bulan Menentang Angin

    “Ya Mas, sebaiknya memang kami mencari mereka ke desa-desa lainnya karena di sini tidak kami temui. Terima kasih Mas Pati kami mohon diri,” Pati Dewo hanya mengangguk sembari tersenyum berpura-pura ramah padahal di hatinya saat itu ingin menghajar rombongan Padepokan Lumut yang datang itu.Rombongan utusan Padepokan Lumut itu kembali naik ke atas kuda mereka masing-masing, kemudian berlalu meninggalkan halaman kepala Desa Cagar itu menuju desa-desa lainnya.Pati Dewo tentu saja lega dan puas karena rombongan utusan itu percaya saja dengan semua yang ia katakan jika Deka dan rombongan tidak pernah datang menemuinya, kepala Desa Cagar itu sudah cukup senang karena berhasil mengerjai anak buah Lenggo Lumut itu.*****Saat Arya dan Mantili tiba di rumah Sapto kepala Desa Tandur, di halamannya terlihat beberapa ekor kuda dan pria berpakaian serba hijau berbicara dengan kepala desa itu sambil berdiri. Mereka tampak bersitegang karena adu mulut, melihat hal itu Arya dan Mantili mempercepat l

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 109. Menaruh Harapan Pada Arya

    Pagi itu setelah beristirahat di rumah Sapto kepala Desa Tandur, Arya dan Mantili menuju Desa Telaga yang terletak tidak jauh dari desa itu di sebelah barat. Mereka berpapasan dengan beberapa warga di sana yang hendak menuju lahan persawahan, hingga Arya dan Mantili yang bertanya rumah kepala desa mereka di antar langsung oleh salah seorang warga Desa Telaga itu ke kediaman Pamungkas.Pamungkas yang memang selalu ramah menerima kedatangan tamu di kediamannya, kedatangan Arya dan Mantili pun di terima dengan baik dan sangat ramah.“Maaf sebelumnya, Kisanak berdua datang dari mana?” tanya Pamungkas.“Kami datang dari Desa Tandur Mas, namaku Arya dan ini Mantili.”“Oh dari Desa Tandur, desa tetangga yang paling terdekat rupanya. Namaku Pamungkas dan aku sebagai kepala desa di sini,” ujar Pamungkas yang juga memperkenalkan dirinya.“Ya Mas, kami juga tadi di beritahu salah seorang warga yang tadi mengantar kami ke sini,” ulas Arya.“Terima kasih sebelumnya aku ucapkan mewakili seluruh war

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status