Share

Bab 54. Karma Saka Galuh

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2024-10-29 02:24:01

“Benar Paman, Arya telah membuat mampus kedua pendekar bayaran itu di sana!” seru salah seorang warga yang berada di samping Arya yang tadi menyaksikan langsung perkelahian sang pendekar dengan 2 orang utusan Pangeran Durjana itu.

“Ya Paman, pendekar kita telah membuat mampus kedua pendekar bayaran itu di sana,” seru salah seorang warga yang berada di samping Arya yang tadi menyaksikan langsung perkelahian sang pendekar dengan 2 orang utusan Pangeran Durjana itu.

“Nah, sekarang kau dengar sendiri Saka Galuh! Tak ada seorangpun yang bisa membelamu lagi,” ujar Wayan Bima, Saka Galuh yang kedua tangannya terikat ke belakang itu hanya diam namun masih bersikap congkak.

“Lepaskan saja ikatan di tangan mereka itu Paman, tak baik juga orang yang sudah tak berdaya kita perlakukan seperti itu. Lagi pula dia hendak lari ke mana? Seluruh kawasan ini telah dikepung oleh warga,” ulas Arya, Wayan Bima mengangguk lalu memberi kode pada Arya Komang untuk membuka ikatan di tangan Saka Galuh dan Ibunya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 55. Diangkat Menjadi Ratu

    Tak berselang lama setelah beberapa prajurit membawa kedua mayat itu, dari arah depan istana terlihat rombongan para wanita datang dengan puluhan gerobak kuda membawa nasi dan lauk-pauk yang dibungkus daun pisang.Setelah tiba di depan pintu gerbang istana yang saat itu terbuka lebar, Sekar yang didampingi Weni dan Senjani menghampiri Arya, Wayan Bima dan Arga Komang di halaman istana. Meskipun Sekar sendiri tahu jika nanti Saka Galuh lengser tahta Kerajaan itu akan jatuh kepadanya, namun sikapnya tetap rendah hati dan berbaur dengan rombongan wanita yang bertugas menyediakan makanan untuk para warga yang ikut dalam aksi pelengseran Saka Galuh itu.“Aku dengar dari para warga di depan istana, bahwasanya kita telah berhasil melengserkan Saka Galuh dari tahta Kerajaan. Apa benar begitu, Paman?” tanya Sekar yang memimpin rombongan para wanita yang tadi ditugaskan memasak dan menyediakan makanan untuk seluruh warga desa yang ikut dalam pemberontakan itu.“Benar Sekar, istana Kerajaan ini

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 56. Para Wanita Dan Arya

    “Terima kasih yang mulia, kami mohon diri untuk kembali ke desa kami,” ucap salah seorang kepala desa itu, Sekar pun mengangguk sembari tersenyum.Para kepala desa beserta warga masing-masing meninggalkan kawasan istana Kerajaan Dharma itu dengan suka cita, yang tinggal di sana hanya para sahabat Wayan Bima beserta keluarga yang memang kembali diangkat sebagai orang-orang penting di istana Kerajaan itu.Seno dan keluarganya juga diminta Sekar untuk tinggal di istana, dan tentu saja Seno sekeluarga merasa senang dan merasa terhormat menjadi bagian dari keluarga besar istana Kerajaan Dharma itu.Sekar dan semua yang tadi berada di belakang istana tepatnya di depan 2 buah gudang besar sekarang tengah menuju ke ruangan bersingasana di mana selama ini menjadi milik Saka Galuh, setibanya di dalam ruangan Sekar pun di persilahkan duduk di singasana lalu semuanya duduk di deretan kursi-kursi di depannya.“Paman Wayan dan semua yang ada di sini, bagaimana kalau kita juga mengadakan acara syuku

    Last Updated : 2024-10-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 57. Teror Di Desa Sampang

    “Kraaaaaaak...! Duuuuuuuuum..! Treeeeetektektek...!” belasan rumah warga di Desa Sampang runtuh dilalap api berasal dari belasan obor yang tadi dilemparkan oleh orang-orang berpakaian serba hitam.Akibat dari semua itu penghuni pemukiman Desa Sampang berlarian berpencar ke segala arah, beberapa orang tewas umumnya pria yang menentang aksi pembakaran dan pengusiran warga desa itu secara paksa, sementara para wanita dan anak-anak banyak yang terluka akibat terjatuh saat berlari menjauh dari pemukiman desa itu.Keadaan di sana saat itu benar-benar mencekam, puluhan pria berpakaian serba hitam makin brutal dan sulit dilawan oleh para warga yang kemampuan bela diri mereka jauh di bawah rata-rata puluhan orang yang datang menyerang secara tiba-tiba itu.Ada sekitar 400 kepala keluarga di desa itu yang di paksa pergi memencar tak tentu arah, jarak antara sebuah desa dan desa lainnya pada masa itu di Pulau Madura cukup jauh hingga dalam keadaan panik para warga Desa Sampang tak begitu memikir

    Last Updated : 2024-10-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 58. Kiai Bimo

    Nun di ujung timur Pulau Madura terdapat deretan pemondokan yang dihuni sekitar 50 orang santri, pemodokan itu dipimpin oleh seorang kiyai yang cukup di kenal memiliki ilmu keagamaan dan bela diri mempuni.Para santri di sana di samping diajarkan ilmu agama juga dilatih seni bela diri, hingga setiap tahunnya selalu ada murid yang datang dan pergi setelah menguasai kedua ilmu yang diberikan itu.Malam itu seperti biasa selepas sholat magrib berjamaah di sebuah mushola yang dibangun di samping kanan bangunan pemodokan, Kiyai pemimpin pemodokan itu memberi ceramah sekaligus mengajarkan ilmu lebih dalam tentang pemahaman agama Islam.“Hidup di dunia ini hanya sementara saja, kehidupan kekal di akhirat nanti. Untuk itu para santriku semua harus dapat memanfaatkan hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya, di samping tekun beribadah kita juga harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Allah SWT. Tidak menginginkan hamba-Nya yang hanya beribadah tapi malas berusaha begitu pula sebal

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 59. Padepokan Gagak Hitam

    “Kedua orang tuamu telah dimakamkan, mari kita do’akan mereka agar mendapat tempat sebaik-baiknya yaitu surga,” Mantili kecil ikut tengadahkan tangan meniru apa yang dilakukan Kiai Bimo, begitu pula dengan beberapa orang warga yang tadi membantu pemakaman kedua orang tua Mantili.“Namamu siapa anak manis?” tanya Kiai Bimo setelah berdo’a dan berterima kasih pada beberapa orang warga yang membantu menguburkan serta mendo’akan kedua orang tua gadis kecil itu.“Mantili Kek,” jawab Mantili yang sudah hentikan tangisnya.“Karena kedua orang tuamu telah tenang di sana, bagaimana kalau Mantili ikut dan tinggal dengan Kakek?” Mantili langsung anggukan kepala karena dia merasa nyaman dengan Kiai Bimo.“Kalau begitu ayo sekarang kita berangkat ke tempat Kakek di seberang pulau ini, nanti sewaktu-waktu jika kamu ingin ke sini melihat makam kedua orang tuamu kakek akan izinkan jika kamu sudah dewasa,” tutur Kiai Bimo.“Iya Kek,” ulas Mantili, setelah berpamitan dan berbicara beberapa patah kata d

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 60. Siasat Licik Sandaka

    “Pulau Dewata berada di timur Pulau Madura ini, pulau itu juga memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan terdapat sebuah Kerajaan dengan menguasai puluhan desa.”“Seperti yang Ketua katakan jika di Pulau Dewata telah terdapat sebuah Kerajaan, lalu bagaimana caranya kita akan dapat juga menguasai pulau itu?” Sabo semakin tak mengerti.“Ha.. Ha.. Ha..! Karena aku tahu jika raja yang memimpin Kerajaan Dharma itu adalah orang yang lemah dan bodoh, makanya aku yakin akan dapat menundukannya.”“Apakah Ketua pernah ke Pulau Dewata dan ke Kerajaan Dharma yang Ketua katakan itu?”“Ya, aku pernah ke sana beberapa tahun yang lalu bersama sahabatku Pangeran Durjana. Pada waktu itu Saka Galuh nama raja yang kini memimpin Kerajaan Dharma meminta Pangeran Durjana untuk membunuh Prabu Swarna Dipa yang saat itu memegang tahta Kerajaan, kami berhasil membunuh Prabu Swarna Dipa itu yang tidak lain adalah Ayah kandung dari Saka Galuh itu sendiri.”“Benar-benar keji, untuk merebut tahta Kerajaan Saka Galu

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 61. Para Warga Trouma

    Rasa trouma yang mendalam juga dirasakan oleh para istri-istri yang suaminya tewas pada saat berhadapan dengan anak buah Sandaka murid Padepokan Gagak Hitam, akan tetapi mereka mau tak mau harus mengikuti Mahfud kepala Desa Sampang yang mengungsi ke salah satu desa di kawasan Pulau Madura itu.“Wah, ada Mas Mahfud. Tumben datang berkunjung?” seorang pria bangkit dari duduknya di sebuah pendopo rumah.“Gawat Samin, desa kami diserang segerombolan orang tak dikenal. Makanya aku ke sini membawa beberapa wanita dan anak-anak yang suami serta Ayah mereka tewas saat berusaha menghadapi gerombolan itu,” tutur Mahfud, pria bernama Samin mengarahkan pandangannya pada beberapa orang wanita dan anak-anak yang dibawa Mahfud itu.“Mari Mas kita bicara di pendopo, dan mereka di suruh masuk saja ke rumah,” ujar Samin, lalu ia mengikuti Mahfud untuk mempersilahkan para wanita dan anak-anak untuk masuk ke rumah miliknya yang cukup besar dan memiiki halaman yang luas itu.Di pendopo itu ada beberapa or

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 62. Tinggalkan Kerajaan Dharma

    “Hemmm, Ratu Kerajaan Dharma yang cantik dan bijaksana. Memang tidak ada larangan dari Guruku untuk memiliki perasaan cinta pada lawan jenis, akan tetapi mungkin belum saatnya aku melahirkan perasaan itu di hatiku karena masih harus menjalankan tugas yang di amanatkan,” tutur Arya mencari alasan, padahal sudah ada 2 wanita yang berhasil membuat hatinya bergetar yaitu Bidadari Selendang Biru di Pulau Jawa dan Peri Salju di Negeri Di Atas Awan.Arya paling tidak bisa dihadapkan dengan masalah perasaan, itu merupakan kelemahan baginya. Disatu sisi ia tidak merasa enak jika harus menolak wanita yang memang ia anggap hanya sebatas sahabat atau adik sendiri, di sisi lain jika ia menerima juga merasa bersalah karena harus ditinggal dalam waktu yang tidak dapat ditentukan lamanya karena musti menjalankan amanat dari Gurunya sebagai seorang pendekar pembela kebenaran.“Baiklah jika memang itu sudah menjadi keputusan Mas, aku akan berlapang dada menerimanya. Hanya satu yang aku pinta dari Mas A

    Last Updated : 2024-11-05

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 163. Menuju Gunung Tangkuban Perahu

    Hingga malam datang Sultan Demak masih kepikiran akan hal yang terjadi di kawasan barat daerah kekuasaannya itu, beberapa orang petinggi istana Kesultanan juga dimintai pendapat.Pagi itu cuaca di Desa Randu Alam nampak berkabut, itu disebabkan bukan karena cuaca buruk melainkan karena letak desa itu yang di kelilingi bukit disetiap ujung lahan persawahan warga, hingga munculnya kabut dingin berupa embun dari angin yang berputar-putar di kawasan desa itu.Setelah matahari mulai tampak di ufuk barat perlahan kabut yang menyelubungi desa itupun menghilang, Arya beranjak dari duduknya yang saat itu berada di pendopo bersama Bayu dan Lastri menikmati minuman hangat dan panganan kecil.“Saya mohon diri dulu Paman dan Bibi untuk menemui Bidadari Selendang Biru di pondok Gurunya di lereng Gunung Tangkuban Perahu, moga saja dia berada di sana.”“Iya Arya, Paman dan Bibimu juga akan ke sawah untuk menghalau burung karena padi sudah mulai berisi,” ujar Bayu.“Berarti tak lama lagi Paman dan Bib

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 162. Sultan Demak Resah

    “Seluruh penghuni Pulau Jawa bahkan Pulau Andalas sana nantinya akan geger saat mengetahui jika kamu telah kembali dalam keadaan selamat tak kurang satu apapun jua,” duga Bayu.“Wajar saja Paman, saya sendiri hampir tak percaya dengan semua yang telah terjadi.” Ulas Arya.“Yang paling kasihan Bidadari Selendang Biru, dia sangat sedih kehilanganmu Arya. Seringkali dia datang ke sini,” ujar Lastri yang mengetahui jika Arya memiliki hubungan dekat dengan gadis itu.“Apa dia juga menyangka saya sudah tewas, Bi?”“Iya, tapi dia selalu penasaran akan jasadmu yang tak kunjung ditemukan.” Jawab Lastri.Arya tampak menarik napasnya, ia seperti merasakan kesedihan yang dialami kekasihnya itu. Ingin rasanya saat itu juga murid Nyi Kondek Perak itu mencarinya ke lereng Gunung Tangkuban Perahu tempat di mana pondok Guru gadis itu berada, akan tetapi hari telah senja tak lama lagi malam akan tiba dan dia juga telah berniat akan mengunjungi makam kedua orang tuanya di depan rumah Paman dan Bibi angk

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 161. Paman Dan Bibi Angkat

    Arya segera memapah perempuan itu dan mendudukannya di sebuah bangku di ruangan depan rumah itu, saking terkejutnya hingga raut wajah perempuan paruh baya itu terlihat agak pucat.“Bi Lastri kenapa tiba-tiba saja terkejut begitu? Sekarang coba tenangkan diri dulu lalu ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Arya.“Siapa yang tidak terkejut melihat orang yang dikabarkan telah meninggal lalu datang secara tiba-tiba,” ujar perempuan paruh baya itu yang tidak lain adalah Lastri Bibi angkat Arya, ia masih tak percaya jika pemuda yang ikut duduk di sampingnya itu adalah keponakan angkatnya.“Jadi Bi Lastri mengira saya sudah meninggal? Dari mana Bibi mendengar kabar itu? Lihat saya masih hidup, Bi Lastri tidak sedang bermimpi tapi ini kenyataan,” tutur Arya mengenggam erat kedua telapak tangan Bibi angkatnya itu.“Gusti Allah, maha besar kuasamu..!” pecahlah tangis haru Lastri saat menyadari jika semua itu bukanlah mimpi tapi kenyataan jika keponakan angkatnya yang dikabarkan telah

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 159. Sikap Aneh Dan Bejad

    “Bagus, lain kali jika saya bertemu dengan kalian lagi jangan sampai diminta dulu baru dikasih. Ya sudah silahkan kalian jalan lagi!” serunya, para pedagang itu pun mengangguk lalu meneruskan perjalanan dengan gerobak kuda masing-masing. Sepeninggalnya para pedagang pria bertopeng itu tersenyum sambil melambung-lambungkan kantong berisi uang logam itu, kemudian setelah dimasukan ke kantong celana ia pun melompat ke punggung kuda dan berlalu dari tempat itu. “Kalian merasa aneh tidak dengan sikap Tuan Pendekar tadi?” tanya salah seorang pedagang yang berada di barisan tengah karena mereka menjalani gerobak kudanya berjejer ke belakang.“Iya, saya juga merasakan ke anehan itu. Yang saya dengar dari orang-orang yang pernah bertemu dengannya, sosok Pendekar Rajawali Dari Andalas itu sangat baik dan suka menolong. Tapi kenapa saat kita bertemu dengannya sama sekali tidak ada sikap baiknya itu, berterima kasih pun tidak saat kita memberikan uang kepadanya,” jawab salah s

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 158. Pria Bertopeng

    Seorang pria berpakaian serba putih memakai ikat kepala berwarna putih pula dan di punggungnya tersandang sebilah pedang tampak memacu kudanya dengan kencang setelah ke luar dari hutan belantara, memasuki sebuah kawasan pemukiman warga desa ia memperlambat gerak kudanya.Sebuah kedai menjadi tujuannya, begitu tiba di depan kedai pria berpakaian serba putih itu memautkan kudanya lalu masuk ke dalam. Kedai itu sangat ramai karena memang siang itu para warga atau pun pedagang yang melintas di sana mampir untuk makan siang, pria itu duduk di bagian paling belakang.Sebagian besar pengunjung kedai melihat ke arahnya, karena penampilannya memang berbeda dengan pengujung lainnya. Pria berpakaian serba putih itu ternyata menutupi wajahnya dari mulut ke atas, hingga sulit dikenali.Seorang pelayan datang menghampiri meskipun pada awalnya juga ragu karena merasa heran dengan penampilan pria itu, namun sebagai pelayan tentu saja dia harus tetap ramah dan bersedia melayani siap

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 157. Permintaan Sang Pendekar

    “Baguslah jika kau sadar telah ditipu dan hampir dimanfaatkan orang untuk melakukan pemberontakan kepadaku, akan tetapi tetap saja kau akan saya jatuhkan hukuman berat!” seru Sang Prabu.“Dan kau Adipati Seto Wirya, karena berani membawa keris pusaka Kerajaan secara diam-diam juga akan mendapatkan hukuman yang berat pula!” sambung Raja Kerajaan Kediri itu.“Raden Ayu..” panggil Arya dengan suara pelan.“Ya, ada apa Kakang?”“Hukuman berat yang dikatakan Baginda Prabu itu seperti apa?”“Seberat-beratnya akan dihukum mati Kakang, atau di penjara berpuluh tahun.”Arya hampir saja terperanjat dari berseru saking terkejutnya kalau saja dia tak menyadari saat itu tengah duduk tidak jauh dari Sang Prabu, dengan segera ia merapatkan kedua tangannya di depan dada memberi sembah hormat kepada Raja Kerajaan Kediri itu.“Maaf Baginda Prabu, izinkan saya untuk menyampaikan sesuatu,”pinta Arya.“Oh, tentu saja saudara Arya silahkan.”“Tadi Baginda Prabu mengatakan kalau saya akan diberi hadiah atau

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 156. Tawarkan Hadiah Besar

    “Tidak apa-apa Kakang, sebuah kehormatan bagi saya bertemu dan pernah di tolong oleh sosok yang ternyata seorang pendekar kesohor di Negeri Nusantara ini,” puji Dewi Sasanti.“Sudahlah Raden Ayu jangan terlalu berlebihan begitu memuji, saya bukanlah siapa-siapa kalaupun diberi kelebihan itu semata-mata dari Gusti Allah,” ucap Arya.Sementara Sang Prabu tampak berbisik dengan Patih dan Panglima di depan barisan prajurit Kerajaan, sepertinya ada sesuatu hal penting yang tengah mereka bicarakan. Tak beberapa lama Sang Prabu melangkah menuju ke istana Kerajaan Kediri itu diiringi oleh beberapa orang pengawal, sedangkan Suta Soma dan Samba Dirga berjalan menghampiri Arya yang di sana ada Dewi Sasanti dan Adipati Seto Wirya.“Sebelumnya kami berdua minta maaf, Sri Baginda memerintahkan kami agar saudara Arya, Adipati Seto Wirya untuk ikut kami menghadap beliau di dalam istana. Sementara seluruh prajurit baik dari istana kecil di perbatasan Demak maupun di kawasan Sungai Berantas di minta be

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 155. Dua Ajian Dahsyat Arya

    Gumpalan cahaya kuning ke emas-emasan itu bergulung cepat ke arah Arya, menyadari serangan lawan kali ini lebih dahsyat murid Nyi Konde Perak itu segera lepaskan ajian Topan Gunung Sumbing tingkat tinggi.“Blaaaaaaam...! Bruuuuuk...!” tubuh Arya terpental beberapa langkah ke belakang terguling di tanah.Gumpalan cahaya yang menyerupai pusaran angin tornado itu seperti tak bergeming sedikitpun, bahkan saat ini semakin dekat dengan tubuh Arya yang masih tertelentang di tanah.“Celaka..! Ajianku tadi sama sekali tak mempan untuk membendung laju pusaran cahaya yang berasal dari keris Narasinga itu,” lirih Arya dalam hati, dengan cepat ia berguling-guling ke samping hingga beberapa langkah menghindari pusaran cahaya yang hendak menggulungnya itu.“Ha.. ha.. ha..! Ternyata hanya segitu kemampuanmu Arya? Julukanmu ternyata tak sebesar yang kemampuanmu..!” Welung Pati tertawa merasa senang meskipun pusaran cahaya dari keris di tangannya itu belum berhasil menggulung tubuh Arya dan sekarang te

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 154. Ambisi Welung Pati

    Angin pukulan menderu ke wajah Arya, kalau saja murid Nyi Konde Perak itu terlambat mengerakan kepalanya ke samping, mungkin kepalan tinju Welung Pati akan merontokan seluruh giginya. Menyadari hujaman tangan kosongnya hanya menerpa angin, Welung Pati kembali menyerang kali ini hentakan kakinya mengarah ke rusuk lawan.Arya yang tak ingin terus-terusan menghindar sambil melompat ke udara memutarkan kedua kakinya, dengan cepat pula Welung Pati menangkis dengan kedua tangannya meskipun hal itu membuatnya terjajar beberapa langkah ke belakang.“Saya bersumpah kali ini kau takan lolos! Saya akan bertarung nyawa denganmu Arya..!” seru Welung Pati bersiap mencabut goloknya yang tersarung di pinggang, sementara Arya hanya cengengesan saja berdiri di depan berjarak 2 tombak sambil garuk-garuk leher.“Kau boleh jumawa karena berhasil membuatku terluka beberapa waktu yang lalu, tapi kali ini Kau harus mati di tanganku! Dendam kematian Kakak seperguruanku harus terbayar hari ini..! Bersiaplah me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status