Share

Bab 58. Kiai Bimo

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 02:45:44

Nun di ujung timur Pulau Madura terdapat deretan pemondokan yang dihuni sekitar 50 orang santri, pemodokan itu dipimpin oleh seorang kiyai yang cukup di kenal memiliki ilmu keagamaan dan bela diri mempuni.

Para santri di sana di samping diajarkan ilmu agama juga dilatih seni bela diri, hingga setiap tahunnya selalu ada murid yang datang dan pergi setelah menguasai kedua ilmu yang diberikan itu.

Malam itu seperti biasa selepas sholat magrib berjamaah di sebuah mushola yang dibangun di samping kanan bangunan pemodokan, Kiyai pemimpin pemodokan itu memberi ceramah sekaligus mengajarkan ilmu lebih dalam tentang pemahaman agama Islam.

“Hidup di dunia ini hanya sementara saja, kehidupan kekal di akhirat nanti. Untuk itu para santriku semua harus dapat memanfaatkan hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya, di samping tekun beribadah kita juga harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Allah SWT. Tidak menginginkan hamba-Nya yang hanya beribadah tapi malas berusaha begitu pula sebal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 59. Padepokan Gagak Hitam

    “Kedua orang tuamu telah dimakamkan, mari kita do’akan mereka agar mendapat tempat sebaik-baiknya yaitu surga,” Mantili kecil ikut tengadahkan tangan meniru apa yang dilakukan Kiai Bimo, begitu pula dengan beberapa orang warga yang tadi membantu pemakaman kedua orang tua Mantili.“Namamu siapa anak manis?” tanya Kiai Bimo setelah berdo’a dan berterima kasih pada beberapa orang warga yang membantu menguburkan serta mendo’akan kedua orang tua gadis kecil itu.“Mantili Kek,” jawab Mantili yang sudah hentikan tangisnya.“Karena kedua orang tuamu telah tenang di sana, bagaimana kalau Mantili ikut dan tinggal dengan Kakek?” Mantili langsung anggukan kepala karena dia merasa nyaman dengan Kiai Bimo.“Kalau begitu ayo sekarang kita berangkat ke tempat Kakek di seberang pulau ini, nanti sewaktu-waktu jika kamu ingin ke sini melihat makam kedua orang tuamu kakek akan izinkan jika kamu sudah dewasa,” tutur Kiai Bimo.“Iya Kek,” ulas Mantili, setelah berpamitan dan berbicara beberapa patah kata d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 60. Siasat Licik Sandaka

    “Pulau Dewata berada di timur Pulau Madura ini, pulau itu juga memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan terdapat sebuah Kerajaan dengan menguasai puluhan desa.”“Seperti yang Ketua katakan jika di Pulau Dewata telah terdapat sebuah Kerajaan, lalu bagaimana caranya kita akan dapat juga menguasai pulau itu?” Sabo semakin tak mengerti.“Ha.. Ha.. Ha..! Karena aku tahu jika raja yang memimpin Kerajaan Dharma itu adalah orang yang lemah dan bodoh, makanya aku yakin akan dapat menundukannya.”“Apakah Ketua pernah ke Pulau Dewata dan ke Kerajaan Dharma yang Ketua katakan itu?”“Ya, aku pernah ke sana beberapa tahun yang lalu bersama sahabatku Pangeran Durjana. Pada waktu itu Saka Galuh nama raja yang kini memimpin Kerajaan Dharma meminta Pangeran Durjana untuk membunuh Prabu Swarna Dipa yang saat itu memegang tahta Kerajaan, kami berhasil membunuh Prabu Swarna Dipa itu yang tidak lain adalah Ayah kandung dari Saka Galuh itu sendiri.”“Benar-benar keji, untuk merebut tahta Kerajaan Saka Galu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 61. Para Warga Trouma

    Rasa trouma yang mendalam juga dirasakan oleh para istri-istri yang suaminya tewas pada saat berhadapan dengan anak buah Sandaka murid Padepokan Gagak Hitam, akan tetapi mereka mau tak mau harus mengikuti Mahfud kepala Desa Sampang yang mengungsi ke salah satu desa di kawasan Pulau Madura itu.“Wah, ada Mas Mahfud. Tumben datang berkunjung?” seorang pria bangkit dari duduknya di sebuah pendopo rumah.“Gawat Samin, desa kami diserang segerombolan orang tak dikenal. Makanya aku ke sini membawa beberapa wanita dan anak-anak yang suami serta Ayah mereka tewas saat berusaha menghadapi gerombolan itu,” tutur Mahfud, pria bernama Samin mengarahkan pandangannya pada beberapa orang wanita dan anak-anak yang dibawa Mahfud itu.“Mari Mas kita bicara di pendopo, dan mereka di suruh masuk saja ke rumah,” ujar Samin, lalu ia mengikuti Mahfud untuk mempersilahkan para wanita dan anak-anak untuk masuk ke rumah miliknya yang cukup besar dan memiiki halaman yang luas itu.Di pendopo itu ada beberapa or

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 62. Tinggalkan Kerajaan Dharma

    “Hemmm, Ratu Kerajaan Dharma yang cantik dan bijaksana. Memang tidak ada larangan dari Guruku untuk memiliki perasaan cinta pada lawan jenis, akan tetapi mungkin belum saatnya aku melahirkan perasaan itu di hatiku karena masih harus menjalankan tugas yang di amanatkan,” tutur Arya mencari alasan, padahal sudah ada 2 wanita yang berhasil membuat hatinya bergetar yaitu Bidadari Selendang Biru di Pulau Jawa dan Peri Salju di Negeri Di Atas Awan.Arya paling tidak bisa dihadapkan dengan masalah perasaan, itu merupakan kelemahan baginya. Disatu sisi ia tidak merasa enak jika harus menolak wanita yang memang ia anggap hanya sebatas sahabat atau adik sendiri, di sisi lain jika ia menerima juga merasa bersalah karena harus ditinggal dalam waktu yang tidak dapat ditentukan lamanya karena musti menjalankan amanat dari Gurunya sebagai seorang pendekar pembela kebenaran.“Baiklah jika memang itu sudah menjadi keputusan Mas, aku akan berlapang dada menerimanya. Hanya satu yang aku pinta dari Mas A

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 63. Pengungsi Dari Desa Sampang

    “He.. He.. He! Belum juga berangkat sudah ditanya kapan kembali. Aku tidak bisa berjanji, namun aku akan berusaha untuk singgah jika memang gerak hatiku nantinya menuntunku ke arah pulau ini,” jawab Arya sembari mencubit pipi Ratu Kerajaan nan cantik jelita itu, Sekar terlihat meringis namun dia senang diperlakukan seperti itu oleh sang pendekar.Tak terasa mereka pun tiba di pelabuhan, di sana telah terlihat sebuah kapal besar yang para penumpangnya telah berangsur-angsur naik ke kapal itu. Di kawasan itu juga terlihat para prajurit istana yang memang ditugaskan secara bergantian untuk menjaga keamanan pelabuhan. Bedanya jika masa kepemimpinan Saka Galuh para prajurit di samping ditugaskan menjaga juga meminta biaya masuk ke Pulau Dewata itu bagi para penumpang kapal dari Pulau Jawa, baik itu penumpang yang berasal dari pulau itu sendiri pulang berdagang terlebih bagi pedagang dari Pulau Jawa hendak berdagang di Pulau Dewata.Arya dan Sekar pun turun dari kereta kuda, baru saja Arya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 64. Menuju Pulau Madura

    “Terima kasih Mas Arya, yang mulia Ratu atas makanan yang diberikan kepada kami,” ucap Baron mewakili yang lainnya.“Sama-sama Mas Baron, apakah kalian sudah kenyang?” kali ini Sekar yang menanggapi.“Kenyang sekali yang mulia, kami tidak tahu apa jadinya jika perahu kami tidak mengarah ke pelabuhan dan pulau ini mungkin kami bisa tewas lebih lama lagi berada di tengah-tengah lautan,” tutur Baron.“Nasib baik juga kalian diarahkan sang dewata agung ke pulau ini, hingga kalian semua selamat. Kalian tak perlu kuatir, aku akan menyediakan tempat untuk kalian tinggal di Pulau Dewata ini,” ujar Sekar.“Terima kasih yang mulia Ratu, puji syukur kami ucapkan pada Gusti Allah karena diberi keselamatan dan di pertemukan dengan orang-orang sebaik kalian,” ucap Baron mewakili pengungsi lainnya, Sekar mengangguk dan tersenyum.“Hemmm, berarti mereka beragama Islam sama sepertiku. Apa di Pulau Madura itu umumnya mereka beragama Islam? Oh ya, aku ingat jika Paman Wayan pernah bilang jika di pulau i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 65. Pesta Tuak

    Sore itu para anak buah Sandaka selesai membangun gudang di samping kanan bangunan Padepokan Gagak Hitam itu, mereka bukan saja puluhan orang jumlahnya namun juga cekatan hingga gudang itu cepat selesai.“Ketua, mereka telah selesai membangun gudang di sisi kanan padepokan ini,” Sabo datang menghampiri Sandaka yang tengah berada di kamarnya sembari memberi laporan.“Bagus, sekarang perintahkan mereka untuk memindahkan seluruh bahan makanan baik dari rumah para warga maupun yang ada di ruangan padepokan ini ke gudang.”“Baik Ketua,” Sabo pun mohon diri untuk kembali menemui para anak buah yang baru saja menyelesaikan pembangunan gudang yang cukup besar.“Karena gudang ini telah selesai, Ketua memerintah kalian untuk memindahkan semua bahan makanan di rumah-rumah warga ke sini, begitu pula dengan yang ada di salah satu ruangan padepokan,” tutur Sabo memberi perintah.“Baik Kang Sabo,” seru mereka lalu melaksanakan apa yang diperintahkan itu.Selesai memindahkan semua bahan makanan itu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 66. Di Tengah Lautan

    “Benar Ketua, tidak sia-sia kita datang dan mendirikan padepokan di pulau ini,” ujar Sabo yang juga sudah setengah mabuk.“Sayang sekali Ketua, di sini tidak ada wanita yang dapat kita jadikan pelengkap pesta kita malam ini. Ha.. Ha.. Ha..!” seru salah seorang dari anggota padepokan itu.“Ha.. Ha.. Ha..! Kau benar, tapi jangan kuatir di pesta-pesta kita berikutnya kita akan bawa para wanita dari desa-desa kawasan pulau ini untuk bersenang-senang di sini..! Kau mau yang kurus atau yang gembrot, Sabo?” kelakar Sandaka dengan tawanya semakin menggelegar.“Ha.. Ha.. Ha..!” suara tawa makin riuh terdengar saat berpadunya tawa dari puluhan anggota Padepokan Gagak Hitam itu.*****Sebuah perahu yang tadi melaju cukup kencang sebelum hari gelap, kini dibiarkan saja mengapung tenang di tengah-tengah lautan oleh sosok berpakaian putih di atasnya. Ia duduk santai sambil mengarahkan pandangan ke sekeliling lautan, sesekali dia tampak mengaruk-garuk lehernya. “Malam ini tak ada bulan dan bintang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 107. Di Desa Cagar

    “Namaku Arya, dan ini Mantili. Kami datang dari Desa Tandur dan tak sengaja melintas di sini dan mendengar pembicaraan Mas Pati dengan para anggota Padepokan Lumut ini, maafkan kami bukannya lancang ikut campur akan tetapi kami juga tidak suka dengan orang-orang Padepokan Lumut.”“Oh, kalian berdua ternyata warga Desa Tandur. Kalian hendak ke mana?” tanya Pati Dewo.“Yang warga Desa Tandur hanya Mantili saja Mas, sedangkan aku hanya pendatang di kawasan ini. Kami tadi sebenarnya dari Desa Begawan dan memang sengaja menuju desa ini, kalau boleh tahu siapa kepala desa di sini Mas Pati?” Arya menjelaskan lalu balik bertanya.“Aku kepala Desa Cagar ini,” jawab Pati Dewo.“Oh, kebetulan sekali. Apakah kami boleh ngobrol barang sebentar dengan Mas Pati?”“Tentu saja, mari kita ngobrol di dalam,” ajak Pati Dewo, Arya dan Mantili tak segera melangkah mereka mengarahkan pandangan pada belasan anggota Padepokan Lumut yang masih berada di depan rumah itu.“Hemmm, kalian tak perlu kuatir mereka t

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 106. Perintah Menaikan Upeti

    “Baik Arya, secepatnya pula aku akan memilih beberapa orang di antara para warga yang memiliki keberanian seperti Arya katakan itu.”“Untuk mempersingkat waktu, ada baiknya kami sekarang pamit hendak menuju desa-desa lainnya Paman. Nanti kalaupun aku atau Mantili tidak sempat datang ke sini, kami akan mengutus orang untuk memberitahu Paman kapan akan kita laksanakan rencana itu,” ujar Arya sembari berpamitan.“Ya Arya, silahkan. Hati-hati,” Arya dan Mantili mengangguk kemudian berdiri dari duduknya lalu melangkah ke luar dari rumah kepala Desa Begawan itu.****Belasan penunggang kuda tampak beriringan melewati tepian persawahan warga hendak menunju pemukiman sebuah desa, melihat dari pakaian yang mereka kenakan serba hijau mereka adalah bagian dari anggota Padepokan Lumut.Setelah memasuki pemukiman desa belasan kuda itu berhenti di halaman sebuah rumah yang beberapa orang warga tampak duduk di pendopo rumah itu, seorang pria di pendapa berdiri dari duduknya dan berjalan tergesa-gesa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 105. Padepokan Lumut Meresahkan

    “Bukan Paman, hanya aku yang warga Desa Tandur itu sementara Mas Arya berasal dari sebuah desa di ujung barat Pulau Jawa ini. Paman Wirya kenal dekat dengan Paman Sapto?” ujar Mantili.“Bukan hanya kenal kami juga telah lama bersahabat, apakah dia sekarang baik dan sehat-sehat saja di Desa Tandur itu?”“Baik dan sehat-sehat saja Paman, kami datang menemui Paman Wirya di desa ini karena ada sesuatu hal yang hendak kami rembukan dengan Paman berkaitan dengan orang-orang anggota Padepokan Lumut. Tentunya warga desa di sini juga diharuskan membayar upeti setiap bulannya kan Paman?”“Benar sekali Mantili, sebenarnya kami merasa keberatan karena upeti yang mereka inginkan terlalu besar dan cukup membuat warga desa terbebani. Akan tetapi demi tak menginginkan sesuatu hal terjadi pada diri kami, makanya kam terpaksa memenuhi keinginan mereka itu,” tutur Wirya.“Bukan hanya Paman Wirya dan warga desa di sini saja yang merasa keberatan tapi juga warga Desa Tandur, untuk itu pula kami datang ke

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 104. Lenggo Lumut Berpesta

    “Sudahlah iklaskan saja, kita memang tak dapat berbuat apa-apa. Jika kita bersikukuh mempertahankan bantuan dari desa tetangga itu bukan tidak mungkin nanti kita akan di perlakukan kasar oleh mereka bahkan bisa saja ada di antara kita yang menjadi korban,” tutur Pamungkas menyabarkan hati para warganya yang sedih atas perlakuan rombongan anggota Padepokan Lumut itu.“Sekarang beberapa dari kalian pergilah berburu untuk makan malam kita nanti, dan yang lain tetap ke lahan persawahan berkerja dan bercocok tanam kembali,” sambung Pamungkas.“Baik Mas,” ucap mereka, kemudian melakukan apa yang di perintahkan kepala desa mereka itu.Sementara di Padepokan Lumut rombongan yang tadi berhasil membawa seluruh bantuan dari desa tetangga di Desa Telaga itu di puji oleh Lenggo Lumut, mereka di perlakukan spesial di padepokan itu.“Mari kita minum bersama atas keberhasilan kalian ini..! Ha..ha..ha..!” seru Lenggo Lumut mengajak rombongan anak buahnya yang dari Desa Telaga itu untuk berpesta minuma

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 103. Dendam Mantili

    “Mereka semua berlarian mengungsi ke daerah perbukitan di sebelah utara desa itu, setelah sehari semalam pula mereka mengungsi begitu air Kali Mas surut dan pemukiman mereka telah layak untuk dihuni mereka pun kembali ke desa,” Sapto menjelaskan.“Kasihan mereka ya, Paman?”“Ya, siang tadi kami seluruh warga desa di sini memberi bantuan berupa beras dan lauk pauk karena lahan persawahan dan persediaan makanan mereka habis semua di sapu arus banjir.”“Berapa lama bantuan tadi siang itu dapat mereka gunakan, Paman?”“Kalau dari warga Desa Tandur ini saja, mungkin dapat mereka gunakan 3 sampai 4 hari saja, tapi desa-desa tetangga lainnya juga pasti membantu hingga nanti mereka dapat menggunakannya untuk kebutuhan 3 minggu hingga sebulan.”“Mereka juga kawasan desa di bawah kekuasaan Padepokan Lumut, Paman Sapto?” kali ini Mantili yang bertanya.“Ya, mereka juga musti membayar upeti setiap bulannya ke padepokan itu.”“Wah, bahaya kalau sampai anggota Padepokan Lumut menagih upeti bulan in

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 102. Bantuan Dari Desa Tetangga

    “Mereka adalah orang-orang Padepokan Lumut, mereka mewajibkan seluruh warga desa untuk memberi upeti kepada mereka setiap bulannya,” kembali Sapto menjawab dengan rasa tertekan dengan ketentuan yang ditetapkan Padepokan Lumut itu.“Orang-orang Padepokan Lumut? Dan memaksa para warga di sini untuk memberi upeti setiap bulannya? Kurang ajar..! Cepat tunjukan di mana Padepokan Lumut itu berada Paman? Biar aku hajar mereka..!” Mantili geram dan tak sabar ingin membuat perhitungan dengan anggota Padepokan Lumut itu.“Sabar Mantili, jangan keburu emosi. Mereka memiliki anggota yang tidak sedikit ada puluhan orang,” ujar Sapto berusaha agar Mantili tidak bertindak nekad.“Benar apa yang dikatakan Paman Sapto itu, Mantili. Sebuah padepokan tentu banyak memiliki anggotanya dan kita tak boleh gegabah dalam bertindak,” Arya ikut menyabarkan hati Mantili yang tersulut emosi dan juga dendam kedua orang tuanya yang tewas oleh mereka.“Ya Mas, aku memang tak seharusnya memperturutkan amarahku yang b

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 101. Kepala Desa Tandur

    “Ah, Mas Arya ini ada-ada saja. Ayo kita lanjutkan perjalanan ke Desa Tandur,” Arya hanya mengangguk lalu kembali melangkah.Menjelang sore mereka berdua telah tiba di Desa Tandur tepatnya di rumah mendiang kedua orang tua Mantili, melihat rumah itu di bagian luar sudah banyak terdapat jaringan laba-laba dan terlihat kumuh tak terurus serta halaman rumah itu penuh sampah dedaunan yang berserakan, Mantili memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.Setelah bagian luar bersih dia dan Arya masuk ke dalam rumah, di dalam juga banyak sekali jaringan laba-laba yang berseliuran serta debu-dubu menempel di meja, kursi, lemari dan barang-barang lainnya.Arya ikut membantu membersihkan bagian dalam rumah Mantili dengan terlebih dahulu membuka seluruh jendela dan pintu dari rumah itu, agar udara segar masuk dan debu-debu yang dibersihkan bisa bertebangan ke luar.“Melihat dari keadaan rumahnya ini, sepertinya sudah bertahun-tahun tidak pernah kamu kunjungi. Benarkah begitu Mantili?” tanya

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 100. Gerombolan Perampok

    “Hemmm, benar juga. Jika tidak begitu pasti bulan ini kita tak menerima apa-apa dari warga Desa Telaga yang baru saja terkena banjir,” pria berpakaian hijau yang tidak lain adalah Lenggo Lumut itu setuju dengan usulan Ratu Lentik.Padepokan Lumut sejak berdiri dan berhasil menguasai beberapa desa di kawasan itu termasuk Desa Telaga cukup berkembang, terlihat dengan bertambahnya anggota yang bergabung ke padepokan itu. Dengan upeti-upeti yang mereka peroleh dari warga desa-desa, mereka dapat membangun Padepokan Lumut lebih besar dan hidup senang.Karena itu pulalah Lenggo Lumut dan seluruh anggota Padepokan Lumut tidak akan pernah membiarkan satupun desa di kawasan itu lepaskan dari kekuasaan mereka, sementara seluruh warga desa-desa yang mereka kuasai sebenarnya merasa tertekan namun tak dapat berbuat banyak karena Lenggo Lumut dan seluruh anggota padepokan sangat kejam tak mengenal ampun bagi siapa saja dari mereka yang tak patuh.Sudah beberapa warga di desa-desa itu yang mendapatka

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 99. Pedang Bulan

    “Aku sempat melihatmu melepaskan jurus yang sangat luar biasa pada saat menewaskan anak buah Ketua Padeokan Gagak Hitam, apakah itu jurus andalan yang di wariskan Kiai Bimo kepadamu?” tanya Arya sambil menambah ranting-ranting kering ke perapian.“Benar Mas, ajian itu bernama Bulan Sabit Menembus Awan. Dan pedang ini bernama Pedang Bulan,” jawab Mantili sembari membuka sarung pedang yang tersandang di punggungnya.“Hemmm, aku merasa penasaran ingin melihat kehebatan Pedang Bulan itu. Dapatkah kamu tunjukan, Mantili?”“Sebenarnya Eyang Guru melarang untuk mempergunakan Pedang Bulan ini sembarangan terkecuali dalam keadaan terdesak, tapi nggak ada salahnya juga aku tunjukan pada Mas Arya yang pasti Eyang Guru juga mengizinkannya,” tutur Mantili kemudian ia berdiri beberapa tombak di sebalik unggunan api di depan Arya.Pedang Bulan segera ia hunus dari sarungnya, kilauan cahaya putih terang memancar mulai dari pangkal hingga ujung pedang itu, Mantili menghujam pedang itu lurus ke depan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status