Kota Feng merupakan kota metropolitan terbesar di salah satu bagian pulau, yang masih menggunakan sistem kerajaan dalam kepemimpinannya. Namun, semua penduduk hidup berdampingan dengan tidak membedakan antara seorang pendekar dengan penduduk biasa, di bawah kepemimpinan Raja Feng Guotin yang memiliki ilmu dengan tingkat tertinggi.
Semua keturunan kerajaan bersekolah di akademi khusus yang bernama Akademi Qigong, untuk mempelajari ilmu tenaga dalam dengan sistem peringkat kultivasi. Peringkat itu berupa Kelas Pemula, kelas Awal, kelas Menengah Awal, kelas Menengah Atas, Kelas Atas dan kelas Master, dengan lima tingkatan di setiap kelasnya. Setiap murid akan menjalani ujian kenaikan tingkat, setelah mereka mempelajari dasar tenaga dalam selama 3 tahun. Dan Feng Bingwen merupakan satu-satunya pangeran, yang akan menjadi pewaris kerajaan. Dengan penguasaan ilmu dasar yang melebihi teman-teman seangkatannya, Bingwen mendapat julukan sebagai Pangeran Jenius yang lahir setiap 1000 tahun sekali. Namun, setelah 3 tahun dia mengemban julukan itu, pada akhirnya semua berbalik saat dirinya hanya dapat membangkitkan kekuatan kelas pemula tingkat 1. Semua menjadi menghujatnya dan menyebutnya sebagai Pangeran Sampah. Bukan hanya di keluarga kerajaan, di seluruh kota julukan baru Bingwen juga tersebar dan menjadi berita utama setiap stasiun televisi, media sosial dan surat kabar. Raja yang merasa khawatir tentang anaknya, hanya bisa menutupi berita itu walaupun sudah terlambat. Semua berita itu seperti sudah direncanakan, hingga lolos dari perhatian sang raja sebelum tersebar. Hingga pada akhirnya berita kematian Bingwen menjadi trending topik di kalangan masyarakat, yang mulai mengkhawatirkan tentang adanya penerus kerajaan. Membuat pihak yang merencanakan itu semua tersenyum puas. *** “Jadi, kau adalah seorang pangeran?! Bagaimana mungkin, tubuh yang saat pertama aku temukan itu merupakan tubuh seorang Pangeran?! Itu benar-benar buruk!” ucap seorang kakek tua pada Bingwen yang baru saja selesai bercerita saat pagi harinya. Bingwen tidak menjawab, dia mengakui ucapan pria tua di hadapannya itu sangat tepat. Entah sejak kapan, tapi dia merasakan jika tubuhnya semakin berat dan lemah setiap harinya. “Bahkan itu masih benar-benar buruk, hingga saat terakhir dia mengira aku sudah mati!” ucap Bingwen dengan suara lirih dan dalam. Sang kakek hanya menepuk-nepuk pundak Bingwen, sebagai bentuk penyemangat pada pemuda yang baru ditemuinya itu. Sang kakek sendiri tidak menyangka akan bertemu dengan seorang pangeran, dari kota besar yang belum pernah dilihatnya sama sekali. “Tubuhmu memang dalam kondisi yang buruk saat itu, tapi semua itu karena ada racun yang menghalangi kekuatanmu yang sebenarnya! Apa kau tidak pernah menyadari, jika dirimu mengkonsumsi racun dalam kurun waktu yang cukup lama? Itu memang racun ringan yang tidak mematikan, tapi jika itu dikonsumsi secara terus-menerus bisa menyebabkan tubuh semakin melemah!” jelas kakek Guozhi yang membuat Bingwen terhenyak selama beberapa saat. Dirinya sama sekali tidak menyadarinya, selama ini dia yakin jika semua yang dikonsumsinya sudah di bawah pengawasan penjaga istana. Bahkan, dia selalu dilindungi walaupun hanya jalan-jalan ke sekitar kota, maupun sekedar menemui saudaranya yang memiliki gedung yang menjulang tinggi sebagai kantornya. “Aku yakin kau tidak pernah membayangkan betapa buruknya pikiran manusia!” ucap kakek Guozhi sarkas. Bingwen merasa tertampar dengan ucapan kakek Guozhi, dia memang tidak pernah berpikiran buruk sebelum dirinya mendapatkan perundungan dari teman-temannya. Hanya karena kemampuan yang mampu dia bangkitkan tidak sesuai harapan semua orang, dia mendapatkan perlakuan yang jauh berbeda dari sebelumnya. “Lalu, siapa kakek sebenarnya? Kenapa bisa tinggal di hutan seorang diri seperti ini?” tanya Bingwen yang sudah sangat penasaran, sambil mengalihkan pembicaraan. Kakek Guozhi yang paham dengan cara Bingwen mengalihkan pembicaraan, hanya tersenyum tipis tanpa mengungkit permasalahannya lagi. Setidaknya, dirinya sudah menjelaskan tentang kondisi tubuh yang Bingwen miliki sebenarnya. “Namaku Guozhi. Aku hanya seorang pendekar biasa dari desa, dan entah kenapa aku bisa sampai di gunung Xian ini sejak usiaku masih 35 tahunan. Sejak saat itu, aku bertahan hidup sambil terus menguasai ilmu 5 elemen,” jelas kakek Guozhi memperkenalkan diri. Bingwen cukup takjub dengan kehidupan yang dijalani kakek Guozhi, dan dirinya semakin tertarik dengan ilmu yang dibicarakannya. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajah Bingwen, yang menatap kakek Guozhi dengan sangat antusias. “Apa ilmu elemen itu, salah satunya kakek gunakan untuk menyelamatkan aku?” tanya Bingwen sambil semakin mendekat ke arah kakek Guozhi. WHUUSH! Dengan satu gerakan tangan, kakek Guozhi mendorong Bingwen untuk memberi jarak di antara mereka. Sedangkan Bingwen yang merasakan kekuatan itu, tampak semakin tertarik dengan mata yang berbinar. “Kau benar! Apa di kota tidak diajarkan tentang ilmu itu? Bukankah pendekar di kota, terkenal dengan kekuatannya yang luar biasa?!” tanya kakek Guozhi tidak kalah penasaran. “Kami hanya mengetahui cara menyerap kekuatan dari alam, tapi ilmu yang kami pelajari di akademi sangat jauh berbeda penerapannya. Kekuatan kakek tadi tampak seperti sihir untukku, apa salah satu elemennya memang sihir?” Bingwen semakin penasaran dengan hal baru yang dirasakannya. Apalagi, dengan kondisi tubuhnya yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, Bingwen jadi merasakan haus kemampuan untuk mengisi kekuatan di dalam tubuhnya yang masih kosong. Dengan ilmu dasar yang sudah sangat dikuasainya, membuat tubuhnya menginginkan semua peregangan yang belum bisa dia lakukan beberapa tahun terakhir. “Aku bahkan tidak mengetahui sedikitpun tentang sihir, dan apa kau lupa jika kemampuan itu sangat terlarang?” kekeh kakek Guozhi dengan tubuh yang sedikit bergetar. Entah karena dia teringat tentang keluarganya yang telah meninggalkannya, atau karena sudah sangat lama dirinya tidak berinteraksi dengan orang lain. Kakek Guozhi tampak menikmati waktu itu, sambil menatap Bingwen dengan senyuman hangat mengembang di wajahnya. “Lalu elemen apa saja yang Kakek pelajari selama tinggal disini?” tanya Bingwen sambil melihat keadaan sekitar pondok, yang terlihat tidak ada apa-apa yang bisa dipelajari nya. “Ilmu 5 elemen terdiri dari Elemen Kayu, Elemen Tanah, Elemen Air, Elemen Api dan Elemen Logam. Aku mempelajarinya dari sebuah kitab yang tidak sengaja aku dapatkan, dan membawaku ke tempat ini untuk dapat mempelajarinya dengan sangat akurat!” jelas kakek Guozhi sambil menunjukkan kitab miliknya tanpa membuka isinya. “Apa aku boleh melihat kitab itu? Setidaknya aku ingin melihat satu elemen saja!” bujuk Bingwen ragu-ragu. “Apa kau begitu penasaran dengan ilmu ini?” tanya kakek Guozhi sambil menatap Bingwen dengan lekat. Bingwen yang seperti mendapat lampu hijau, langsung menganggukan kepala sebagai jawaban. Dia sangat bersemangat, sambil menunggu kakek Guozhi membuka kitab yang saat ini berada di depannya. “Kalau kau begitu tertarik dengan ilmu ini, aku tidak bisa memperlihatkan satu elemen padamu!” jawaban kakek Guozhi membuat tubuh Bingwen lemas seketika. Namun, saat Bingwen ingin melakukan protes, kakek Guozhi menyela terlebih dahulu. “Bagaimana jika kau menjadi muridku?!” Bersambung...Hah?Bingwen terbelalak mendengar tawaran yang sangat tidak diduganya. Tanpa menjawab pun semua orang pasti bisa mengetahui jawabannya hanya dengan melihat ekspresinya saat ini.“Apa aku tidak salah dengar?!” tanya Bingwen dengan senyuman yang mengembang memperlihatkan deretan giginya.Kakek Guozhi menganggukan kepala sebagai jawaban. Bingwen langsung berdiri dari posisinya, kemudian bersimpuh dihadapan kakek Guozhi.“Saya akan bersumpah setia sebagai murid! Saya juga berjanji akan menggunakan kemampuan yang akan saya pelajari nanti, dalam hal kebaikan dan menghindari keburukan!” ucap Bingwen menggunakan bahasa sumpah setia murid dari akademinya.Kakek Guozhi yang baru mendengar hal itu, tampak terkejut dan salah tingkah. Tidak pernah ada di bayangannya, seorang Pangeran akan bersimpuh di hadapannya seperti itu.Kakek Guozhi langsung meminta Bingwen untuk segera berdiri, dan memintanya kembali duduk di sebelahnya. Terlihat jelas kegugupan yang diperlihatkan sang kakek, karena Bingwen
Bingwen merasa sangat penasaran dengan tanaman unik di bebatuan, dengan bunga yang kelopaknya seperti daun berwarna-warni. Kakek Guozhi yang berbalik badan setelah mendengar pertanyaan Bingwen, langsung dibuat terkejut lantaran melihat Bingwen yang ingin memegang tanaman itu.“Jangan disentuh!!!” teriak Kakek Guozhi dari kejauhan.Bingwen yang ikut terkejut dengan teriakan sang guru, secara tidak sengaja menyentuh tanaman itu. Tanaman itu tiba-tiba bersuara seperti mengerang, dan tumbuh semakin tinggi dengan sangat cepat.WHUUUSH!SREEET!Kakek Guozhi langsung melesat dan meraih tubuh Bingwen, dan membawanya menjauh dari posisinya.BRAAAAK!Tepat saat Kakek Guozhi berhasil membawa Bingwen menjauh, tanaman tadi menyerang tepat di mana Bingwen sebelumnya berdiri. Hal itu terjadi dengan sangat cepat, Bingwen yang terkejut masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.“Se–sebenarnya tanaman apa itu?!” tanya Bingwen dengan suara tercekat.“Bukankah aku sudah bilang kalau gunung ini be
“Apa kau tidak pernah melihat makanan seperti itu?! Itu adalah sayur yang aku masak dengan rempah-rempah yang bisa aku dapatkan di gunung ini. Walaupun tampilannya buruk, rasanya tidak akan kalah dengan makanan yang sering kau makan! Jadi, biasakan lidahmu untuk memakannya!” sahut kakek Guozhi, tanpa melihat ke arah Bingwen.Bingwen menatap makanan di hadapannya dengan alis berkedut. Dia hanya melihat daun hijau dengan kuah berwarna gelap pekat yang masih mengepul, dengan gelembung-gelembung uap yang memecah bergantian setelah beberapa saat terperangkap.Dengan penuh keraguan, Bingwen mengangkat sendok kayu yang sudah disiapkan oleh sang guru. Setelah menyendok sedikit sayur dan mencampurnya dengan satu sendok nasi, Bingwen mulai menyuapkannya ke dalam mulut dengan ekspresi wajah skeptis. Dia memejamkan mata, tepat sebelum seluruh isi di dalam sendok masuk ke dalam mulutnya.Namun, saat dirinya mulai mengunyah makanan itu, dia dikejutkan dengan rasa masakan yang tidak terlalu buruk at
Saat tubuh Bingwen terasa lemas, dari arah belakang sang guru menopang tubuhnya sambil menutup mata Bingwen.Dengan satu gerakan, kakek Guozhi berhasil membawa tubuh Bingwen untuk menjauh dari tempat itu. Sedangkan Bingwen yang tubuhnya masih membeku, masih tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.“Sebenarnya tadi itu apa, Guru?!” tanya Bingwen setelah berhasil tersadar dari rasa terkejutnya.“Bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya, untuk tidak keluar dari jalur yang sudah aku tunjukkan?!” teriak kakek Guozhi tanpa menghiraukan pertanyaan Bingwen.“Maafkan aku, Guru! Aku hanya ingin melatih kemampuan baruku,” sahut Bingwen dengan suara lirih sambil menundukkan kepala menyesali perbuatannya.Kakek Guozhi yang sebelumnya tampak marah dan khawatir, mulai bersikap tenang setelah mendengar jawaban Bingwen. Kakek Guozhi menggerak-gerakkan pergelangan tangannya di udara, dan seketika pikulan air yang ditinggalkan oleh Bingwen mendekat ke arah mereka.“Selesaikan tugasmu! Aku akan menu
Bingwen menyusuri jalan setapak, mengikuti kakek Guozhi yang berjalan lebih dulu di depannya. Di sepanjang jalan itu, Bingwen menemukan banyak sekali tanaman cantik, yang terlihat hampir sama dengan tanaman yang pernah dia lihat sebelumnya.Ditambah dengan suasana hutan yang tenang, membuat Bingwen semakin berhati-hati dan merasa was-was. Mengingat ini pertama kali dirinya menginjakkan kaki, ke area selain jalur tempat dia mengambil air selama ini.Apalagi, sejak awal gunung ini menyimpan banyak misteri dan juga monster yang siap melahapnya kapanpun dia lengah.Cukup lama mereka berjalan, dan semakin lama mereka masuk semakin dalam ke tengah hutan. Namun, tiba-tiba kakek Guozhi menghentikan langkahnya, saat mereka menemukan tempat untuk beristirahat.“Duduklah pada bekas kayu yang di tebang itu!” perintah kakek Guozhi yang langsung dituruti oleh Bingwen.“Cobalah bersemedi dan seraplah semua energi di sekitarmu! Aku akan membukakan jalur Chi yang belum pernah kau gunakan sebelumnya!”
Kakek Guozhi mengeluarkan sebuah kitab, yang sebelumnya sudah pernah dia perlihatkan kepada Bingwen. Dia menyerahkannya, tepat saat mereka sudah berada di depan area pusat hutan—dimana Chi yang menekan belum terasa.“Elemen pertama yang akan kau pelajari adalah Elemen Kayu! Setelah membaca kitab dibagian yang sudah aku tandai, kau harus menyelesaikan apa yang dikatakan dalam kitab itu!” Kakek Guozhi mulai memberi arahan.Tanpa tahu apa isi di dalam kitab, Bingwen memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh sang guru dengan antusias.“Semakin cepat kau bisa melakukannya, maka semakin cepat pula kau terlepas dari hutan itu! Ingat, semua yang ada di hutan ini adalah kayu! Tapi, kau harus lebih bijak dalam mengambil energi dan mengatur Chi milikmu agar terus seimbang!” lanjut kakek Guozhi sambil memberikan peringatan sebisanya.Bingwen mengangguk mengerti, kemudian mulai membaca sekilas kitab yang sejak awal sudah di tandai oleh sang guru bagian mana saja yang boleh dilihatnya. Dan s
BRAAAAK!Sebuah serangan yang menghantam beberapa pohon, membuat suara yang cukup memekakkan telinga. Bingwen yang berhasil menghindar dibuat terkejut dengan serangan mendadak, dan dari arah yang benar-benar tidak bisa dia duga sama sekali.“Apa-apaan?! Aku hampir saja mati!” seru Bingwen sambil menatap tajam ke arah asal serangan.Puing-puing kayu yang berterbangan, membatasi jarak pandang Bingwen, yang membuatnya tidak bisa melihat sosok yang baru saja menyerangnya.“Bagaimana bisa satu serangan dapat mengoyak beberapa pohon sekaligus?! Jika itu tubuhku, sudah pasti nyawaku akan melayang!” ucap Bingwen lirih, sambil membuat kuda-kuda bertahan.GGGGRRRRRTTT!Suara erangan terdengar cukup keras dari balik kabut debu serpihan kayu yang cukup lama berterbangan di udara, menutupi sosok si pemilik suara yang seolah siap untuk menerjang. Bingwen yang juga sudah bersiap, mulai mempertajam penglihatannya.Dia juga mencoba menggunakan aliran Chi yang dimilikinya untuk merasakan energi di seki
Tubuh monster itu tertancap pada batang-batang kayu, yang patah akibat tabrakan yang dibuat monster itu sebelumnya. Dalam sekejap, monster itu langsung tidak bergerak dengan darah yang mengalir cukup deras.Rencana Bingwen langsung berhasil dalam sekali coba, yang pada akhirnya membuat dirinya dapat bernapas lega.“Sepertinya dewa sedang berpihak padaku. Nyawaku terus terselamatkan secara kebetulan dalam beberapa hari terakhir!” sarkas Bingwen, sambil terkekeh kecil.Setelah memastikan monster itu mati, Bingwen langsung mencari tempat untuk dapat digunakannya sebagai tempat beristirahat.Namun seperti ucapan sang guru sebelumnya, di tempat itu hanya ada kayu atau pohon-pohon besar. Bahkan, untuk sekedar rumput-rumput kecil pun tidak terlihat sama sekali di sekitarnya.Akhirnya, Bingwen hanya duduk pada salah satu bekas pohon yang tertebang dengan cukup rapi. Dia mengeluarkan kitab yang sebelumnya dia masukkan ke dalam pakaiannya, kemudian mulai mempelajari ilmu Elemen Kayu secara lebi
Bingwen sampai di pondok pada pagi hari, dengan tubuh yang kembali bugar tanpa ada luka luar yang terlihat. Dengan seringaian khas miliknya, Bingwen mendekat ke arah sang guru yang tampak sudah menantikan kedatangannya.“Guru, aku berhasil!” seru Bingwen sambil memamerkan kekuatan baru yang dimilikinya.Beberapa batang kayu melayang ke arah Bingwen dan berputar-putar di atasnya. Dan dengan satu gerakan, Bingwen menata batang-batang kayu itu dengan tumpukan yang sangat rapi di tempat penyimpanan kayu bakar milik kakek Guozhi.Kakek Guozhi yang melihat tingkah Bingwen hanya tersenyum miring, yang lagi-lagi tertutupi oleh jenggot putihnya. Tapi, Bingwen yang penglihatannya jauh lebih meningkat dari sebelumnya, bisa langsung menyadari senyuman yang mengembang di wajah sang guru.“Bukankah aku hebat, Guru?! Bahkan belum ada satu bulan aku memasuki hutan inti gunung itu!” ucap Bingwen yang berusaha mendapatkan pengakuan dari kakek Guozhi dengan bersemangat.“Kau jangan terlalu senang! Masih
Bingwen menutup matanya dan merasakan aliran Chi yang kini terasa seperti sungai yang deras, penuh dengan energi yang meluap-luap, namun sulit dikendalikan. Sambil mengangkat kedua tangannya, Bingwen merasakan Chi miliknya tanpa campuran penyeimbangan Chi itu sendiri. Kini Bingwen baru menyadari kesalahan fatal yang dilakukannya. Bahkan, perbandingan Chi dalam tubuhnya, dan Chi yang dia seimbangkan berbanding jauh. Itulah mengapa dia mulai kesulitan untuk mengatur dan menyeimbangkannya.Bahkan, otot-otot di tubuhnya menjadi menyusut, karena tidak bisa menerima kekuatan besar yang belum bisa tubuhnya terima. Ia merasa hampir kehilangan kendali, tetapi ia tidak boleh menyerah.Bingwen mulai mengeluarkan Chi yang berlebihan dalam tubuhnya, walaupun hal itu jauh lebih sulit dibandingkan menyerapnya. Napasnya mulai tersengal, karena menahan sakit yang luar biasa.“Kendalikan napasmu, Bingwen!” suara gurunya terdengar lagi, memberi arahan. “Jangan biarkan Chi itu menguasaimu! Kau harus men
“Ingatlah lagi apa isi di dalam kitab yang kau pelajari!” ucap kakek Guozhi, yang membuat Bingwen tersadar dengan kesalahan yang dilakukannya.Dengan isi kitab yang kembali terngiang, Bingwen mencoba cara yang berbeda. Dia berhenti memaksakan tubuhnya untuk melawan tekanan Chi.Sebaliknya, dia mulai menyerap Chi dari kayu-kayu di sekitarnya dan mulai menyeimbangkannya. Tekanan yang sebelumnya menekan dengan kasar, kini perlahan mulai mengikuti aliran Chi yang diserap oleh Bingwen.Aliran Chi kayu dan Chi inti gunung bercampur dan mulai masuk ke tubuh Bingwen. Awalnya Bingwen cukup terkejut dengan perasaan segar, dengan tenaganya yang langsung pulih dengan sekejap.Namun, Chi di sekitar gunung ini bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan. Saat Bingwen mulai merasa tenang, tiba-tiba gelombang Chi meledak, menghantam tubuhnya seperti ombak besar. Ia terhuyung mundur, hampir jatuh lagi."Argh!" teriak Bingwen, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Bingwen kembali menghilangkan Chi miliknya, untuk mengulang rencana yang dua kali telah berhasil. Dan kini, monster yang masih tersisa hanya tinggal seperempat dari keseluruhan monster yang menyerangnya.Namun, saat Bingwen kembali memunculkan Chi dan bersiul, tidak ada satupun monster yang mendekat ke arahnya. Bahkan, para monster itu sengaja menjaga jarak dan menatap Bingwen dengan mata merah tajam mereka.“Aku kira kalian bodoh, ternyata kalian langsung bisa mempelajari rencanaku!” ucap Bingwen sarkas, sambil terkekeh kecil.Melihat rencananya sudah tidak bisa dia lanjutkan, Bingwen langsung merubah strateginya. Dia kembali menghilangkan Chi dan mendekat dengan cepat ke arah para monster yang tersisa.Dan saat semua monster sudah masuk ke dalam area yang bisa dijangkau, Bingwen kembali memunculkan Chi dan langsung menyerang para monster yang tidak memiliki pertahanan.CRAAASH!CHRAAASH!Dalam dua kali serang, Bingwen berhasil mengakhiri pertarungan itu. Dan luka yang dia dapatkan s
CRAAASST!Darah mengucur di tangan Bingwen. Namun, darah itu mengalir bukan hanya di tangannya, tapi juga di tubuh monster serigala yang kini ada di belakang Bingwen.Sambil mengatur napas yang tersengal karena pertarungannya sejak tadi, Bingwen menyunggingkan senyuman lebar. Dari senyuman itu bisa dipastikan dirinya telah berhasil memenangkan pertarungan itu, dan mengalahkan monster-monster yang melawannya.“Hah! Kalian sudah aku ingatkan sebelumnya. Jadi, anggap saja aku menghilangkan rasa lapar dan haus kalian dengan tuntas!” ucap Bingwen sambil terkekeh kecil.Tubuhnya yang sejak tadi sudah mencapai batas, seakan memiliki stimulan dari berakhirnya pertarungan itu. Yang awalnya dia ingin beristirahat untuk memulihkan diri, kini Bingwen bersemangat untuk terus melanjutkan perjalanannya.Langkah Bingwen semakin mantap saat ia menembus hutan yang semakin gelap dan mencekam. Cahaya matahari hanya sedikit menyusup melalui celah-celah dedaunan rimbun, memberikan suasana misterius yang men
Langit di atas hutan Xian tampak gelap, meski belum malam sepenuhnya. Awan tebal menggantung rendah, menutupi puncak-puncak pohon yang menjulang seperti raksasa. Suasana mencekam merayap di setiap sudut, dan hanya suara gemerisik dedaunan serta geraman sesekali dari beberapa monster yang memecah keheningan.Bingwen berdiri di tengah area terbuka, tubuhnya berdarah dan napasnya memburu. Sekujur tubuhnya dihiasi luka dari pertarungan sebelumnya. Namun, matanya tetap tajam. Setelah serangannya yang berhasil membunuh salah satu monster, dirinya langsung diserbu oleh monster lainnya secara bersamaan. Para monster itu, masing-masing memiliki aura mematikan yang membuat udara terasa berat. Mungkin jika Bingwen tidak menguasai penyatuan Chi, dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama untuk melawan.Di depannya kini masih berdiri tiga monster besar dengan bentuk yang mengerikan. Seekor makhluk berbadan kuda, dan berkepala serigala dengan bulu hitam berkilau dan taringnya panjang seperti bel
Bingwen menyeringai dengan alis yang terangkat sebelah. Setelah bertahun-tahun dia selalu dijuluki pangeran lemah, kini dirinya bisa kembali membanggakan diri walaupun tidak ada orang lain yang mendengarnya selain kakek Guozhi.Dilangkah pertamanya memasuki hutan yang lebih dalam, Bingwen langsung disambut dengan beberapa monster yang masih bersembunyi di kejauhan. Dia merasakan kekuatan yang sesungguhnya, saat benar-benar menguasai ilmu pertamanya itu.“Akhirnya kau bisa menguasainya!” suara kakek Guozhi kembali terdengar, dan terdengar jelas jika kini sang guru sedang ikut merasa senang atas pencapaian yang di dapat oleh Bingwen.“Apa Guru lupa jika murid Guru ini adalah seorang jenius?!” sahut Bingwen menyombongkan diri dengan nada sombong yang dibuat-buat.“Baiklah! Kau berhak menyombongkan diri saat sudah berhasil. Lagipula, kesempatanmu untuk bisa sombong akan segera berakhir!” jawab kakek Guozhi dengan nada mengejek.Bingwen langsung paham dengan apa yang dikatakan oleh sang gu
Bingwen dapat melihat jelas dari ketinggian, bagaimana mata monster itu menatap tajam ke arahnya. Namun, hal itu membuat Bingwen dapat bernapas lega karena tidak ada pergerakan lagi setelah jebakan yang dibuatnya berhasil mengenai tubuh monster itu.DEG!Tiba-tiba, ada perasaan janggal yang membuat Bingwen mengernyitkan dahi. Dia melihat hal yang tidak wajar dari darah monster yang meluber dengan cukup banyak.TAP!“Bukankah warna darah dari monster sebelumnya berwarna merah? Bagaimana mungkin warna darah monster itu begitu bening? Bahkan, ini lebih mirip air daripada darah!” ucap Bingwen saat dirinya melompat turun, dan sudah berada di dekat bangkai monster itu.Bingwen mencoba untuk memegang darah monster itu. Dan sesuai dugaannya, darah itu tidak lengket, kental maupun berbau. Dan Bingwen yakin ada hal yang disembunyikan oleh sang guru, sampai bisa berhasil menghadapi semua monster yang tidak masuk akal itu.Dengan ragu-ragu, darah yang tadi dipegangnya langsung ditempelkannya di u
CRAAAAST!Suara tebasan dan cakaran terdengar beriringan, membuat beberapa bercak darah terciprat pada tanah dan beberapa batang pohon.Bingwen berhasil membuat luka pada monster kedua yang harus dihadapinya. Namun, dari tubuhnya juga mendapat luka terbuka cukup besar di bagian dada, akibat cakaran dari monster buas itu.“GGGGRRRHHHH!” erangan itu kembali terdengar dengan suara yang seakan marah dengan luka yang didapatkannya.ZHIIIING!Bingwen mulai menggunakan Chi miliknya untuk memulihkan luka yang ada di tubuhnya itu. Walaupun terhitung lambat karena Chi yang dimilikinya belum berkembang, setidaknya dirinya berhasil tetap bertahan dengan tubuh tegap.Monster yang saat ini dihadapi Bingwen, memiliki kemampuan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari monster sebelumnya. Walaupun, untuk ukuran besar tubuh tidak jauh berbeda, tapi juga bisa dikatakan sedikit lebih besar.Monster itu berkepala anjing, dengan tubuh harimau yang kekar. Tidak heran jika cakaran yang mendarat di tubuh Bingw