“Hoosh…Hoosh!”Suara napas terengah-engah terdengar jelas di antara suasana hutan yang tenang. Seorang pria penuh luka di sekujur tubuh, kini sedang bersembunyi di balik batu besar dan melihat keadaan sekitar dari balik batu, untuk memastikan tidak ada orang yang mengejarnya. Feng Bingwen mencoba mengulur waktu, untuk menghindar dari teman-teman sebayanya yang membuat banyak luka ditubuhnya. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba dirinya dikeroyok saat di akademi tanpa bisa memberikan perlawanan. Beruntung dirinya berhasil meloloskan diri menuju hutan di tepi kota tidak jauh dari kerajaan, dengan tipuan sederhana yang pernah dia pelajari.Sebenarnya, bisa saja dia berlari keluar kerajaan dan menuju kantor polisi atau rumah sakit. Tapi, penilaian masyarakat tentangnya tidak jauh berbeda. Yang dia takutkan justru orang-orang di kota, yang sudah memiliki peralatan yang serba canggih itu memanfaatkan peluang untuk menjatuhkan kerajaan.Sebab sejak dirinya dikenal sebagai ‘Pangeran Sampa
Di hilir sungai jauh dari kota dan kerajaan Feng, nampak seorang kakek tua yang berjalan mendekat ke arah sungai. Kakek itu melihat seseorang mengapung dari hulu sungai, dan bermaksud untuk melihat dengan menariknya ke tepi. ZHIIIING! Dengan satu gerakan, kakek itu membuat air di sekelilingnya menarik tubuh pria yang mengapung itu. Tidak butuh waktu lama, hingga tubuh yang hanyut dalam aliran sungai berhasil menepi. Setelah memastikan jika orang yang ditariknya itu masih hidup, sang kakek mencoba memasukkan energinya ke dalam tubuh orang itu, yang tidak lain adalah Bingwen. Dalam percobaan pertama sang kakek membelalakkan matanya, dia tampak terkejut dengan apa yang dirasakan dari dalam tubuh Bingwen. ZHIIIING! Sang kakek mengerutkan alisnya setelah mencoba memasukkan energinya. Kekuatan besar di dalam tubuh pemuda yang ditolongnya itu, tersembunyi oleh sebuah kabut tebal yang dia yakin berasal dari racun yang dikonsumsinya. Dan sepertinya, si pemilik tubuh tidak menyadari jika d
Kota Feng merupakan kota metropolitan terbesar di salah satu bagian pulau, yang masih menggunakan sistem kerajaan dalam kepemimpinannya. Namun, semua penduduk hidup berdampingan dengan tidak membedakan antara seorang pendekar dengan penduduk biasa, di bawah kepemimpinan Raja Feng Guotin yang memiliki ilmu dengan tingkat tertinggi.Semua keturunan kerajaan bersekolah di akademi khusus yang bernama Akademi Qigong, untuk mempelajari ilmu tenaga dalam dengan sistem peringkat kultivasi. Peringkat itu berupa Kelas Pemula, kelas Awal, kelas Menengah Awal, kelas Menengah Atas, Kelas Atas dan kelas Master, dengan lima tingkatan di setiap kelasnya. Setiap murid akan menjalani ujian kenaikan tingkat, setelah mereka mempelajari dasar tenaga dalam selama 3 tahun.Dan Feng Bingwen merupakan satu-satunya pangeran, yang akan menjadi pewaris kerajaan. Dengan penguasaan ilmu dasar yang melebihi teman-teman seangkatannya, Bingwen mendapat julukan sebagai Pangeran Jenius yang lahir setiap 1000 tahun seka
Hah?Bingwen terbelalak mendengar tawaran yang sangat tidak diduganya. Tanpa menjawab pun semua orang pasti bisa mengetahui jawabannya hanya dengan melihat ekspresinya saat ini.“Apa aku tidak salah dengar?!” tanya Bingwen dengan senyuman yang mengembang memperlihatkan deretan giginya.Kakek Guozhi menganggukan kepala sebagai jawaban. Bingwen langsung berdiri dari posisinya, kemudian bersimpuh dihadapan kakek Guozhi.“Saya akan bersumpah setia sebagai murid! Saya juga berjanji akan menggunakan kemampuan yang akan saya pelajari nanti, dalam hal kebaikan dan menghindari keburukan!” ucap Bingwen menggunakan bahasa sumpah setia murid dari akademinya.Kakek Guozhi yang baru mendengar hal itu, tampak terkejut dan salah tingkah. Tidak pernah ada di bayangannya, seorang Pangeran akan bersimpuh di hadapannya seperti itu.Kakek Guozhi langsung meminta Bingwen untuk segera berdiri, dan memintanya kembali duduk di sebelahnya. Terlihat jelas kegugupan yang diperlihatkan sang kakek, karena Bingwen
Bingwen merasa sangat penasaran dengan tanaman unik di bebatuan, dengan bunga yang kelopaknya seperti daun berwarna-warni. Kakek Guozhi yang berbalik badan setelah mendengar pertanyaan Bingwen, langsung dibuat terkejut lantaran melihat Bingwen yang ingin memegang tanaman itu.“Jangan disentuh!!!” teriak Kakek Guozhi dari kejauhan.Bingwen yang ikut terkejut dengan teriakan sang guru, secara tidak sengaja menyentuh tanaman itu. Tanaman itu tiba-tiba bersuara seperti mengerang, dan tumbuh semakin tinggi dengan sangat cepat.WHUUUSH!SREEET!Kakek Guozhi langsung melesat dan meraih tubuh Bingwen, dan membawanya menjauh dari posisinya.BRAAAAK!Tepat saat Kakek Guozhi berhasil membawa Bingwen menjauh, tanaman tadi menyerang tepat di mana Bingwen sebelumnya berdiri. Hal itu terjadi dengan sangat cepat, Bingwen yang terkejut masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.“Se–sebenarnya tanaman apa itu?!” tanya Bingwen dengan suara tercekat.“Bukankah aku sudah bilang kalau gunung ini be
“Apa kau tidak pernah melihat makanan seperti itu?! Itu adalah sayur yang aku masak dengan rempah-rempah yang bisa aku dapatkan di gunung ini. Walaupun tampilannya buruk, rasanya tidak akan kalah dengan makanan yang sering kau makan! Jadi, biasakan lidahmu untuk memakannya!” sahut kakek Guozhi, tanpa melihat ke arah Bingwen.Bingwen menatap makanan di hadapannya dengan alis berkedut. Dia hanya melihat daun hijau dengan kuah berwarna gelap pekat yang masih mengepul, dengan gelembung-gelembung uap yang memecah bergantian setelah beberapa saat terperangkap.Dengan penuh keraguan, Bingwen mengangkat sendok kayu yang sudah disiapkan oleh sang guru. Setelah menyendok sedikit sayur dan mencampurnya dengan satu sendok nasi, Bingwen mulai menyuapkannya ke dalam mulut dengan ekspresi wajah skeptis. Dia memejamkan mata, tepat sebelum seluruh isi di dalam sendok masuk ke dalam mulutnya.Namun, saat dirinya mulai mengunyah makanan itu, dia dikejutkan dengan rasa masakan yang tidak terlalu buruk at
Saat tubuh Bingwen terasa lemas, dari arah belakang sang guru menopang tubuhnya sambil menutup mata Bingwen.Dengan satu gerakan, kakek Guozhi berhasil membawa tubuh Bingwen untuk menjauh dari tempat itu. Sedangkan Bingwen yang tubuhnya masih membeku, masih tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.“Sebenarnya tadi itu apa, Guru?!” tanya Bingwen setelah berhasil tersadar dari rasa terkejutnya.“Bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya, untuk tidak keluar dari jalur yang sudah aku tunjukkan?!” teriak kakek Guozhi tanpa menghiraukan pertanyaan Bingwen.“Maafkan aku, Guru! Aku hanya ingin melatih kemampuan baruku,” sahut Bingwen dengan suara lirih sambil menundukkan kepala menyesali perbuatannya.Kakek Guozhi yang sebelumnya tampak marah dan khawatir, mulai bersikap tenang setelah mendengar jawaban Bingwen. Kakek Guozhi menggerak-gerakkan pergelangan tangannya di udara, dan seketika pikulan air yang ditinggalkan oleh Bingwen mendekat ke arah mereka.“Selesaikan tugasmu! Aku akan menu
Bingwen menyusuri jalan setapak, mengikuti kakek Guozhi yang berjalan lebih dulu di depannya. Di sepanjang jalan itu, Bingwen menemukan banyak sekali tanaman cantik, yang terlihat hampir sama dengan tanaman yang pernah dia lihat sebelumnya.Ditambah dengan suasana hutan yang tenang, membuat Bingwen semakin berhati-hati dan merasa was-was. Mengingat ini pertama kali dirinya menginjakkan kaki, ke area selain jalur tempat dia mengambil air selama ini.Apalagi, sejak awal gunung ini menyimpan banyak misteri dan juga monster yang siap melahapnya kapanpun dia lengah.Cukup lama mereka berjalan, dan semakin lama mereka masuk semakin dalam ke tengah hutan. Namun, tiba-tiba kakek Guozhi menghentikan langkahnya, saat mereka menemukan tempat untuk beristirahat.“Duduklah pada bekas kayu yang di tebang itu!” perintah kakek Guozhi yang langsung dituruti oleh Bingwen.“Cobalah bersemedi dan seraplah semua energi di sekitarmu! Aku akan membukakan jalur Chi yang belum pernah kau gunakan sebelumnya!”
Bingwen berdiri dengan penuh percaya diri di atas tanah yang kini seolah menjadi bagian dari dirinya. Setelah mengalahkan puluhan Golem Tanah, ia merasa bahwa dirinya telah berkembang pesat. Dulu, ia harus bersusah payah untuk sekadar bertahan, tetapi kini ia dapat mengendalikan tanah dengan lebih mudah. Senyum puas terukir di wajahnya.Kakek Guozhi mengamatinya dari kejauhan, tatapannya tajam. Ia bisa melihat perubahan dalam diri muridnya—bukan hanya kekuatan yang meningkat, tetapi juga sikapnya. Bingwen tampak terlalu percaya diri, bahkan ada sedikit kesombongan dalam sorot matanya. Ini adalah hal yang wajar bagi murid yang mulai merasakan kekuatannya, tetapi jika dibiarkan, bisa menjadi kelemahan yang fatal.“Kau merasa sudah menguasai Elemen Tanah?” tanya Kakek Guozhi tiba-tiba.Bingwen menoleh dengan ekspresi percaya diri. “Aku rasa begitu, Guru. Aku bisa merasakan aliran Chi di dalam tanah, menggunakannya untuk menyerang dan bertahan. Aku bahkan bisa bergerak melalui tanah seper
Bingwen berdiri dengan kaki yang masih menjejak kuat ke tanah yang kering dan retak. Napasnya masih terengah setelah pertarungan melawan lima Golem Tanah, namun matanya tetap berbinar penuh semangat. Ia merasa bahwa tubuhnya mulai selaras dengan elemen baru ini, namun dirinya tahu bahwa pemahaman tersebut masih sangat dangkal.Kakek Guozhi berjalan mendekat, tatapannya tajam namun penuh kebanggaan. "Kau telah melakukan langkah pertama dengan baik, Bingwen. Namun, mengendalikan Elemen Tanah bukan hanya tentang menggunakan kekuatan tanah untuk menyerang atau bertahan. Kau harus bisa menyatu dengannya, merasakan aliran Chi yang ada di dalam tanah, dan memanfaatkannya dengan cara yang lebih cermat."Bingwen mengangguk penuh perhatian. "Apa yang harus kulakukan, Guru?"Kakek Guozhi menepukkan tangannya ke tanah dengan lembut. "Duduk dan tutup matamu. Rasakan dunia di bawah kakimu. Tanah yang kau pijak bukan hanya sekadar benda mati. Ia memiliki Chi sendiri, energi yang terus mengalir di da
Bingwen menatap pemandangan di depannya dengan penuh kewaspadaan. Debu-debu halus berputar di udara akibat angin yang bertiup perlahan. Di sekelilingnya, tanah kering dan pecah-pecah membentang sejauh mata memandang. Tidak ada pepohonan, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain batuan besar yang tersebar tak beraturan di atas permukaan yang kasar.Kakek Guozhi berdiri tegap di sisi Bingwen. Ekspresi wajahnya tetap tenang, namun ada sorot mata tajam yang menunjukkan keseriusan."Elemen Tanah bukan sekadar mengontrol bumi, tetapi juga memahami kekokohan, kestabilan, dan kekuatan yang tersembunyi di dalamnya," ujar Kakek Guozhi. "Kau harus belajar bagaimana menjadi seteguh tanah yang menopang kehidupan, sekuat gunung yang menahan badai, dan sefleksibel pasir yang mengikuti angin."Bingwen mengangguk dengan penuh semangat. "Apa yang harus aku lakukan, Guru?"Kakek Guozhi tersenyum tipis sebelum mengayunkan tangannya ke tanah. Seketika, tanah di depan mereka mulai bergetar. Batu-batu besar b
Bingwen terus melangkah dengan beban di kaki dan tangannya, merasakan ketegangan otot yang semakin terasah seiring waktu. Dia sadar bahwa pelatihan ini bukan sekadar ujian fisik, tetapi juga melatih ketahanan mentalnya. Setiap langkah yang diambilnya semakin memperkuat keyakinannya untuk menjadi lebih kuat.Saat ia hampir tiba kembali di pondok, angin kencang tiba-tiba berhembus dari belakangnya. Bingwen menghentikan langkahnya dan menoleh, merasakan sesuatu yang aneh. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, sosok Kakek Guozhi melesat turun dari udara dan mendarat di hadapannya dengan ekspresi serius."Guru?" Bingwen menatapnya heran. "Bukankah aku hanya disuruh mengambil air?"Kakek Guozhi tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia menatap muridnya itu dengan mata yang sarat akan pertimbangan. Setelah beberapa saat, dia menghela napas berat dan berkata, "Bingwen, mulai hari ini, pelatihan mu akan dipercepat."Bingwen mengerutkan kening. "Dipercepat? Tapi, bukankah Guru mengatakan aku harus
“Ramuan itu hanya bisa benar-benar berfungsi, saat kau juga melatihnya. Jadi, semua akanterlihat dari usahamu setelah mendapatkan Chi yang jauh lebih besar,” jelas kakek Guozhiyang langsung mendapatkan anggukan kepala Bingwen, tanda dirinya paham dengan apayang dimaksud oleh sang guru.“Jadi, apa aku akan langsung melanjutkan ujian ilmu selanjutnya?” tanya Bingwen yangterlihat sangat bersemangat, dengan tatapan mata berbinar yang membuat siapapun dapatmerasakan tekadnya yang membara.Kakek Guozhi tidak langsung menjawab. Dengan satu gerakan tangan sebuah sapu lididengan gagang panjang melayang mendekat, dan mendarat tepat di pangkuan Bingwenyang masih berada di posisi semedinya.“Memang bagus jika kau memiliki semangat dan tekad seperti itu. Tapi, kau hanya akangagal jika tidak memiliki persiapan apapun sebelum berperang!” ucap kakek Guozhimembuat perumpamaan.Bingwen yang terlihat bingung menatap sang guru dengan alis yang terangkat sebelah,namun tidak lama kemudian diriny
Bingwen sampai di pondok pada pagi hari, dengan tubuh yang kembali bugar tanpa ada luka luar yang terlihat. Dengan seringaian khas miliknya, Bingwen mendekat ke arah sang guru yang tampak sudah menantikan kedatangannya.“Guru, aku berhasil!” seru Bingwen sambil memamerkan kekuatan baru yang dimilikinya.Beberapa batang kayu melayang ke arah Bingwen dan berputar-putar di atasnya. Dan dengan satu gerakan, Bingwen menata batang-batang kayu itu dengan tumpukan yang sangat rapi di tempat penyimpanan kayu bakar milik kakek Guozhi.Kakek Guozhi yang melihat tingkah Bingwen hanya tersenyum miring, yang lagi-lagi tertutupi oleh jenggot putihnya. Tapi, Bingwen yang penglihatannya jauh lebih meningkat dari sebelumnya, bisa langsung menyadari senyuman yang mengembang di wajah sang guru.“Bukankah aku hebat, Guru?! Bahkan belum ada satu bulan aku memasuki hutan inti gunung itu!” ucap Bingwen yang berusaha mendapatkan pengakuan dari kakek Guozhi dengan bersemangat.“Kau jangan terlalu senang! Masih
Bingwen menutup matanya dan merasakan aliran Chi yang kini terasa seperti sungai yang deras, penuh dengan energi yang meluap-luap, namun sulit dikendalikan. Sambil mengangkat kedua tangannya, Bingwen merasakan Chi miliknya tanpa campuran penyeimbangan Chi itu sendiri. Kini Bingwen baru menyadari kesalahan fatal yang dilakukannya. Bahkan, perbandingan Chi dalam tubuhnya, dan Chi yang dia seimbangkan berbanding jauh. Itulah mengapa dia mulai kesulitan untuk mengatur dan menyeimbangkannya.Bahkan, otot-otot di tubuhnya menjadi menyusut, karena tidak bisa menerima kekuatan besar yang belum bisa tubuhnya terima. Ia merasa hampir kehilangan kendali, tetapi ia tidak boleh menyerah.Bingwen mulai mengeluarkan Chi yang berlebihan dalam tubuhnya, walaupun hal itu jauh lebih sulit dibandingkan menyerapnya. Napasnya mulai tersengal, karena menahan sakit yang luar biasa.“Kendalikan napasmu, Bingwen!” suara gurunya terdengar lagi, memberi arahan. “Jangan biarkan Chi itu menguasaimu! Kau harus men
“Ingatlah lagi apa isi di dalam kitab yang kau pelajari!” ucap kakek Guozhi, yang membuat Bingwen tersadar dengan kesalahan yang dilakukannya.Dengan isi kitab yang kembali terngiang, Bingwen mencoba cara yang berbeda. Dia berhenti memaksakan tubuhnya untuk melawan tekanan Chi.Sebaliknya, dia mulai menyerap Chi dari kayu-kayu di sekitarnya dan mulai menyeimbangkannya. Tekanan yang sebelumnya menekan dengan kasar, kini perlahan mulai mengikuti aliran Chi yang diserap oleh Bingwen.Aliran Chi kayu dan Chi inti gunung bercampur dan mulai masuk ke tubuh Bingwen. Awalnya Bingwen cukup terkejut dengan perasaan segar, dengan tenaganya yang langsung pulih dengan sekejap.Namun, Chi di sekitar gunung ini bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan. Saat Bingwen mulai merasa tenang, tiba-tiba gelombang Chi meledak, menghantam tubuhnya seperti ombak besar. Ia terhuyung mundur, hampir jatuh lagi."Argh!" teriak Bingwen, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Bingwen kembali menghilangkan Chi miliknya, untuk mengulang rencana yang dua kali telah berhasil. Dan kini, monster yang masih tersisa hanya tinggal seperempat dari keseluruhan monster yang menyerangnya.Namun, saat Bingwen kembali memunculkan Chi dan bersiul, tidak ada satupun monster yang mendekat ke arahnya. Bahkan, para monster itu sengaja menjaga jarak dan menatap Bingwen dengan mata merah tajam mereka.“Aku kira kalian bodoh, ternyata kalian langsung bisa mempelajari rencanaku!” ucap Bingwen sarkas, sambil terkekeh kecil.Melihat rencananya sudah tidak bisa dia lanjutkan, Bingwen langsung merubah strateginya. Dia kembali menghilangkan Chi dan mendekat dengan cepat ke arah para monster yang tersisa.Dan saat semua monster sudah masuk ke dalam area yang bisa dijangkau, Bingwen kembali memunculkan Chi dan langsung menyerang para monster yang tidak memiliki pertahanan.CRAAASH!CHRAAASH!Dalam dua kali serang, Bingwen berhasil mengakhiri pertarungan itu. Dan luka yang dia dapatkan s