Share

BAB 2

Rajendra mendekat. Dia memandang Durga lamat-lamat, “Di mana lagi aku bisa menemukan istri yang membunuh suaminya di malam pernikahan?”

Durga gemetar, “Bagaimana mungkin kamu masih hidup?”

“Bagaimana mungkin? Kamu harus bertanya pada diri sendiri. Pembunuh, kamu tidak terlihat senang melihatku masih hidup. Apakah kamu menikahiku untuk membunuhku?” Dia tertawa, “Bagaimana mungkin ada seorang gadis berhati kejam seperti ini?”

Durga ketakutan. Meskipun dia bukan penakut, tetapi saat ini Rajendra terlihat amat berbahaya. Diam-diam Durga menyiapkan ancang-ancang jika seandainya Rajendra menyerangnya, dia akan mencambuknya dengan rantai yang mengikat pergelangan tangannya.

Tetapi, bukankah tidak benar untuk melakukan ini?

Bagaimanapun juga, dia tidak berada di dalam situasi yang menguntungkan untuk menyerang balik. Seharusnya dia patuh seperti terakhir kali seorang pejabat istana datang dan mencambuknya seratus kali.

Sekeras apapun dia berusaha, pada akhirnya dialah yang akan dirugikan.

Durga segera mengurungkan niatnya untuk menyerang Rajendra, sebaliknya, dia mengeraskan hatinya.

“Apa yang kamu inginkan?” Durga mengangkat dagunya tinggi. Dia menekan suaranya yang hampir bergetar.

“Ketenangan seorang pemimpin bayangan kembali. Aku tidak seharusnya meremehkan kamu,” Rajendra berkata dengan acuh tak acuh, “Aku ingin membuat kesepakatan denganmu.”

“Kesepakatan apa yang kamu tawarkan?”

Rajendra menunduk, dia menyamakan tinggi kepalanya dengan Durga yang sedang duduk. Rambutnya yang agak berantakan jatuh menutupi sedikit matanya. Suaranya rendah, “Aku akan mengeluarkanmu dari penjara. Sebaliknya, kamu harus kembali ke istana sebagai seorang putri. Itu saja.”

Kembali ke istana? Durga tersenyum pahit.

Bukan usaha sehari dua hari, Rajendra telah menyelidiki latar belakangnya hingga rahasia yang terkubur paling dalam. Orang ini…seberapa banyak dia mengetahui rahasia Durga? 

Mata Durga bergerak sedikit, memutus kontak mata mereka. Durga menarik bibirnya sedikit dan bertanya dengan tenang, “Bagaimana jika aku menolak?”

Rajendra terdiam sedikit lama, timbul riak samar di wajahnya yang dingin, “Kamu bisa mempertimbangkan sendiri mana yang kamu inginkan. Mati di dalam rencana permaisuri atau mati karena racun.”

Mata Rajendra agak melengkung ketika dia mengingatkan Durga, “Aku cukup perhitungan. Karena kamu membunuhku dengan racun, maka aku akan membalasnya dengan racun. Nah, Pembunuh, mana yang kamu pilih?”

-&-

Untuk beberapa alasan, Durga memikirkan kembali pilihannya. 

Dia telah kembali ke dalam sel dan menyadarkan bahunya ke jeruji besi. Pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu. 

Setelah berpikir sedikit, dia akhirnya menyetujui kesepakatan dengan Rajendra. Tetapi semua pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Jika dia tidak setuju, dia akan segera mati. Jika dia setuju, dia memiliki kesempatan hidup.

Tetapi berurusan dengan permaisuri sama sekali bukan hal yang mudah. Belum apa-apa dia sudah merasa lelah. Durga mengembuskan napasnya berkali-kali.

Di penjaranya, satu sel dihuni satu orang. Bukan karena mereka terlalu kaya. Penjara tempat Durga ditahan hanya menampung penjahat-penjahat kelas berat. Banyak dari mereka bukan   orang-orang dengan latar belakang kejahatan biasa.

Ada pemberontak, pembunuh keluarga kerajaan, termasuk dia sebagai terduga pembunuh pejabat istana yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya sama sekali. 

Di seberangnya adalah sel seorang pemuda yang usianya tidak jauh dari usia Durga. Pemuda ini berkepala botak membuat penampilannya berbeda dengan yang lainnya. Durga langsung mengingatnya sejak kali pertama dia melihatnya.

“Apa yang kamu pikirkan? Kamu telah seperti itu sejak tadi.” Rohan–pemuda di sel seberang–bertanya dengan penasaran.

“Tidak ada. Aku hanya berpikir kemungkinan kita dibebaskan. Rohan, menurutmu apakah ada hari di mana kita bebas? Maksudku, aku bahkan tidak membunuh mantan pejabat seperti yang dikatakan orang-orang.”

“Tuduhan yang salah? Mungkin bisa tetapi kemungkinannya kecil. Durga, posisi kita tidak sama dengan pencuri kecil di pasar atau gadis penipu yang berjalan dari rumah ke rumah. Kerajaan takut kita melakukan hal yang membahayakan mereka. Kemungkinannya hanya ada dua, kematian di lapangan eksekusi atau membusuk di penjara.”

Dia berkata dengan pelan, “Kamu benar.”

Durga jadi berpikir lagi. Dia penasaran, cara apa yang akan dilakukan Rajendra untuk membawanya keluar? 

Dia mengalihkan pembicaraan dan menempel di jeruji besi, “Ngomong-ngomong Rohan, saat pertama kali aku datang ke sini, aku melihat pria yang sangat tampan. Tingginya jauh di atas kita, mungkin aku hanya mencapai bahunya. Apakah kamu tahu siapa itu?”

Rohan berpikir sedikit lama, dia berdecak, “Bisakah kamu menjelaskannya lebih detail?”

Durga mengangguk dan menjelaskan, “ Rambutnya lurus dan hitam pekat. Dari atas hingga ke bawah mengenakan pakaian hitam dan terlihat agak sombong. Bibirnya merah dan tipis, matanya gelap dan terlihat angkuh . Apalagi ya? Aku tidak begitu ingat.”

Rohan menjentikkan jari. Sepasang alisnya terangkat ketika dia berkata dengan percaya diri, “Sudah jelas itu Jenderal Rajendra. Bagaimana bisa kamu tidak mengenalinya? Dia adalah pria populer di ibu kota!”

Ah, siapa yang tahu kalau Rajendra populer? Tetapi bila Durga memikirkan penampilan pria itu, memang tidak salah kalau dia populer. Semua orang menyukai keindahan dan Rajendra adalah pemandangan indah.

Diam-diam Durga merasa penasaran, gadis macam apa yang  bisa menaklukan pria tampan seperti Rajendra?

“Durga, kamu tidak tahu, ada satu gosip terkenal yang menyebar di masyarakat tentang Jenderal Rajendra.” Rohan berbisik pelan. Matanya melirik Durga dengan dengan sorot misterius. Dia tersenyum penuh misteri berkali-kali.

“Gosip apa yang kamu maksud?” Durga penasaran.

“Katanya Jenderal impoten!”

Hah?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status