Share

BAB 3

Rajendra impoten? Omong kosong apa itu?

“Gosip macam apa itu? Mana mungkin kabar semacam ini tersebar ke publik!” Durga mengernyit. 

Mana mungkin rahasia besar dari jenderal besar terkenal diketahui masyarakat. Rajendra sudah pasti malu sampai mati jika itu terjadi. Dia mungkin akan membunuh orang-orang yang menyebarkannya jika memang gosipnya benar.

Tapi…

Durga tiba-tiba teringat malam di hari pernikahannya. Saat itu, Rajendra terlihat sangat santai dan percaya diri. Mana mungkin dia benar-benar impoten.

Tapi Durga juga tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Dia tidak memastikannya. Jadi dia merasa agak ragu.

Rohan memandangnya serius, dia memberi isyarat pada Durga untuk lebih mendekat. Tapi bagaimana caranya mendekat? Kepalanya saja sudah menempel di jeruji besi!

“Seorang gadis yang terkenal di ibu kota yang mengatakannya. Kamu harus tahu bahwa kecantikannya terkenal di ibu kota, jadi jelas dia bukan gadis biasa. Dia mengakui bahwa dia telah merayu Jenderal, tetapi Jenderal hanya memandangnya tanpa peduli. Tidak peduli bagaimana dia menggodanya, Jenderal tidak ‘bangun’. Akhirnya dia pergi sendiri menyadari bahwa Jenderal impoten!” Rohan memberi isyarat ketika mengatakan ‘bangun’ dengan tangannya.

Durga agak melongo. Mungkinkah kabar yang disampaikan Rohan ini benar-benar terjadi? Setelah dipikir-pikir, dia tampak seperti seorang gadis penggila gosip sekarang.

Durga harus mengakui. Dia tidak pernah tertarik dengan gosip semacam ini, tetapi jika hal ini menyangkut orang yang berhubungan dengannya, dia mau tidak mau merasa tertarik. Apalagi itu Rajendra!

Seorang pria tampan berstatus tinggi yang terkenal di ibu kota ternyata impoten? Adakah gosip yang lebih menarik dari ini?

“Lalu bagaimana dengan gadis ini? Tidakkah menyebarkan gosip bahwa Jenderal impoten sebenarnya membahayakan dia?”

Rohan mengangguk, “Tentu saja,” dia memberi isyarat dengan tangannya seperti memenggal kepala, “Dia meninggal beberapa hari kemudian. Orang-orang mengatakan bahwa Jenderal Rajendra terlalu marah sehingga membunuhnya.”

Durga melamun sedikit dan berkomentar, “Begitu. Sayang sekali pria tampan ternyata impoten. Meskipun dia tampan, tidak akan ada gadis yang menginginkan suami yang impoten.”

Seolah-olah teringat sesuatu, Rohan mencengkeram jerujinya sehingga menimbulkan dentingan yang ribut. Semua penghuni sel menoleh ke arahnya tetapi dia bahkan tidak terlihat peduli. Rohan bersemangat.

“Tapi seisi ibu kota tahu bahwa Jenderal sudah menikah. Dia diracuni istrinya di malam pernikahan dan istrinya melarikan diri,” Rohan menggeleng, ”Kasihan sekali. Durga, menurutmu apa yang membuat istrinya meracuni Jenderal? Apakah istrinya tidak puas karena suaminya ternyata impoten?”

 Durga batuk. Dia tersedak liurnya sendiri hingga wajahnya memerah. 

“Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu?” Dia bertanya susah payah dengan napas tersendat.

Rohan mengangkat bahunya. Dia mengetuk dagunya dengan telunjuknya yang pendek lalu berkata dengan santai, “Awalnya semua orang menduga karena istrinya memang orang jahat. Tetapi setelah gadis malang yang merayu Jenderal membocorkan rahasia bahwa Jenderal impoten, semua orang berspekulasi bahwa istrinya tidak puas memiliki suami yang impoten dan memutuskan untuk meracuninya agar menjadi janda dan mencari pria lain.”

“Menurutku spekulasi ini paling masuk akal. Bagaimana menurutmu?”

Durga kehilangan kata-kata. Matanya memandang Rohan dengan tatapan rumit. 

“Itu…”dia susah payah menjawab, “...aku pikir alasan itu tidak benar. Mana mungkin seorang istri membunuh suaminya hanya karena suaminya impoten? Itu tidak masuk akal!”

Sekali lagi, Rohan memukul jeruji besinya, “Bagaimana mungkin? Dari sekian banyak alasan hanya itu saja yang paling mungkin. Durga, kamu harus memikirkannya dengan hati-hati. Mereka bahkan baru kenal beberapa minggu sebelum menikah. Tidak ada dendam, tidak ada kebencian. Apanya yang tidak masuk akal?”

Durga ingin menjambak rambutnya sendiri. Dia merasa frustrasi. Bagaimana bisa mereka mendebat alasan dirinya membunuh Rajendra? Apapun alasannya, tidak mungkin dia membunuh Rajendra hanya karena dia impoten!

Dia membunuh karena itulah pekerjaannya. Dia mendapat perintah untuk membunuh Rajendra. Dia telah mencoba membunuh Rajendra secara langsung sebelumnya, tetapi jenderal tetaplah jenderal. Dia sama sekali tidak mudah untuk dikalahkan.

Bahkan Durga harus kembali ke markas dengan luka fatal dan hampir mati. Jadi ketika kabar bahwa Rajendra akan menikahi seorang istri dari keluarga biasa, dia segera memastikan bahwa Rajendra belum pernah mengenal gadis ini sebelumnya.

Keberuntungan berpihak pada Durga. Rupanya Rajendra memang menikahi seorang gadis secara acak. Apa alasannya, Durga tidak bisa menebak. Mungkin karena tuntutan atau lainnya.

Durga membunuh calon istri Rajendra dan menggantikan posisinya. Pada malam pernikahan, dia membunuh Rajendra dengan racun.

Durga mengurut dahinya. Kepalanya mendadak terasa berat secara tiba-tiba. Dia berkata, “Mari lupakan mengenai gosip itu. Bicaralah tentang hal lain. Adakah gosip lain yang lebih menarik?”

“Gosip yang lebih menarik? Aku tidak tahu. Aku sudah cukup lama di sini. Bagaimana mungkin aku mengetahui gosip lainnya?” Rohan mengangkat bahu.

Durga menggaruk kepalanya. Dia bukannya penikmat gosip, tetapi memperoleh informasi sangat penting apalagi ketika dia berada di dalam situasi yang tidak menguntungkan. Informasi-informasi ini mungkin bisa menjadi senjata untuk melindungi dirinya sendiri di masa depan.

“Seorang putri meninggal dua minggu lalu, tepat beberapa hari sebelum kamu datang ke sini.”

Baik Durga dan Rohan menoleh. Orang yang berbicara adalah seseorang yang menempati sel di samping sel Rohan.

Penampilannya selalu rapi dan pembawaannya tenang. Dia jarang bicara dan selalu tampil misterius. Suaranya agak serak dan tenang. Ini adalah kali pertama Durga mendengar suaranya.

“Siapakah putri ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status