Share

Damian? Berjanji?

Penulis: MeilyyanaM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 19:38:27

Melihat sang lawan mati kutu, Glara tersenyum tipis dan berjalan meninggalkan restaurant. Tak ada satupun yang tahu apa yang telah Glara ucapkan pada Marta hingga wanita itu tak berkutik.

Sepanjang jalan, Glara hanya diam memandang ke luar jendela hingga tanpa sadar mobil telah tiba di rumah sakit di mana putranya tengah dirawat. Glara meminta Rose untuk kembali ke perusahaan dan membuat jadwal ulang tentang pertemuan bisnis lainnya. Ia ingin bertemu dengan Gama dan juga Louis yang tengah menunggu kehadirannya untuk menghabiskan makan siang bersama.

Glara merapikan pakaian dan mengubah raut wajahnya menjadi lebih ceria, ia tak mau Louis atau Gama mengetahui kesedihannya atas sikap Damian yang merendahkannya. ‘Haiii ibu datang‼” ujar Glara penuh semangat seraya membuka pintu kamar rawat Gama.

“Ibuu‼!” pekik Gama senang melihat wanita yang melahirkannya sudah berada di hadapannya.

“Coba lihat ibu membawa apa?” tanya Glara menunjukkan paper bag yang sempat  ia beli saat di restaurant tadi.

Gama mengamati paper bag itu dan mengendusnya. “Ahh zuppa soup dan ayam goreng?” tebak Gama riang.

Glara dan Louis tertawa bahagia, Glara pun mengangguk dan mengeluarkan isi di paper bag. Ia menyiapkan zuppa soup kesukaan Gama dan membantu putranya menyantap hingga habis. “Sudah lama Gama tidak makan ini.”

“Oh iya, berapa lama memangnya?” tanya Louis mengusap puncak kepala Gama.

Gama tampak menghitung dengan jemarinya. “Emm, satu… dua… tiga… ahh lama kakek. Sepertinya sejak ibu pergi ke luar negeri.”

Hati Glara teriris, ia benar-benar kecewa dengan sikap Damian. Selama ini, Glara selalu mengirimkan uang tepat waktu, Glara juga selalu berpesan untuk membelikan apapun yang Gama suka. Ternyata pria itu memanfaatkan rasa cinta Glara padanya dan menghabiskan uang yang ia kirim seorang diri. Bahkan menelantarkan Gama yang sakit keras.

“Mulai sekarang, Gama bisa makan zuppa soup kapan saja Gama mau. Ibu akan selalu membelikan untuk Gama,” ujar Glara menutupi kesedihannya.

“Sungguh? Ibu berjanji?” tanya Gama dengan mulut penuh makanan. Glara mengangguk, ia mengusap puncak kepala Gama gemas.

Mereka menghabiskan waktu saling bercerita satu sama lain, Glara juga menceritakan pengalamannya ketika bekerja di pabrik Jepang. Ia sedikit banyak mempelajari sistem yang ada di sana, Glara pun berniat untuk mencoba menerapkan di perusahaannya agar berkembang semakin pesat.

“Bisa saja, Glara. Hanya saja kamu harus memastikan kalau sistem itu sesuai dengan sumber daya manusia yang ada di perusahaan kita. Jangan sampai kamu salah langkah dan justru menjadi boomerang untukmu,” nasihat Louis pada Glara yang tengah menyantap makan siangnya.

Glara mengangguk ia menelan makanan yang sedang dikunyahnya dan berkata, “Tentu, kakek. Maka dari itu, untuk beberapa hari ini Glara akan memfokuskan diri ke penelitian tentang sumber daya di perusahaan kita juga beberapa sistem dan proyek yang sedang berjalan.”

Louis mengangguk ia menepuk bahu Glara. “Kakek percaya kamu bisa bangkit. Lupakan dia dan mulai lembar baru. Kamu buktikan padanya kalau kamu bukan wanita sembarangan yang bisa ia hina dan injak-injak harga dirinya.”

Glara mengangguk dan menatap yakin Louis. Mereka lantas melanjutkan makan siangnya. Setelah itu, Glara menemani Gama tidur siang dengan membacakan dongeng-dongeng seperti sebelum ia pergi ke luar negeri dulu.

Louis sudah memutuskan untuk pulang ke rumahnya, ia berpesan pada Glara untuk tetap beristirahat dan menjaga kesehatannya. Karena mulai hari ini, Glara akan disibukkan dengan banyak hal. “Aku akan menikmati hari tuaku bersama dengan cucuku. Glara kembalilah menjadi Glara yang lima tahun lalu kakek kenal.” Ucapan terakhir Louis sebelum meninggalkan ruangan Gama terus terngiang di benaknya.

Ia kembali memutar kaset memori di kepalanya. Bayangan pertama kali ia berjumpa dengan Damian juga bagaimana pria itu bersikap membuat Glara menitikan air mata. Tak mau berlarut dalam kesedihan, Glara memilih untuk memainkan ponselnya guna mengusir rasa sedih dan bosan. Tangannya bergulir ke sosial media yang ia punya.

Hingga jemari lentik Glara berhenti pada sebuah postingan yang menunjukkan kebahagian sepasang suami istri yang tengah berlibur di sebuah pantai dengan caption ‘Tidak akan ada manusia yang bisa membuatku ragu atas besarnya cintaku padamu, Damian.’

Glara tersenyum smirk. “Marta… Marta… kamu sama naifnya denganku lima tahun silam.”

Waktu terus berlalu, Glara semakin disibukkan dengan urusan perkantoran namun, ia tetap membagi waktunya untuk Gama juga memantau progress kesembuhan Gama. Seperti sekarang ini, Glara sedang bertemu dengan dokter pribadi yang merawat Gama.

“Jadi bagaimana progress Gama sejauh ini, Dok?” tanya Glara duduk di hadapan wanita berjas putih dengan stetoskop yang melingkar di lehernya.

Wanita itu tersenyum dan berkata, “Progress Gama sangat baik. Berat badannya juga bertambah signifikan namun, tetap sesuai dengan gizi dan perkembangan anak seusianya. Perubahan psikisnya pun jauh lebih baik dari sebelumnya.”

Glara tersenyum senang mendengar penuturan sang dokter. “Jika kondisi Gama terus membaik sampai besuk. Maka kami bisa melakukan tindakan besuk lusa.”

Glara menghela napas lega, ia tak bisa menyembunyikan raut bahagia dan bersyukurnya. “Terima kasih banyak, dok. Saya… .”

“Ini semua berkat usaha ibu dan izin Tuhan. Kami hanya perantara saja,” sahutnya mengusap punggung tangan Glara memberikan support sebagai sesama wanita dan ibu.

Setelah bertemu dengan dokter, Glara pun kembali ke ruangan Gama. Namun, dari kejauhan Glara mendengar suara tangisan Gama yang memekik memanggil namanya. Dengan gerakan seribu langkah Glara menuju kamar itu dan mendorong pintunya dengan kasar.

“Untuk apa kamu ke sini?” tanya Glara menarik pria itu menjauhi Gama yang sudah menangis ketakutan.

“Glara aku minta maaf atas semua kesalahanku. Aku menyesal dan aku ingin kembali pada kalian.”

Glara menatap tajam dan lurus ia mendekap erat tubuh putranya. Glara menekan tombol darurat di jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya.

“Semuanya sudah terlambat. Tinggalkan ruangan ini!” ujar Glara dalam dan tajam.

Pria itu menggelengkan kepalanya ia masih tetap di tempatnya. “Aku tidak akan pergi. Aku baru sadar jika aku masih mencintaimu Glara.”

“Saya bilang keluar ya keluar‼”

Pria itu masih bergeming. “Glara aku lakukan semua ini untukmu dan keluarga kecil kita. Aku sengaja menikahinya karena aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan agar kamu tidak perlu ke luar negeri lagi. Tetapi kamu pulang lebih dulu sebelum semuanya berjalan sesuai dengan rencanaku. Hinaan dan cacian kemarin itu tidak sungguh-sungguh dari hatiku, Glara. Lima tahun kita mengarungi rumah tangga ini. Tidak mungkin aku melupakanmu secepat itu,” ujar Damian menatap Glara sendu.

Glara terdiam, tatapan netranya mulai melemah. “Glara setelah aku mendapatkan kekuasaannya aku akan menceraikannya dan membawamu juga Gama ke kehidupan yang lebih baik lagi. Kita akan menikah lagi dan memulai semuanya yang baru.”

“Sungguh?”

Bab terkait

  • Kembalinya Janda Terkaya   MANIPULASI DAMIAN

    Damian tersenyum lebar mendengar respon dari Glara. “Sungguh sayang, aku sangat mencintaimu. Hanya kamu yang ada di hatiku.”Glara menatap Damian dengan sorot mata yang tak bisa dijelaskan. Ia seakan terharu dengan ucapan Damian. “Kembalilah padaku, aku akan membahagiakan kalian berdua setelah menyelesaikan misiku.”Dalam hitungan detik, raut wajah Glara berubah menjadi tajam dengan senyum smirk di wajahnya. “Kembali padamu? Jangan berharap, Damian!” ketus Glara membuat harapan yang Damian bangun tadi menghilang begitu saja.“Aku sungguh mencintaimu Glara. Aku akan –““Akan apa? Berhenti berdrama! Kamu ke sini bukan karena masih mencintaiku tetapi kamu sekarang tahu siapa aku, Kan? Coba kalau aku masih miskin seperti kemarin. Jangankan ke mari, menyebut namaku saja kamu jijik kan, Damian? Jadi, buat apa masih di sini? Pergilah, bukannya kamu sendiri yang membuang kami?”Damian tertegun, baru kali ini Glara berani melawannya. Bahkan Damian tak menyangka jika Glara berani menatapnya set

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Kembalinya Janda Terkaya   BUTUH PSIKOLOG?

    "Makan.”Kening Glara berkerut mendengar ucapan Bhuvi yang secara mendadak mengajaknya makan itu. “Daritadi anda tidak fokus pada pembahasan konsep. Saya rasa itu karena anda menahan lapar.”Glara meringis malu, sebenarnya ia memang lapar, sejak siang tadi ia belum menyantap apapun. Padahal tadi Glara berniat memesan zuppa soup untuknya dan juga Gama, sayangnya semua harus gagal karena kedatangan Damian yang membuat moodnya hancur.“Makan dulu, Glara. Kamu bisa sakit jika sering mengabaikan jam makanmu. Pergilah, biar kakek yang menjaga Gama di sini,” ujar Louis menyuruh cucu tunggalnya untuk menerima ajakan Bhuvi.Akhirnya Glara mengangguk mengikuti perintah dari Louis. Glara meraih ponselnya dan berjalan mengikuti langkah kaki jenjang Bhuvi yang berjalan di depannya. Tak berselang lama, Glara dan Bhuvi tiba di kantin rumah sakit. Mereka mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang kosong. “Di sana,” ujar keduanya secara bersamaan dan menunjuk ke salah satu meja kosong yang berada

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Kembalinya Janda Terkaya   Kapan kamu akan bangun?

    “Bisa pertemukan saya dengan psikolog itu?” ujar Glara penuh harap.Bhuvi sempat terdiam sejenak namun, di detik selanjutnya pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia lantas menghubungi psikolog itu. Glara memperhatikan Bhuvi yang sedang berbincang dengan seseorang melalui sambungan telepon. Sedangkan Glara dan Louis menunggu kabar dari Bhuvi dengan perasaan gelisah.“Terima kasih, dok,” ucap Bhuvi mengakhiri sambungan teleponnya.Bhuvi mendongak dan netranya bertabrakan dengan netra Glara yang menatapnya penuh harap. “Besuk pagi, psikolognya akan ke mari.” Glara menghela napas lega mendengar penuturan Bhuvi.“Terima kasih, Bhuvi.” Bhuvi mengangguk dan tersenyum tipis.Hari pun semakin larut, matahari telah berganti senja yang menguning. Glara kini seorang diri menemani putranya yang masih tertidur karena efek dari obat penenang yang diberikan beberapa jam lalu. Louis dan Bhuvi sudah pamit pulang meninggalkan Glara di sana.Denting singkat di ponselnya mengalihkan perhatian G

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Kembalinya Janda Terkaya   Bhuvi dan Damian?

    “Maaf mengejutkanmu,” ujarnya tak enak hati.Glara mengangguk dan bergegas membersihkan diri ke kamar mandi. Tak lama, Glara keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang jauh lebih segar dari sebelumnya. Glara pun menghampiri Bhuvi yang duduk di salah satu sofa di kamar rawat Gama.“Ada perlu apa?”“Aku mengantarkan psikolog yang akan menangani Gama. Sekarang ia sedang berbincang dengan dokter pribadi Gama di sini.” Glara mengangguk mendengar penjelasan dari Bhuvi.Glara pun bergerak menuangkan kopi hitam yang sudah tersaji di teko listrik di dalam kamar rawat. Lantas menyerahkannya pada Bhuvi. “Silakan diminum terlebih dahulu.” Bhuvi mengangguk dan menyesap sedikit kopi pemberian Glara.Glara dan Bhuvi terlibat perbincangan singkat mengenai progres proyek kepedulian yang mereka buat. Glara menyerahkan konsep yang semalaman ia bua

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Kembalinya Janda Terkaya   Bawa Pulang?

    “Ke mana?” Bhuvi tersenyum dan mengajak Glara bertemu dengan dokter pribadinya.Glara pun mengikuti langkah kaki Bhuvi yang terus berjalan di depannya. Hingga langkah kakinya berhenti di depan ruangan berwarna putih. Bhuvi bergerak mengetuk pintu hingga muncullah seorang perawat yang menyambut kedatangan Glara dan Bhuvi dengan senyum ramah.“Saya ingin bertemu dengan dokter Shapire.” Perawat itu mengangguk lantas mempersilakan Glara dan Bhuvi masuk ke dalam ruangan dokter Abel.Dokter Abel berdiri dan memyambut kedatangan Glara dan juga Bhuvi. Ia mempersilakan keduanya untuk duduk dan bertanya, “Ada yang perlu dibicarakan?”Bhuvi mengangguk sedangkan Glara hanya diam saja, karena sejujurnya ia tak tahu apa tujuan Bhuvi mengajaknya bertemu dengan dokter Abel. “Kapan Gama bisa kami bawa pulang?”“Kami akan melakukan pemeri

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Kembalinya Janda Terkaya   Interaksi Gama dan Bhuvi?

    “Paman Bhuvi, temannya ibu kamu. Gama bisa panggil Paman Bhuvi.” Gama mengangguk, walau terlihat tak begitu nyaman namun, Glara sedikit bernapas lega karena putranya mau berinteraksi selain dengannya dan Louis.“Glara, saya pamit keluar dulu ya,” pamit Bhuvi pada Glara. Glara hanya mengangguk dan mengulas senyum tipis. “Hai tampan, Pamab pamit dulu ya. nanti kita bertemu lagi, cepat sembuh ya‼” ujar Bhuvi pada Gama yang masih mencuri pandang darinya.“Hati-hati, Paman,” balas Gama dengan suara lirih. Bhuvi tersenyum mendengar ucapan Gama, begitu juga dengan Glara. Ia tak menyangka jika Gama bisa mengatakan hal itu pada Bhuvi yang notabene tak pernah ia temui.Bhuvi pun berlalu meninggalkan Glara dan Gama di ruangannya. Setelah kepergian Bhuvi, Glara mencoba mengajak Gama bermain, ia mengikuti cara pendekatan yang dilakukan Bhuvi tadi. Kini pemandangan indah terlihat di atas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Kembalinya Janda Terkaya   Oleh-oleh dari Bhuvi?

    “Paman Bhuvi tidak jadi ke sini?” Glara tercengang mendengar pertanyaan Gama. Ia tak percaya jika putranya justru mencari keberadaan orang lain.“Paman Bhuvi sedang… .”“Paman Bhuvi di sini‼” ujar Bhuvi dari arah pintu kamar. Gama tersenyum senang melihat kedatangan Bhuvi, berbeda dengan Glara dan Louis yang terkejut dengan sikap Gama. “Wah jagoan sudah boleh pulang ya?”Gama mengangguk, entah mengapa Gama merasa nyaman berada di sekitar Bhuvi padahal ia baru saja mengenal pria yang berusia jauh di atasnya itu. “Lihat paman membawa apa?” ujar Bhuvi mengangkat tangannya yang sedang membawa paper bag besar.“Apa itu paman?” balas Gama menatap Bhuvi penuh tanya.“Coba Gama buka sendiri.” Bhuvi lantas menyerahkan paper bag itu pada Gama yang masih terduduk di atas ranjangnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Kembalinya Janda Terkaya   Suasana baru untuk Gama?

    Glara menggeleng. “Kakek hanya tidak mau, kamu dinilai tidak sportif.”“Saya rasa keputusan Glara sudah benar, Pak Louis. Perusahaan Nourish Group memang memiliki konsep yang terlampau kuno. Tidak ada peningkatan, beberapa proyek perusahaan saya yang dikerjakan olehnya berakhir tak jelas. Rancangan anggarannya pun tidak transparan.”Louis tampak terkejut mendengar penuturan Bhuvi. “Kenapa begitu ya? Sebelum berganti kepemimpinan perusahaan itu sangat baik dalam menangani setiap proyek.”“Karena pemimpinnya tidak bisa melakukan apapun kecuali curang,” balas Glara membungkam Bhuvi dan Louis.“Memang Damian itu tidak bisa apa-apa. Untungnya kamu sudah lepas dari dia,” celetuk Louis.Glara tak merespon ucapan Louis, ia hanya diam seraya memainkan ponselnya. keadaan mobil kembali hening, tak ada yang mengeluarkan suara hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14

Bab terbaru

  • Kembalinya Janda Terkaya   Konfeti awal kehidupan baru

    “Kamu cantik sekali,” puji Lana menatap Glara dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. “kamu benar-benar ratu hari ini.” Glara semakin tersipu malu mendengar pujian Lana.“Tante bisa aja, Glara jadi malu,” ujar Glara menundukkan kepala.“Sebelum turun, boleh kami ambil gambar untuk portofolio?” tanya salah satu perias meminta izin pada Glara dan Lana.Glara pun mengangguk dan mengikuti arahan dari perias untuk mengambil beberapa pose di dekat jendela kamar villanya. “Terima kasih, Bu,” ujar perias itu seusai mengambil gambar Glara dari beberapa angle.“Saya juga berterima kasih sudah menyulap saya jadi seperti ini,” balas Glara dengan senyum manis di wajahnya.Setelah perias tadi selesai merapikan barangnya dan berpamitan keluar ruangan, Lana duduk di samping Glara. “Glara, terima kasih sudah menerim

  • Kembalinya Janda Terkaya   Pertemuan Gama dan Damian

    “Pihak kepolisian hanya meminta bantuan untuk menyampaikan permintaan janji, Tuan.”Bhuvi menganggukkan kepala. “Oh iya, besuk pagi sebelum ke villa saya akan ke sana. Glara apa kamu mau ikut?” tanya Bhuvi pada Glara yang menatapnya.Glara terdiam sejenak, “iya,” sahut Glara seraya menganggukkan kepala.Bhuvi tersenyum mendengar jawaban Glara. Ia lantas mengusap puncak kepala Glara lembut. “Paman Leo‼ kita main lagi . Paman Leo yang berjaga aku dan Erina yang bersembunyi‼” pekik Gama seraya berdiri di dekat Leo.Leo tampak ragu namun akhirnya ia mengangguk setelah mendapatkan persetujuan dari Bhuvi. kini Gama, Erina, Leo dan Boy sedangkan Tasha ia sedang ditugaskan untuk mengurus persiapan pernikahan Glara di villa tempat proyeknya dulu dibangun, tentu saja dengan Tiffany yang menjadi event organizernya.Glara menarik napas dalam-da

  • Kembalinya Janda Terkaya   Belum terbiasa

    “Aku ingin mengajak Tiffany bekerja di perusahaan. Aku tahu dia memiliki kemampuan yang memadai dan setelah menikah nanti aku ingin membatasi pekerjaan jadi aku rasa aku butuh Tiffany untuk membantu menghandle. Bagaimana menurutmu?”Bhuvi terdiam sejenak ia tampak berpikir sejenak. “kita coba bicarakan padanya nanti.” Glara tersenyum senang mendengar balasan Bhuvi yang ternyata mendukung permintaannya.Mobil pun kembali hening hingga tiba di kantor Glara. Setibanya di sana, Glara dan Bhuvi bergegas menuju ke ruang meeting. Beberapa dewan direksi sudah menunggu kehadiran mereka, Glara pun segera memulai meeting yang membahas perihal penemuan untuk bahan produk yang batal dulu.“Maaf sudah menunggu lama,” ujar Glara seraya membungkukkan tubuhnya. “Pertama-tama, terima kasih atas kehadirannya. Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang hasil riset yang saya temukan dalam penyelidika

  • Kembalinya Janda Terkaya   Ada saksi baru?

    Semua orang yang berada di dalam ruang sidang pun menatap kehadiran wanita dengan sorot mata bertanya-tanya. “Tiffanny?” lirih Glara kala melihat sosok wanita muda yang berdiri di antara puluhan orang yang hadir di dalam sana.“Siapa orang ini? Dan saksi dari pihak mana?” tanya Hakim pada pengacara Damian maupun Robert.“Saya Tiffany Magdalena, anak dari Daniel Woody. Politikus yang meninggal di dalam sel tahanan karena tuduhan tak beralasan.”Hakim pun mempersilakan wanita muda itu untuk maju ke depan dan dilakukan sumpah. Setelah melakukan sumpah, hakim dan jaksa penuntut mulai menginterogasinya.“jadi apa yang anda ketahui atau apa yang ingin anda sampaikan?” tanyanya pada Tiffany yang berdiri di depan mic dan menatap lurus ke arah hakim.Tiffany menarik napas dalam-dalam ia menatap Damian dan Robert bergantian. “Robertinus

  • Kembalinya Janda Terkaya   Sidang terakhir Damian?

    “Erina yang akan melakukannya,” jawaban singkat Bhuvi membuat Glara dan Darel mengerutkan kening bingung. “Erina pernah berkata, dia ingin menjadi pengacara dan membersihkan nama ibunya. Itu salah satu tujuanku mengadopsi Erina.”Darel pun mengangguk. “Semoga masih ada waktu untuk membuka kembali kasus itu.” Bhuvi mengangguk. “Oh iya, kalian kapan akan menikah? Lamaran kan sudah.”Glara tersedak salivanya sendiri sedangkan Bhuvi hanya menatap Darel tenang. “Setelah semua masalah selesai aku akan menyiapkannya. Bagaimana Glara?” tanya Bhuvi menatap Glara yang sedang menyembunyikan raut wajah malunya.“Em, aku ikut saja,” sahut Glara singkat masih dengan posisinya.“Aku akan membantu persiapannya, jangan sungkan beri kabar padaku apa yang bisa aku bantu,” ujar Darel dengan senyum bahagia yang terus terpancar di wajahnya

  • Kembalinya Janda Terkaya   Robert tertangkap?

    “Damian sudah mengatakan siapa orang yang menyuruh dan membiayai perbuatannya.” Manik coklat Glara membulat sempurna kala mendengar ucapan Bhuvi.“Kok bisa?”Bhuvi tersenyum tipis. “Mungkin dia sudah sadar kalau perbuatannya salah.”“Bagaimana dengan hukumannya?” tanya Glara masih menatap serius ke arah Bhuvi.Bhuvi menggeleng. “untuk bebas kemungkinannya kecil. Tetapi untuk meringankan hukuman munngkin bisa. Apapun itu, yang terpenting sekarang ini dia sudah memutuskan hal yang tepat.”Glara pun mengangguk. “Setelah sidang putusan nanti. Entah dia bebas atau tidak, dia meminta untuk bertemu dengan anaknya Martha.”Kening Glara berkerut mendengar ucapan Bhuvi. “Beberapa hari lalu aku dan Leo mendatanginya. Dan menawarkan kerja sama. Bagaimana pun juga, Damian adalah saksi kunc

  • Kembalinya Janda Terkaya   Sebuah pengakuan

    “Mungkin kau bisa bebas atau memperingan hukumanmu,” balas tim penyidik tenang dan sorot mata tajam. “jadi benar ada orang dibalik anda?”Damian terdiam, ia tak bisa menjawab ucapan pria itu. entah apa yang membuat Damian begitu berat untuk berkata yang sebenarnya. “bolehkah aku menghubungi seseorang?”“Aduh, kamu ini membuang waktu.”“Hanya 10 menit. Setelah itu aku akan mengatakan yang sebenarnya,” ujar Damian mencoba membujuk petugas penyidik. Akhirnya pria itu memberikan ponselnya, Damian segera menekan angka-angka di layar ponsel penyidik dan menempelkannya pada telinga.Terdengar nada sambung panggilan namun Damian tak kunjung mendapatkan jawabannya. Damian tak menyerah ia terus mendial nomor tersebut hingga beberapa kali. Hingga petugas penyidik kesal dengan sikap Damian. “sudahlah kamu ini, membuang waktu. Kembalikan!” be

  • Kembalinya Janda Terkaya   Damian dan segala kebingungannya

    Sudah lebih dari seminggu Damian dilanda kegelisahan dan kebingungan. Berulang kali Damian membaca surat perjanjian yang diberikan Bhuvi padanya. Dan sesuai jadwal yang diberikan, hari ini Damian akan mendapatkan kunjungan dari pengacaranya.“Ayo!” ujar polisi seraya membukakan pintu sel tahanan dan menuntun Damian bertemu pengacaranya di ruangan khusus.Damian masuk ke dalam, ia menatap sosok pria paruh baya yang duduk di salah satu kursi. Damian pun mendekatinya dan duduk di depan pria itu. “Bagaimana keadaanmu?” tanya pengacara itu ketika Damian duduk di depannya dan Pak polisi menutup pintu meninggalkan mereka berbincang berdua.“Tidak terlalu baik,” balas Damian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu yang ia duduki.Pengacara itu menganggukkan kepala. “kenapa?”“Kapan aku bisa bebas?” tanya Damian lugas d

  • Kembalinya Janda Terkaya   Perjanjian dari Bhuvi?

    “Kamu akan terkejut kalau tahu perusahaannya dan siapa orang yang memimpin perusahaan itu,” ujar Glara dengan raut wajah serius.Bhuvi menatap Glara dengan menaikkan sebelah alisnya. “memangnya siapa?”Glara menarik napas dalam-dalam lantas menatap Bhuvi dalam-dalam dan berkata, “Robert.”Bhuvi tersenyum. “jadi benar dugaanku selama ini. Pria ini yang memanipulasi keadaan dan menjadikan Damian pelakunya.”“Kamu sudah tahu?” tanya Glara masih dengan tatapan yang sama.Bhuvi mengangguk, “tidak semuanya. aku hanya tahu sosok Robert yang menyuruh Damian dan menghasut pria itu. kalau tujuannya melakukan itu, aku baru tahu sekarang.” Bhuvi menatap Glara dan berkata, “seperti yang aku katakan tadi. Beberapa hari lalu aku menyelidiki semuanya bersama Tommy dan Leo. Dan aku menemukan nama Robert tetapi tid

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status