“Kamu akan terkejut kalau tahu perusahaannya dan siapa orang yang memimpin perusahaan itu,” ujar Glara dengan raut wajah serius.
Bhuvi menatap Glara dengan menaikkan sebelah alisnya. “memangnya siapa?”
Glara menarik napas dalam-dalam lantas menatap Bhuvi dalam-dalam dan berkata, “Robert.”
Bhuvi tersenyum. “jadi benar dugaanku selama ini. Pria ini yang memanipulasi keadaan dan menjadikan Damian pelakunya.”
“Kamu sudah tahu?” tanya Glara masih dengan tatapan yang sama.
Bhuvi mengangguk, “tidak semuanya. aku hanya tahu sosok Robert yang menyuruh Damian dan menghasut pria itu. kalau tujuannya melakukan itu, aku baru tahu sekarang.” Bhuvi menatap Glara dan berkata, “seperti yang aku katakan tadi. Beberapa hari lalu aku menyelidiki semuanya bersama Tommy dan Leo. Dan aku menemukan nama Robert tetapi tid
Sudah lebih dari seminggu Damian dilanda kegelisahan dan kebingungan. Berulang kali Damian membaca surat perjanjian yang diberikan Bhuvi padanya. Dan sesuai jadwal yang diberikan, hari ini Damian akan mendapatkan kunjungan dari pengacaranya.“Ayo!” ujar polisi seraya membukakan pintu sel tahanan dan menuntun Damian bertemu pengacaranya di ruangan khusus.Damian masuk ke dalam, ia menatap sosok pria paruh baya yang duduk di salah satu kursi. Damian pun mendekatinya dan duduk di depan pria itu. “Bagaimana keadaanmu?” tanya pengacara itu ketika Damian duduk di depannya dan Pak polisi menutup pintu meninggalkan mereka berbincang berdua.“Tidak terlalu baik,” balas Damian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu yang ia duduki.Pengacara itu menganggukkan kepala. “kenapa?”“Kapan aku bisa bebas?” tanya Damian lugas d
“Mungkin kau bisa bebas atau memperingan hukumanmu,” balas tim penyidik tenang dan sorot mata tajam. “jadi benar ada orang dibalik anda?”Damian terdiam, ia tak bisa menjawab ucapan pria itu. entah apa yang membuat Damian begitu berat untuk berkata yang sebenarnya. “bolehkah aku menghubungi seseorang?”“Aduh, kamu ini membuang waktu.”“Hanya 10 menit. Setelah itu aku akan mengatakan yang sebenarnya,” ujar Damian mencoba membujuk petugas penyidik. Akhirnya pria itu memberikan ponselnya, Damian segera menekan angka-angka di layar ponsel penyidik dan menempelkannya pada telinga.Terdengar nada sambung panggilan namun Damian tak kunjung mendapatkan jawabannya. Damian tak menyerah ia terus mendial nomor tersebut hingga beberapa kali. Hingga petugas penyidik kesal dengan sikap Damian. “sudahlah kamu ini, membuang waktu. Kembalikan!” be
“Damian sudah mengatakan siapa orang yang menyuruh dan membiayai perbuatannya.” Manik coklat Glara membulat sempurna kala mendengar ucapan Bhuvi.“Kok bisa?”Bhuvi tersenyum tipis. “Mungkin dia sudah sadar kalau perbuatannya salah.”“Bagaimana dengan hukumannya?” tanya Glara masih menatap serius ke arah Bhuvi.Bhuvi menggeleng. “untuk bebas kemungkinannya kecil. Tetapi untuk meringankan hukuman munngkin bisa. Apapun itu, yang terpenting sekarang ini dia sudah memutuskan hal yang tepat.”Glara pun mengangguk. “Setelah sidang putusan nanti. Entah dia bebas atau tidak, dia meminta untuk bertemu dengan anaknya Martha.”Kening Glara berkerut mendengar ucapan Bhuvi. “Beberapa hari lalu aku dan Leo mendatanginya. Dan menawarkan kerja sama. Bagaimana pun juga, Damian adalah saksi kunc
“Erina yang akan melakukannya,” jawaban singkat Bhuvi membuat Glara dan Darel mengerutkan kening bingung. “Erina pernah berkata, dia ingin menjadi pengacara dan membersihkan nama ibunya. Itu salah satu tujuanku mengadopsi Erina.”Darel pun mengangguk. “Semoga masih ada waktu untuk membuka kembali kasus itu.” Bhuvi mengangguk. “Oh iya, kalian kapan akan menikah? Lamaran kan sudah.”Glara tersedak salivanya sendiri sedangkan Bhuvi hanya menatap Darel tenang. “Setelah semua masalah selesai aku akan menyiapkannya. Bagaimana Glara?” tanya Bhuvi menatap Glara yang sedang menyembunyikan raut wajah malunya.“Em, aku ikut saja,” sahut Glara singkat masih dengan posisinya.“Aku akan membantu persiapannya, jangan sungkan beri kabar padaku apa yang bisa aku bantu,” ujar Darel dengan senyum bahagia yang terus terpancar di wajahnya
Semua orang yang berada di dalam ruang sidang pun menatap kehadiran wanita dengan sorot mata bertanya-tanya. “Tiffanny?” lirih Glara kala melihat sosok wanita muda yang berdiri di antara puluhan orang yang hadir di dalam sana.“Siapa orang ini? Dan saksi dari pihak mana?” tanya Hakim pada pengacara Damian maupun Robert.“Saya Tiffany Magdalena, anak dari Daniel Woody. Politikus yang meninggal di dalam sel tahanan karena tuduhan tak beralasan.”Hakim pun mempersilakan wanita muda itu untuk maju ke depan dan dilakukan sumpah. Setelah melakukan sumpah, hakim dan jaksa penuntut mulai menginterogasinya.“jadi apa yang anda ketahui atau apa yang ingin anda sampaikan?” tanyanya pada Tiffany yang berdiri di depan mic dan menatap lurus ke arah hakim.Tiffany menarik napas dalam-dalam ia menatap Damian dan Robert bergantian. “Robertinus
“Aku ingin mengajak Tiffany bekerja di perusahaan. Aku tahu dia memiliki kemampuan yang memadai dan setelah menikah nanti aku ingin membatasi pekerjaan jadi aku rasa aku butuh Tiffany untuk membantu menghandle. Bagaimana menurutmu?”Bhuvi terdiam sejenak ia tampak berpikir sejenak. “kita coba bicarakan padanya nanti.” Glara tersenyum senang mendengar balasan Bhuvi yang ternyata mendukung permintaannya.Mobil pun kembali hening hingga tiba di kantor Glara. Setibanya di sana, Glara dan Bhuvi bergegas menuju ke ruang meeting. Beberapa dewan direksi sudah menunggu kehadiran mereka, Glara pun segera memulai meeting yang membahas perihal penemuan untuk bahan produk yang batal dulu.“Maaf sudah menunggu lama,” ujar Glara seraya membungkukkan tubuhnya. “Pertama-tama, terima kasih atas kehadirannya. Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang hasil riset yang saya temukan dalam penyelidika
“Pihak kepolisian hanya meminta bantuan untuk menyampaikan permintaan janji, Tuan.”Bhuvi menganggukkan kepala. “Oh iya, besuk pagi sebelum ke villa saya akan ke sana. Glara apa kamu mau ikut?” tanya Bhuvi pada Glara yang menatapnya.Glara terdiam sejenak, “iya,” sahut Glara seraya menganggukkan kepala.Bhuvi tersenyum mendengar jawaban Glara. Ia lantas mengusap puncak kepala Glara lembut. “Paman Leo‼ kita main lagi . Paman Leo yang berjaga aku dan Erina yang bersembunyi‼” pekik Gama seraya berdiri di dekat Leo.Leo tampak ragu namun akhirnya ia mengangguk setelah mendapatkan persetujuan dari Bhuvi. kini Gama, Erina, Leo dan Boy sedangkan Tasha ia sedang ditugaskan untuk mengurus persiapan pernikahan Glara di villa tempat proyeknya dulu dibangun, tentu saja dengan Tiffany yang menjadi event organizernya.Glara menarik napas dalam-da
“Kamu cantik sekali,” puji Lana menatap Glara dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. “kamu benar-benar ratu hari ini.” Glara semakin tersipu malu mendengar pujian Lana.“Tante bisa aja, Glara jadi malu,” ujar Glara menundukkan kepala.“Sebelum turun, boleh kami ambil gambar untuk portofolio?” tanya salah satu perias meminta izin pada Glara dan Lana.Glara pun mengangguk dan mengikuti arahan dari perias untuk mengambil beberapa pose di dekat jendela kamar villanya. “Terima kasih, Bu,” ujar perias itu seusai mengambil gambar Glara dari beberapa angle.“Saya juga berterima kasih sudah menyulap saya jadi seperti ini,” balas Glara dengan senyum manis di wajahnya.Setelah perias tadi selesai merapikan barangnya dan berpamitan keluar ruangan, Lana duduk di samping Glara. “Glara, terima kasih sudah menerim