Ruangan CEO ada di ujung koridor. Pintu itu tidak tertutup dan bisa terlihat sosok seorang lelaki berpakaian hitam tengah bersandar di kursi.“Papa ….”Michelle tersenyum lebar dan langsung berlari ke arah lelaki itu. Namun Michael menahan lengan gadis itu dengan wajah yang menggelap. Dengan penuh penekanan dia berkata, “Papa lagi main.”Darren terlihat tidak percaya dan berkata, “Ternyata Papa nggak pulang bukan karena sibuk kerja. Dia ada waktu main tenis, main ponsel, tapi nggak ada waktu menemani kita dan Mama. Papa sudah nggak cinta kami lagi, kan?”Bocah lelaki itu menangis dan diikuti dengan Michelle yang juga tidak bisa menahan tangisannya. Eddy menipiskan bibirnya dan berkata, “Tanjaya Group sedang membuat proyek permainan internet. Mungkin Papa sedang uji coba permainan itu.”Itu merupakan satu-satunya alasan yang dapat dicetuskan oleh Eddy untuk membantu ayahnya. Akan tetapi setelah maju beberapa langkah, dia bisa melihat pemandangan di layar ponsel lelaki itu. Permainan itu
“Jangan nangis, Papa bawa kamu cuci muka dulu,” kata Rendy sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangan untuk memeluk gadis itu.Meski Michelle mengatakan ayahnya orang jahat, tetapi bocah itu tetap ingin digendong oleh ayahnya. Dia memeluk leher Ronald dengan tangisan yang mulai pecah. Rendy memelukan dan masuk ke dalam kamar mandi.Tiga orang lelaki yang ada di luar sana tampak saling berpandangan. Bibir Darren bergerak dan bergetar, suaranya seperti menahan isakan ketika berkata, “Kenapa aku merasa Papa berubah menjadi jauh lebih menyeramkan dibandingkan dulu?”“Aku merasa Papa aneh sekali,” ujar Eddy dengan kening berkerut.“Aku merasa Papa sangat aneh. Meski dulu dia tegas dan serius, Papa nggak pernah menatap kita dengan sorot seperti itu,” lanjut Eddy lagi.Michael mendengus dan berkata, “Mungkin ini sisinya yang asli. Lelaki itu menggunakan kelembutan dan kesabaran untuk membohongi mamanya, Michael dan juga Michelle. Setelah mereka bisa beradaptasi dengan keluarga Tanjaya,
Rendy dibuat tercenung di tempat. Kemudian dia tersenyum paksa dan berkata, “Pulang dulu ya, malam ini Papa akan pulang.”Michelle melonjak girang dan berseru senang sambil berkata, “Aku pasti akan tunggu Papa pulang!”“Tania, antar keempat anak ini pulang,” perintah Rendy sambil memijat keningnya.Tania berjalan masuk dan tersenyum manis sambil berkata, “Den, Non, biar saya antar pulang.”“Antar kami sampai lift saja,” ujar Eddy datar.Tania meliriknya sekilas. Dia pernah bertemu dengan bocah ini di kantor dan awalnya dia pikir Eddy adalah keponakannya Ronald. Akan tetapi ternyata Eddy adalah anak kandung Ronald!Mata, aura dan sikap bocah itu sungguh mirip sekali dengan Ronald. Tania juga tahu dari berita kalau Ronald dan Rachel sudah memiliki empat anak. Akan tetapi setelah Ronald menikah, Tania merasa lelaki itu selalu sibuk bekerja.Pertama adalah dinas selama dua minggu ke Ontara. Setelah itu dia sibuk lembur di kantor selama satu minggu penuh!Selama satu minggu terakhir, Ronald
Farah menegang ketika ditanya seperti itu. Sesaat kemudian dia tersadar dan berkata, “Yang penting keluarganya stabil. Setiap orang pasti akan memikirkan kemajuan dari usahanya. Papa kalian juga ingin kalian hidup lebih baik lagi makanya setiap hari sibuk di kantor.”Michael menunduk sambil tersenyum sinis. Tanjaya Group sudah sedari dulu menjadi perusahaan raksasa yang sangat hebat. Masih ingin maju sampai tahap apa? Jelas sekali kalau lelaki itu sudah berubah.Dia menggunakan kalimat omong kosong untuk membohonginya dan Michelle serta ibunya. Mereka bertiga sudah hidup dengan bahagia sebelumnya. Sekarang kebahagiaan itu sudah lenyap dihembus oleh angin.“Bu, saya minta koki untuk siapkan makan malam yang lezat,” ujar Hilmi sambil tersenyum lebar agar situasi tegang di ruang tamu bisa sedikit berkurang.“Den, Non, kalian ingin makan apa?” tanya Hilmi lagi.Michelle tersenyum manis dan melonjak girang sambil berkata, “Aku mau makan kue manis!”Darren sudah sedari tadi melupakan emosiny
Suaranya yang bermalas-malasan itu akhirnya terdengar serius.“Tanjaya Group sudah hampir aku kuasai sepenuhnya. Meski identitasku diketahui, nggak ada ancaman yang berarti buat aku.”“Rendy!” seru Farah dengan suara meninggi. “Kamu tahu kalau ada berapa banyak orang yang sedang memantau Tanjaya Group? Kamu tahu kalau ada berapa banyak orang yang iri? Semua perlakuanmu, sikap dan emosimu sekarang akan diketahui oleh semua orang selain anak-anak dirumah! Kalau sampai saat itu tiba, nggak akan ada kesempatan lagi buat kamu!”“Mama tahu kamu nggak peduli dengan Tanjaya Group, tapi ini adalah keringat dan darah papa kamu! Papa kamu meninggal karenamu, kamu nggak boleh memperlakukan keringat dan jerih payah papa kamu seperti ini! Di dunia ini nggak ada hal yang bisa membuatmu peduli, tapi Mama Cuma mohon sama kamu untuk memikirkan papamu ketika melakukan apa pun!”Farah menangis dan suaranya terdengar penuh permohonan.“Cukup! Aku sudah tahu!”Rendy memutuskan sambungan telepon secara sepih
“Rendy, aku begitu mencintaimu. Rahasiamu juga menjadi rahasiamu, aku akan menyimpannya dalam hati selamanya,” kata Catherine sambil memandangi lelaki itu dengan sorot kagum.Dia terisak sambil berkata, “Ronald sudah aku hipnotis hingga kehilangan ingatan, dia nggak akan kembali lagi selamanya. Kamu cerai dengan Rachel dan menikah denganku. Kita akan memiliki anak sendiri. Bukankah begitu lebih baik?”Kening Rendy berkerut jengah. Dulu seharusnya dia tidak mencari perempuan ini untuk membantunya melakukan hipnotis dan lupa ingatan. Sekarang setelah Ronald mati, tidak akan ada artinya dari hipnotis itu. Justru Catherine memegang kartu As miliknya.“Ronald mau membunuhmu, memangnya kamu masih mau bantu dia menjaga istri dan anak?” tanya Catherine sambil bangkit berdiri.“Selain itu, orang-orang di sekitar Ronald juga akan menyadari perubahan suatu saat nanti. Setelah itu secara perlahan mereka menyadari kalau kamu bukan Ronald. Sangat berbahaya sekali! Hanya perceraian yang bisa membuatm
“Yang namanya pria pasti akan berubah. Jangan menilainya terlalu tinggi hanya karena dia seorang CEO. Di dunia ini, pria yang kaya dan berkuasa memang seperti itu.”“Bu Rachel kasihan banget. Baru saja menikah, suaminya sudah selingkuh. Mungkin saja dia masih belum tahu apa-apa lagi.”“Punya empat anak lagi. Dia baru pergi hari ini, selingkuhan Pak Ronald langsung datang ....”“....”Usai mengatur urusan di perusahaan, Rachel baru pulang. Sebelum mobilnya masuk ke vila keluarga Tanjaya, dia sudah melihat sebuah mobil hitam yang dikenalnya di halaman.Rachel memarkir mobilnya, lalu melihat ke dalam vila. Dia pun melihat sosok yang dikenalnya sedang duduk di sofa ruang tamu.Farah sedang berbicara dengannya dan Michelle bersandar padanya. Anak itu menyipitkan matanya sedikit, sepertinya sudah tertidur.Eddy dan Michael sedang duduk di sofa seberang sambil membaca buku. Sedangkan Darren sedang merakit Transformer. Suasana di ruang tamu tampak begitu tenang dan indah.Rachel berdiri di dep
Rachel mengerutkan bibir merahnya. Dia mengangkat tangannya dan mengambil selembar tisu dari lemari di samping pintu. Kemudian, dia berjalan ke arah pria itu dan berkata dengan nada datar, “Kamu membungkuk sedikit.”Rendy tidak tahu apa yang akan Rachel lakukan. Dalam hati berpikir, apakah Rachel akan menyeka keringatnya? Dia pun melengkungkan bibirnya dengan dingin, lalu membungkukkan badannya sedikit.Rachel tiba-tiba berkata dengan acuh tak acuh, “Lain kali sebelum masuk ke rumah coba periksa dulu dari ujung kepala sampai ujung kaki ada nggak yang nggak pantas.”Rendy spontan menatap Rachel dan melihat ada sedikit bekas lipstik di tisu. Di kerah baju putihnya juga masih ada bekas lipstik. Sorot matanya seketika menjadi dingin.“Kalau kalian mau bermesraan, ke kamar saja sana. Nggak baik dilihat anak-anak!”Farah membawa anak-anak keluar dari kamar mandi. Begitu keluar, dia melihat Ronald sedikit membungkuk, sedangkan Rachel berjinjit dan meletakkan tangannya di leher Ronald. Dari su