Rachel mengerutkan bibir merahnya. Dia mengangkat tangannya dan mengambil selembar tisu dari lemari di samping pintu. Kemudian, dia berjalan ke arah pria itu dan berkata dengan nada datar, “Kamu membungkuk sedikit.”Rendy tidak tahu apa yang akan Rachel lakukan. Dalam hati berpikir, apakah Rachel akan menyeka keringatnya? Dia pun melengkungkan bibirnya dengan dingin, lalu membungkukkan badannya sedikit.Rachel tiba-tiba berkata dengan acuh tak acuh, “Lain kali sebelum masuk ke rumah coba periksa dulu dari ujung kepala sampai ujung kaki ada nggak yang nggak pantas.”Rendy spontan menatap Rachel dan melihat ada sedikit bekas lipstik di tisu. Di kerah baju putihnya juga masih ada bekas lipstik. Sorot matanya seketika menjadi dingin.“Kalau kalian mau bermesraan, ke kamar saja sana. Nggak baik dilihat anak-anak!”Farah membawa anak-anak keluar dari kamar mandi. Begitu keluar, dia melihat Ronald sedikit membungkuk, sedangkan Rachel berjinjit dan meletakkan tangannya di leher Ronald. Dari su
“Langit belum gelap, kamu sudah nggak tahan lagi?”Suara pria itu penuh dengan candaan, sindiran, juga sedikit ketertarikan dan penyelidikan. Jika kamu mencintai seseorang, maka kamu tidak mungkin berbicara dengan orang yang kamu cintai dengan nada yang penuh penghinaan seperti itu.Hati Rachel yang sejak awal sudah tenggelam ke dasar jurang kini terasa sedikit sakit. Dia mengangkat tangan dan menghempaskan tangan pria itu. Kemudian, dia membungkuk dan mengeluarkan dua dokumen dari laci nakas. Setelah itu, dia melemparkan dokumen kepada pria itu, “Cepat tandatangani.”Mata Rendy spontan menyipit. Begitu dia melihat huruf yang tercetak besar di sampul dokumen itu, raut wajahnya seketika menjadi dingin, “Kenapa? Kamu mau cerai?”“Aku bisa menikah denganmu karena aku mencintaimu. Aku juga bisa mengajukan cerai karena nggak mencintaimu lagi. Apa yang aneh?” Ekspresi Rachel begitu tenang, “Mengingat perceraian akan berdampak pada Tanjaya Group dan anak-anak, aku harap kabar perceraian kita
“Lipstiknya nggak sengaja kena bajuku.” Rendy menjelaskan dengan sabar.Tangannya yang memegang dagu Rachel pelan-pelan menurun ke bawah, lalu melingkar di pinggang ramping perempuan itu.Rendy perlahan membungkuk dan mendekatkan bibirnya di telinga Rachel, lalu berkata, “Rachel, satu bulan ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sampai aku nggak sadar sudah mengabaikan kamu. Ini salahku, aku minta maaf padamu. Kamu mau maafkan aku, kan?”Di tengah keadaan linglung, Rachel seolah melihat sosok Ronald yang dulu. Pria yang mencintainya, menjaganya, melindunginya dan selalu menghormatinya.“Rachel, bukannya aku nggak mencintai kamu. Aku hanya nggak tahu bagaimana caranya mencintai kamu. Kita mulai dari awal lagi, oke?”Kedua tangan pria itu memegang wajah Rachel. Kemudian, bibir tipisnya sedikit demi sedikit mendekati bibir Rachel.Otak Rachel tiba-tiba berdengung. Tubuhnya bereaksi lebih cepat dari akal sehatnya. Dia pun menghindari ciuman pria itu dengan cepat. Rendy tidak berhasil men
Pada saat makan tadi, pria itu hanya makan makanan yang manis. Seperti iga asam manis, cola chicken wing, onde-onde. Padahal jelas-jelas Ronald lebih suka makanan tawar daripada makanan manis.Selain itu, cara pria itu makan agak serampangan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang ahli waris yang dibesarkan di keluarga besar.Rachel tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Namun sekarang begitu dia memikirkannya, dia baru menyadari sebenarnya banyak sikap, gerakan dan cara bicara pria itu tidak mirip dengan sosok Ronald yang dulu.“Tunggu sebentar!” ujar Rachel tiba-tiba dengan dingin.Tangan Rendy baru saja memegang gagang pintu. Sorot matanya seketika berubah. Dia pun berbalik dan berkata dengan dingin, “Ada hal lain yang ingin kamu bicarakan?”“Kamu nggak mau cerai, kan?” kata Rachel dengan perlahan, “kalau kamu setiap hari nggak pulang, aku hanya punya satu jalan, yaitu cerai. Jadi aku harap malam ini kamu bisa tetap di sini. Aku ingin tahu apakah kamu yang sekarang masih panta
Farah menarik napas dalam-dalam. Setelah itu, dia baru berhasil menekan perasaan gugup dan mencekik di hatinya.Farah menghampiri Rachel dan meraih tangan menantunya itu, lalu dia menghela napas dan berkata, “Rachel, setiap orang memiliki dua sisi. Contohnya kamu, kamu kuat dan tegas di dunia bisnis. Tapi kalau di depan anak-anak, kamu jadi lembut dan penyabar. Dua kepribadian yang sangat berbeda ini milik kamu sendiri. Begitu juga dengan Ronald. Nggak peduli sisi mana yang dia tunjukkan, itu tetap saja Ronald, putraku, suamimu dan papa dari anak-anakmu.”“Aku mengerti, Ma.”Rachel melengkungkan bibirnya untuk memaksakan senyum. Namun, ada bayangan gelap di dalam matanya. Dia pun menarik tangannya dari tangan Farah dan berkata, “Ronald masih tunggu aku di kamar. Aku ke atas dulu, Ma.”Rachel mengambil langkah berjalan ke dalam vila, lalu berjalan menuju kamar tidur utama di lantai atas selangkah demi selangkah.Sedangkan Farah masih berdiri di tempat, dengan jari-jari yang terkepal era
Rachel dan Ronald baru saja menikah. Hubungan mereka belum cukup dekat sampai Rachel benar-benar familiar dengan pakaian dalam pria itu.Rachel mandi sambil merenung. Begitu dia keluar dari kamar mandi, pria yang tadinya merokok di balkon telah menghilang. Rachel membuka pintu kamar dan berjalan keluar. Dia pun melihat Farah yang berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan wajah cemas.“Rachel, tiba-tiba ada urusan di perusahaan Ronald. Dia baru saja pergi.” Farah segera menjelaskan, “Nanti kalau dia sudah pulang, aku akan tegur dia. Sudah malam, kamu tidur saja dulu.”Rachel mengangguk sambil tersenyum, “Mama juga tidur lebih awal.”Usai berkata, Rachel masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Kemudian, dia menghubungi seseorang.“Peter, aku boleh tanya sedikit tentang psikologis, nggak?”“Rachel, kamu mimpi buruk lagi akhir-akhir ini?”Peter ada psikiater pribadi Rachel di luar negeri. Pada saat berada di luar negeri, Rachel mengira kedua anaknya telah meninggal. Hal itu menyebabkan d
“Non Rachel kenapa nggak tidur lebih lama?” Hilmi yang baru bangun tidur melihat Rachel sedang menuruni tangga.“Hari ini aku nggak ke kantor. Aku bangun lebih awal karena mau siapkan sarapan untuk anak-anak.” Rachel tersenyum dan berkata, “Pak Hilmi suka makan apa, aku sekalian buatkan untuk Pak Hilmi.”“Nggak usah, aku bisa siapkan sendiri, Non.” Hilmi merasa tersanjung, “Aku pergi ke dapur bantu Non Rachel saja.”Rachel menolak tawaran Hilmi. Dia pun memakai celemeknya dan pergi ke dapur. Setelah menikah dengan Ronald, Rachel biasanya memasak satu kali sehari. Sarapan atau makan malam. Anak-anak suka dengan masakannya. Namun, Ronald sepertinya sudah lama tidak makan masakannya. Pertama-tama, Rachel merebus telur untuk anak-anak. Kemudian, dia membuat mie dan mulai membuat sarapan untuk Ronald. Dia membuat keju ala barat, lalu menambahkan dua potong roti dan menggoreng telur menjadi bentuk hati. Kemudian, dia menaruh telur di tengah roti.“Pak Hilmi, aku mau keluar sebentar.”Rachel
“Jangan ngomong sembarangan apa di depanku?”Suara dingin tiba-tiba bergema di belakang Tania. Para sekretaris di ruang pantry spontan gemetaran. Wajah mereka langsung memucat. Tania menoleh ke belakang dengan perlahan. Dia pun melihat Rachel sedang berdiri sambil bersandar di kusen pintu dengan senyum tipis di wajahnya.“Ng-nggak ada apa-apa, Bu Rachel.” Tania cepat-cepat menyerahkan kopi dan berkata, “Bu Rachel, silakan diminum kopinya.”Rachel mengambil kopi dari Tania dan berkata dengan tenang, “Aku barusan dengar kalian bilang Pak Ronald bermain-main dengan seorang perempuan asing?”“Bu ... Bu Rachel salah dengar.” Tania ketakutan sampai jiwanya seakan melayang pergi, “Kami sedang bergosip tentang industri hiburan. Nggak ada hubungannya dengan Pak Ronald.”Rachel mengangkat pandangannya dan menatap lurus ke arah sekretaris yang mengenakan jas hitam di belakang. Kemudian, dia berkata, “Kamu yang bilang. Ikut aku ke kantor CEO.”Sekretaris yang mengenakan jas hitam itu ketakutan sa