“Non Rachel kenapa nggak tidur lebih lama?” Hilmi yang baru bangun tidur melihat Rachel sedang menuruni tangga.“Hari ini aku nggak ke kantor. Aku bangun lebih awal karena mau siapkan sarapan untuk anak-anak.” Rachel tersenyum dan berkata, “Pak Hilmi suka makan apa, aku sekalian buatkan untuk Pak Hilmi.”“Nggak usah, aku bisa siapkan sendiri, Non.” Hilmi merasa tersanjung, “Aku pergi ke dapur bantu Non Rachel saja.”Rachel menolak tawaran Hilmi. Dia pun memakai celemeknya dan pergi ke dapur. Setelah menikah dengan Ronald, Rachel biasanya memasak satu kali sehari. Sarapan atau makan malam. Anak-anak suka dengan masakannya. Namun, Ronald sepertinya sudah lama tidak makan masakannya. Pertama-tama, Rachel merebus telur untuk anak-anak. Kemudian, dia membuat mie dan mulai membuat sarapan untuk Ronald. Dia membuat keju ala barat, lalu menambahkan dua potong roti dan menggoreng telur menjadi bentuk hati. Kemudian, dia menaruh telur di tengah roti.“Pak Hilmi, aku mau keluar sebentar.”Rachel
“Jangan ngomong sembarangan apa di depanku?”Suara dingin tiba-tiba bergema di belakang Tania. Para sekretaris di ruang pantry spontan gemetaran. Wajah mereka langsung memucat. Tania menoleh ke belakang dengan perlahan. Dia pun melihat Rachel sedang berdiri sambil bersandar di kusen pintu dengan senyum tipis di wajahnya.“Ng-nggak ada apa-apa, Bu Rachel.” Tania cepat-cepat menyerahkan kopi dan berkata, “Bu Rachel, silakan diminum kopinya.”Rachel mengambil kopi dari Tania dan berkata dengan tenang, “Aku barusan dengar kalian bilang Pak Ronald bermain-main dengan seorang perempuan asing?”“Bu ... Bu Rachel salah dengar.” Tania ketakutan sampai jiwanya seakan melayang pergi, “Kami sedang bergosip tentang industri hiburan. Nggak ada hubungannya dengan Pak Ronald.”Rachel mengangkat pandangannya dan menatap lurus ke arah sekretaris yang mengenakan jas hitam di belakang. Kemudian, dia berkata, “Kamu yang bilang. Ikut aku ke kantor CEO.”Sekretaris yang mengenakan jas hitam itu ketakutan sa
Rachel mengangkat alisnya sedikit. Dia pun melihat ada emosi yang tidak jelas bergejolak di mata gelap pria itu. Kelihatannya trik yang dilakukannya ini masih berguna. Selama Rachel tetap gigih, dia pasti bisa memanggil kembali kepribadian utama pria itu.“Ronald, kamu kerja dulu. Aku mau pulang temani anak-anak. Aku harap kamu bisa pulang lebih awal malam ini.”Rachel berjalan keluar dari kantor dengan sebuah kotak bekal di tangannya. Begitu dia keluar, Rendy langsung menyalakan sebatang rokok. Di tengah asap rokok, mata pria itu terlihat lebih gelap dan suram.Rendy terdiam sejenak dengan alis berkerut. Sudah hampir sebulan sejak dia menjadi Ronald. Selama itu juga, dia tidak pernah menyentuh perempuan. Mungkin karena sudah lama tidak menyentuh perempuan, makanya dia bisa-bisanya terpancing oleh Rachel.Rendy mengangkat tangan dan hendak meminta asisten di luar untuk membawa seorang perempuan untuknya. Asisten itu adalah asisten yang Rendy rekrut sendiri, orang kepercayaannya. Kalau
Ketika dia hendak melihatnya dengan lebih jelas, keempat anaknya bergegas masuk dari luar.“Ma, hari ini Mama nggak usah kerja. Kita ke taman hiburan, ya?”“Ma, aku juga mau ke taman hiburan?”Michael mengangkat kepalanya dan berkata, “Ma, Michelle kan mau pergi. Ayolah, kita pergi.”Eddy mengangguk dan berkata, “Aku akan mengatur agar pekerjaanku sore ini ditunda sampai besok.”Rachel berpikir dan berkata, “Gimana kalau kalian ajak papa kalian saja?”Begitu dia mengatakannya, anak-anak terdiam.Meskipun mereka tidak mengerti apa yang terjadi di antara orang tua mereka, mereka semua bisa merasakannya. Ayah mereka berbeda dari yang sebelumnya.Eddy diam sejenak dan berkata, “Pa sangat sibuk dengan pekerjaannya, memangnya Papa mau ikut sama kita?”Michael mengerutkan bibirnya dan berkata, “Ma, kita berlima saja.”“Iya, menurutku Papa agak menakutkan,” ujar Darren dengan cemberut. “Aku nggak mau Papa ikut pergi.”“Apa cuma aku yang mau Papa ikut?” Michelle mengerjapkan matanya yang besar
Satu jam kemudian, enam orang turun dari mobil di depan pintu taman bermain.“Pa, aku mau digendong Papa!”Michelle mengangkat tangannya dan melingkarkan lengannya di leher Rendy.Dia bersandar lembut di dada Rendy, menyuntikkan sedikit kehangatan ke dalam hati pria itu.Meskipun anak ini bukan putri kandung Rendy, mereka juga memiliki hubungan darah. Anak ini bisa dianggap sebagai saudara dekatnya.Seorang paman menyayangi keponakan perempuannya. Ini bukan suatu hal yang tidak bisa diterima.Rendy menggendong Michelle dan berjalan di paling depan.Rachel ikut di belakang mereka, dengan suasana hati yang tak ditebak jika hanya dilihat dari tatapan dingin di matanya.Sebelum pergi, Rachel mengobrol dengan Pak Hilmi. Dia kurang lebih bisa menebak trauma terbesar dalam hidup pria ini dalam dua puluh tahun terakhir adalah kematian ayahnya.Dia tidak tahu bagaimana ayah pria ini bisa meninggal, tapi dia harus bisa membantu Ronald mendapatkan kembali kepribadiannya dengan sudut pandang dan k
Seseorang yang familier tiba-tiba muncul di depan matanya.“Pak, kebetulan sekali,” Catherine berjalan mendekat dengan senyum di wajahnya dan berkata, “Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di taman bermain.”Wanita itu membungkuk untuk menyapa anak-anak dan berkata, “Hai, aku Tante Catherine. Siapa di antara kalian yang masih ingat Tante?”“Aku ingat!” Darren berkata lebih dulu, “Sebelumnya waktu Papa dirawat di rumah sakit, Tante pernah datang menjenguk Papa.”“Benar.” Catherine membelai rambut Darren, lalu menatap Rachel, mengulurkan tangannya dan berkata, “Bu Rachel, senang bertemu denganmu lagi.”Rachel memandangnya dengan acuh tak acuh.Dia ingat apa yang terjadi pada malam itu dengan sangat jelas.Jika Catherine tidak bertingkah, Ronald pasti akan menangkap Reihan.Ketika memikirkan Reihan, Rachel baru ingat. Dia hampir lupa. Pria itu sebenarnya sudah ditangkap atau belum? Atau sudah melarikan diri tanpa jejak?Ketika dia sedang merenung, dia mendengar pria di sampingnya ber
“Pa, aku mau makan permen kapas ....”Suara manja Michelle memecah suasana canggung itu.Rendy menunduk dan menggendong gadis kecil itu, lalu berkata “Ayo kita beli permen kapas.”Rachel berkata dengan ekspresi penuh arti, “Bukannya Bu Catherine sangat peduli pada Reihan? Kenapa kamu sepertinya nggak sedih sama sekali ketika pria itu meninggal?”“Dia hanya pergi ke tempat yang lebih baik. Kenapa aku harus sedih?” Catherine menatap punggung Rendy dan perlahan tersenyum. “Pak Ronald kelihatannya papa yang baik.”Rachel tersenyum dengan dingin dan berkata, “Kasih sayang seorang ayah itu natural, tapi cinta antara pria dan wanita nggak. Aku sudah lama datang, tapi belum pernah melihat Pak Ronald melihat ke arah Bu Rachel.”Wajah Rachel berubah dingin.Jika dia hanya curiga tadi, sekarang dia hampir 100% yakin kalau ada sesuatu di antara Catherine dan Ronald.Namun, ketika bertemu di bar hari itu, suasananya tegang dan keduanya kelihatanya hampir berkelahi. Apa kedua orang ini bisa saling m
Namun, kalau hal itu sudah terjadi, maka semua yang dia lakukan tidak akan ada artinya.Pria yang sudah disentuh oleh wanita lain akan terlihat bagai sampah baginya. Dia sudah cukup baik apabila tidak menyingkirkan pria itu.Alasan mengapa dia masih berdiri di sini dan menanyakan pertanyaan yang begitu sederhana ini adalah karena keempat anak mereka.Jantung Rendy tiba-tiba seolah berhenti berdetak ketika melihat senyuman di wajah Rachel.Dia teringat aka napa yang terjadi berapa tahun yang lalu. Dia pergi mencari ibunya untuk menghindari kejaran orang, kemudian bertemu dengan Catherine.Saat itu, Catherine baru berusia 17 atau 18 tahun. Wanita itu masih sangat lugu, romantis, dan montok.Dia telah hidup di tempat yang penuh dengan dosa selama bertahun-tahun. Semua wanita di sekitarnya adalah wanita panggilan rendahan yang telah ditiduri orang berkali-kali, sementara Catherine masih suci.Gadis yang begitu suci merayunya. Dia sama sekali tidak bisa mengendalikan diri, dan kemudian ….D