Penabrakan mobil Darren hari itu sudah direncanakan sejak lama.Polisi dan orang-orang dari keluarga Tanjaya sudah mencari di seluruh kota, tapi ternyata mobil pelaku masuk ke parit dan mayat pelaku ditemukan dalam keadaan kaku.Polisi sangat peduli dengan kasus ini dan sedang menyelidiki petunjuk di mana-mana.“Putraku sangat baik dan pemalu. Dia nggak mungkin berpikir untuk menyakiti orang lain! Wanita inilah yang memberi putraku sejumlah uang dan menghasut putraku untuk melakukan perbuatan jahat itu! Putraku yang baik dan sangat polos itu ….”Polisi bertanya dengan tajam, “Kamu bilang Bu Rachel pernah menemui anakmu. Kapan dan di mana?”“Jam delapan atau sembilan malam, tepat di depan rumahku.” Wanita paruh baya itu menutup mulutnya dan menangis dengan keras, “Aku nggak melihatnya, tetapi tetanggaku melihatnya ....”Polisi itu memandang Rachel, “Apa yang sedang kamu lakukan pada jam delapan atau sembilan malam dua hari yang lalu?”Rachel tersenyum, “Aku sedang bertelepon dengan pia
Rachel hanya bisa diam mendengar keluh kesah Nenek Irma.Ada sebuah tembok yang memisahkan kehidupannya dengan Shania. Dia tidak akan pernah bisa hidup harmonis dengan Shania dalam hidupnya.Dia membuka suara dan berkata dengan lembut, “Nenek, aku bertemu dengan seorang anak sebelumnya, dan dia bilang dia adalah anaknya Sha ....”“Bruk!”Tiba-tiba terdengar suara keras dari lantai dua. Pecahan kaca bertebaran ke mana-mana, jatuh dari lantai dua ke halaman di bawah.Rachel mengerutkan kening, “Apa yang terjadi?”Nenek Irma sepertinya sudah biasa dengan hal itu, “Shania selalu membanting barang setiap kali dia marah. Entah siapa yang membuatnya marah kali ini. Shania, kamu dan Shania selalu bertengkar setiap kali bertemu, Nenek nggak jadi mengajakmu makan malam bersama, deh.”Rachel mengangguk, berdiri dan berjalan lebih masuk ke halaman itu. Dia mendongak sedikit dan kebetulan bisa melihat kamar Shania dari sana.Dia mengangkat alisnya dengan dingin, lalu perlahan berjalan ke lantai dua
Lalu, dia juga mengirim sebuah voice note ....“Eddy, ini video yang teman Mama kirim. Wanita paruh baya dalam video itu adalah ibu dari pengemudi yang menabrak Darren. Kalau apa yang dikatakan ibu pengemudi itu benar, maka orang dibalik kecelakaan itu adalah Rachel!”Pagi ini, Eddy ada kelas.Dia sedang membaca buku di ruang kerjanya ketika ponselnya bergetar.Dia menyipitkan mata dan melihat nama Rachel.Mungkin karena Darren terlalu suka pada Rachel, atau mungkin karena Rachel ada masalah dengan ibunya, atau mungkin karena alasan lain .... Eddy jadi sangat tertarik dengan segala hal tentang Rachel.Dulu, kalau dia sedang belajar atau bekerja, setiap kali ada telepon atau pesan dari Shania, dia tidak akan pernah menjawabnya.Namun, kali ini, dia membuka pesan itu. Video yang dikirim terputar secara otomatis.Setelah video itu selesai terputar, Shania mengirim voice note lagi, “Eddy, Rachel yang melakukannya. Kamu harus membalas dendam untuk Darren!”Eddy mengatupkan bibirnya dan hend
Mendengar suara Shania, kerutan di dahi Eddy jadi semakin banyak, “Sudah.”“Eddy, Rachel sudah mulai menyerang Darren. Berikutnya adalah kamu. Kita nggak boleh diam saja!” Shania berkata dengan gigi terkatup, “Kamu harus mencari cara untuk mengusir Rachel si wanita jalang itu keluar dari Suwanda ....”Eddy tidak senang mendengar kata “wanita jalang” itu.Dia tidak tahu mengapa dia merasa seperti ini ....Dia menarik napas dalam-dalam, “Bu, cukup sudah.”“Apanya?!” Shania membeku sesaat.“Aku bilang, Ma, cukup sudah. Video ini jelas-jelas akting yang disutradarai Mama. Aku bisa melihatnya. Papa juga bisa melihatnya.” Eddy berkata dengan dingin, “Kalau Mama masih ingin memberikan kesan yang baik pada Papa, tolong jangan ikut campur dengan hal ini lagi.”Shania mengepalkan tinjunya dengan keras.Situasi yang dia rencanakan dengan hati-hati ternyata terbongkar dengan begitu mudah?Kok bisa?Bagaimana mungkin?“Eddy, Mama nggak merencanakan ini. Teman Mama yang mengirim video ini ke Mama
Sejak kapan dia bilang akan mengundang Rachel untuk makan bersama?Namun, Darren sudah berkata begitu. Kalau dia menyangkalnya, jadinya akan terkesan dia pelit, traktir satu kali makan saja tidak mau?Ronald mengangguk dan berkata dengan datar, “Kalau nggak ada urusan, ayo pergi ke rumah kita untuk makan.”Begitu Ronald mengatakan itu, Rachel melihat mata Michelle berbinar.Dia masih tidak habis pikir mengapa putrinya ini begitu suka pada Ronald.Setelah memanggil Ronald dengan sebutan “Papa” waktu itu, dia tidak pernah mengubahnya dengan panggilan lain.Sebenarnya, dia juga berharap Michelle dan Ronald bisa lebih akrab. Namun, dia juga takut kalau mereka terlalu dekat, putrinya akan selalu membicarakan pria itu.Kalau itu terjadi, dia akan merasa canggung.Melihat Rachel diam saja, Hilmi mengira perempuan itu tidak ingin bertamu ke rumah keluarga Tanjaya. Dia cepat-cepat berkata, “Bu Rachel, tadi pagi-pagi sekali koki ada beli udang dan kepiting segar. Dia juga membeli ayam kampung. K
Shania merasa organ-organ di tubuhnya seperti mau meledak.Dia adalah ibu kandung dari dua anak laki-laki keluarga Tanjaya, dan dia adalah calon nyonya di keluarga Tanjaya. Kenapa Rachel menggantikannya dan berdiri di samping Ronald?Mengapa dia diusir?“Bu Shania, Den Darren baru saja sembuh. Dia nggak boleh terlalu emosional. Sebaiknya Ibu pergi dulu,” kata Hilmi dengan hormat sambil membungkukkan badannya.Mata Shania tertuju pada Ronald.Pria itu tidak pernah meliriknya sama sekali dari tadi.Berada lebih lama di sini hanya akan membuatnya semakin malu.Memikirkan hal ini, Shania pun berbalik badan dan pergi. Hilmi pun buru-buru mengikuti wanita itu.Rachel menoleh sedikit dan memandangi punggung Shania.Tak disangka, Hilmi begitu hormat kepada Shania, memperlakukannya seperti majikan. Namun, dia juga tidak terlalu memedulikan hal itu.Dia membungkuk dan memeluk Darren, lalu berkata dengan lembut, “Darren, apa yang kamu lakukan barusan itu nggak benar.”Begitu Shania pergi, Darren
Michael menilai rumah keluarga Tanjaya, mengatupkan bibir dan bertanya, “Om Ronald, kakaknya Darren nggak ada di rumah, ya?”Ronald berkata dengan nada datar, “Dia lagi di kantor dan sebentar lagi akan pulang.”Michael mengangguk. Dia berjalan ke depan sebuah rak, mengambil sebuah buku dan membukanya..Rachel melihat ke dapur. Para pelayan sedang menyiapkan makanan. Ada banyak orang yang sedang berada di dapur, jadi dia sebaiknya nanti saja baru masak mie.Dia pun duduk di sofa dengan santai, kemudian mendapati Ronald sedang duduk di seberangnya.Darren dan Michelle di lantai atas, sementara Michael sedang membaca, meninggalkan mereka berdua "menganggur" di ruang tamu.Rachel merasa sangat canggung.Matanya menyapu sekeliling dan mendarat di piano di sudut ruang tamu. Dia akhirnya tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tersenyum dan berkata, “Pak Ronald, apa aku boleh memainkan pano itu?”Ronald mengangguk dengan acuh tak acuh, “Boleh.”Dia memandang Rachel dengan heran. Wanita ini juga
“Michelle, apa kamu juga nggak suka boneka Barbie?” Darren mengerutkan wajahnya dengan sedih.Menebak pikiran Michelle bahkan lebih sulit daripada mengerjakan soal matematika.Dia menghela napas, “Kalau begitu, ayo kita diam-diam pergi main ke luar. Jangan sampai Papa tahu ….”Michelle mengikuti Darren turun dengan patuh.Darren mengajaknya berjalan memutar di bawah tangga ....Namun, baru berjalan beberapa langkah, langkah Michelle terhenti.Dia lebih suka piano daripada main perosotan.Gurunya memberi PR baru untuknya kemarin, dan dia belum melatihnya.Jadi, Michelle pun melepaskan tangan Darren dan duduk di depan piano.Suara piano yang indah terdengar.Mata Darren berbinar, “Wow, Michelle, ternyata kamu juga bisa bermain piano. Indah banget. Aku nggak pernah mendengar permainan piano yang begitu bagus ….”Alunan musik piano akhirnya memecah suasana canggung di ruang tamu.Ronald menoleh dan melihat seorang gadis kecil bergaun pink yang duduk di sebelah piano dekat tangga.Punggung