GrahamMomen itu sempurna baginya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tinggal sedikit yang harus dia lakukan. Dia hanya perlu naik ke kamar gadis itu di lantai atas dan …. Namun, ponselnya langsung berdering dan dia mengernyit ketika dia melihat bahwa itu adalah telepon dari Laura. “Hai, adikku yang menggemaskan,” katanya segera setelah dia menjawab.“Apakah Suzy benar-benar sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit sekarang? Rafael, pengawalku, meneleponku dan bilang Suzy jatuh dari tangga. Apakah itu benar? Bagaimana bisa?” tanyanya, sangat khawatir.Graham memutar bola matanya. “Begini, aku bahkan tidak melihat bagaimana itu terjadi. Seperti yang kubilang, aku meninggalkan ponselku di kamar, jadi aku hanya kembali ke sini untuk mengambil ponselku, tapi aku mendengar dia berteriak. Ketika aku pergi untuk memeriksa apa yang terjadi, dia sudah tergeletak di lantai,” jelasnya. “Dia sungguh ceroboh dan malang.”“Astaga …. Apakah kamu masih di rumah? Aku akan pulang untuk menjemput Ann
LauraAku telah mencurigai alasan Graham kembali ke apartemenku, jadi aku memutuskan untuk menunggunya di dalam mobil dekat kondominium tempatku tinggal. Pada saat itu, aku sedang berbincang dengan Gideon yang sudah pergi ke Surabaya dan sedang menceritakan mengenai pekerjaannya di sana. Dia sedang memberitahuku bahwa dia mempercepat semuanya supaya minggu depan dia bisa kembali ke Jakarta.“Kamu tidak perlu tergesa-gesa, sungguh. Santai saja, aku akan menunggu di sini dengan sabar,” ujarku padanya, tidak ingin dia berpikir aku menuntut apa-apa darinya karena hubungan kami masih sangat baru dan membutuhkan banyak waktu untuk benar-benar berkomitmen.“Aku memutuskan untuk kembali secepatnya untuk menemanimu, sayangku,” jawabnya, membuatku tertawa terbahak-bahak. Rasanya menyenangkan menjalani hubungan romantis dengan seseorang yang mudah bergaul seperti dia. Hubungan yang sehat ini masih baru bagiku, tapi aku sangat menyukainya. Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa bertahan dalam l
Jadi, sekarang aku memutuskan untuk mengabaikan cara dia memanggilku dan fokus pada masalahnya. “Apakah Suzy benar-benar sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit sekarang? Rafael, pengawalku, meneleponku dan bilang Suzy jatuh dari tangga. Apakah itu benar? Bagaimana bisa?” tanyaku dengan tergesa-gesa. Dia pasti memiliki informasi lebih banyak daripada Rafael.“Begini, aku bahkan tidak melihat bagaimana itu terjadi. Seperti yang kubilang, aku meninggalkan ponselku di kamar, jadi aku hanya kembali ke sini untuk mengambil ponselku, tapi aku mendengar dia berteriak. Ketika aku pergi untuk memeriksa apa yang terjadi, dia sudah tergeletak di lantai,” jelasnya, menyesalinya. “Dia sungguh ceroboh dan malang.”“Astaga ….” Aku terbata-bata, hatiku tercekat dalam kesedihan. Suzy yang malang, aku benar-benar berharap dia dan bayinya akan baik-baik saja. “Apakah kamu masih di rumah? Aku akan pulang untuk menjemput Anna dan pergi ke rumah sakit tempat Suzy berada. Putriku pasti ketakutan, dia sa
LauraAku masih benar-benar terkejut oleh perkataan Graham. Aku baru saja mengetahui bahwa Suzy adalah adikku. Selama ini dia adalah adikku dan dia maupun aku tidak mengetahui hal itu. Itu benar-benar tidak disangka. Aku tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan itu sama sekali. Segala hal terlalu dalam bagiku sekarang, terlalu besar untuk dipikirkan.Maksudku, aku bahkan tidak tahu ibuku memiliki anak setelah aku. Dia sudah meninggal ketika aku masih sangat muda, sangat kecil sehingga aku bahkan tidak mengingat wajahnya. Jika bukan karena album foto yang Bibi Julia miliki di rumahnya, aku bisa saja tumbuh tanpa mengetahui wajah ibuku. Sekarang, Graham mengatakan bahwa ibuku memiliki anak lain setelah aku? Seorang anak yang tidak pernah kutemui dan dia mengetahui hal itu selama ini? Kenapa? Kenapa dia menyembunyikan ini dariku? Apa yang sedang terjadi? Aku tidak kuat lagi, informasi yang kudapatkan lebih banyak dari yang bisa kuterima ….“Dia adalah adikmu, Laura,” lanjut Graham di
LauraPonselku tergelincir dari tanganku karena aku gemetar terkejut.Mataku membelalak terkejut setelah aku memproses informasi yang Jason berikan padaku. Apa? Apakah Graham selama ini bersekongkol dengan Kinan? Itu adalah kemungkinan yang selalu kutolak karena itu terlalu konyol untuk menjadi nyata. Maksudku, memang benar bahwa dan dia dan aku memiliki beberapa perselisihan, tapi bersekongkol dengan Kinan dan mengancam nyawa Anna yang merupakan keponakannya sendiri?Astaga, apakah kami sedang berada di film tentang perang saudara? Jadi begitu? Apakah semua perkataannya mengenai penyesalannya hanyalah upaya untuk mendekati putriku? Kakakku sendiri? Aku mulai menyesal dengan getir bahwa aku sempat mempertimbangkan untuk memaafkan dia.Aku menggenggam ponselku dari belakang mobilku karena Jason masih berbicara, atau bisa dibilang berteriak padaku. “Apakah kamu bisa membayangkan seserius apa situasinya, Laura?” Aku bisa memahaminya dengan sempurna.“Apakah kamu benar-benar bisa mela
LauraJason mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, mengambil jalan memutar yang tidak akan macet pada waktu pagi ini. Dia menyusuri gang-gang dan jalan-jalan berliku di Jakarta Selatan, mencari jalan yang lebih baik untuk mencapai mobil Graham.“Dia berjarak sekitar lima menit dari kita sekarang!” kataku, mengamati GPS yang memberi tahu kami lokasi putri kamu dengan akurat.Jason menghentikan mobilnya dengan sangat tiba-tiba sehingga membuatku takut. Kukira kami akan terlibat kecelakaan, tapi dia hanya berhenti karena seorang wanita tua sedang melaju dengan lambat.“Sial!” gumamnya dengan kesal.“Ke kiri saja, ada belokan di sana,” tunjukku dan dia menurut, mengarahkan mobilnya ke belokan di sebelah kiri.“Apakah kita sudah dekat sekarang?” tanyanya dengan cemas.“Kamu harus menyebrangi barisan gedung-gedung ini secepat mungkin! Graham ada di sisi lainnya!” kataku, tapi tampaknya tidak ada pembatas antara bangunan-bangunan yang memungkinkan kami mengakses sisi lainnya.“
“Masukkan Anna ke dalam mobil sekarang, Laura,” perintah Jason, beranjak ke tempat Graham berada. Kakakku ada di dalam mobil, masih kebingungan karena kecelakaan tadi. Jason mencengkeram kerah bajunya dan menariknya keluar dari mobil, melempar Graham ke kap mobil dan mulai memukulnya dengan murka.Aku menutupi Anna supaya dia tidak melihat kekerasan itu dan membawanya ke dalam mobil untuk memeriksa apakah dia terluka. Dia masih menangis, benar-benar trauma oleh kejadian yang baru saja terjadi. Aku menyembunyikan wajah putriku di dadaku setelah aku melihat pistol, yang telah Jason gunakan, tergeletak di lantai mobil. Tanpa membuat putriku menyadarinya dan dengan tangan yang gemetar, aku memegang pistol yang berat itu dan mengembalikannya ke dalam dasbor mobil supaya Anna tidak melihatnya dan langsung menjadi lebih trauma daripada saat ini.“Shh, tidak apa-apa, sayang. Ada Mama di sini sekarang,” kataku, memeluknya. Aku menyadari bahwa dia memiliki luka memar di dahinya dan beberapa di
LauraAku mengusap dan mencium puncak kepala putriku untuk mencoba menenangkannya. Setelah kami tiba di pusat medis, para dokter dengan cepat langsung membawanya untuk diperiksa. Jason dan aku berada di ruangan itu, menjawab pertanyaan yang mereka berikan dan tetap berada di dekat putri kami supaya dia tidak menangis.“Dia mengalami gegar otak ringan, tapi masih bisa disembuhkan oleh obat pereda nyeri dan istirahat selama berjam-jam,” kata dokter tersebut pada kami setelah memberi Anna obat dan menidurkannya di ranjang di dekatnya.“Apakah dia benar-benar akan baik-baik saja, Dok?” tanyaku takut-takut, masih berdiri di samping Anna.“Secara fisik iya, tapi saya sarankan bawa dia ke psikolog anak untuk berbicara padanya mengenai apa yang terjadi hari ini. Pikirannya mungkin masih kebingungan,” katanya.“Serahkan itu pada kami, Dok. Kami akan melakukannya,” kata Jason padanya.“Bagus. Kalau begitu, permisi,” katanya, beranjak pergi untuk merawat pasien lainnya.Jason menghela napa
Laura“Makanannya enak sekali, Laura. Kemampuan memasakmu benar-benar hebat,” puji Gideon saat kami semua sedang duduk di meja makan. Fia berdeham dan langsung meminum anggurnya, jelas-jelas merasa pujian Gideon itu tidak diperlukan. Memuji seseorang memang tidak salah, tapi aku tahu Gideon Nalendra sedang mencoba memprovokasiku saat dia mengatakan beberapa hal yang tidak diperlukan kepadaku.“Terima kasih, Gideon. Aku senang memasak,” jawabku terhadap komentarnya sambil tersenyum tipis dan kembali memotong daging di piringku.“Sayang sekali aku tidak bisa lebih sering memakan makananmu ketika kita masih bersama,” komentarnya sambil terkekeh lucu.Jason, yang berada di sampingku, mengepalkan tangannya dengan erat. “Laura hanya memasak untuk orang-orang yang benar-benar dia sukai. Benar, ‘kan, cintaku?” Dia memandang ke arahku untuk konfirmasi.Aku mengangguk setelah menelan ludah. “Tentu saja, sayang. Aku senang memasak untuk keluarga dan teman-temanku,” jawabku sambil mengangkat
Laura“Semuanya luar biasa, istriku,” katanya, lalu dia mencium bibirku. Aku menjalin lenganku di belakang lehernya dan mengembalikan ciuman itu dengan tidak sabar, tapi kami malah diganggu.“Mama! Papa!” Anna berlari menghampiri kami. “Gideon ada di sini! Kenapa dia ada di sini?”“Apa?” tanyaku, tertegun.“Apa katamu, sayang?” tanya Jason pada putri kami.“Kalian tidak tahu? Dia baru saja tiba bersama Paman Albert. Mama, kamu bilang dia bukan pacarmu lagi,” kata Anna padaku, terlihat marah padaku. Anna tidak pernah benar-benar menyukai Gideon—bukannya itu membuatku khawatir sekarang.“Namun, dia bukan pacarku lagi, Anna. Aku bersama ayahmu, barangkali kamu lupa,” kataku padanya.Jason memandangku, masih terkejut. “Bukankah kamu bilang hanya akan ada Max, Laura?” tanyanya, terlihat gundah.Aku mengangkat bahuku, merasa kebingungan. “Aku tidak tahu, aku … Melanie bilang dia datang sendirian dan ….” Aku mencoba menjelaskan diriku sendiri, tapi aku juga sama bingungnya. Suamiku da
Laura“Apakah ada masalah, sayang?” tanya Jason ketika dia dan aku berada cukup jauh dari yang lain. “Apakah kamu hanya merindukan suamimu?” godanya sambil memegangi pinggulku dan menarikku lebih dekat dengan jahil.Aku terkekeh sambil memutar bola mataku. “Itu bukan ide yang buruk,” jawabku sambil menatapnya dengan nafsu. Dia memiringkan wajahnya untuk menciumku, tapi sebelum dia melakukannya, aku lanjut berbicara setelah menarik napas singkat. “Namun, ada hal yang harus kuberi tahu.”Dia mengernyit. “Apakah itu ada kaitannya dengan anak-anak? Kamu tidak akan bilang kalau Daniel terjebak di atas pohon lagi, ‘kan?” tanyanya dengan curiga. Aku tertawa.Ada pohon di taman mansion kami. Daniel, salah satu dari si kembar, senang memanjat pohon itu karena dia lumayan hiperaktif. Namun, pohon itu terlalu besar untuk seukurannya. Suatu hari, kakinya tersangkut di salah satu ranting dan hampir melukai dirinya sendiri. Kami harus bergegas secepat mungkin ke rumah sakit dan para dokter pun h
Laura“Astaga, nona-nona, apakah kalian bersulang tanpaku? Aku ingin ikut juga,” kata Melanie, istri Albert, yang memasuki dapur. Dia juga ada di sana bersama kami, hanya saja dia sempat pergi sebentar.“Kita bisa bersulang bersamamu lagi, sayang,” jawabku padanya seraya Fia menuangkan anggur ke gelas kosong lainnya dan menyerahkannya kepadanya.“Nih, untukmu, sayang,” kata Fia sambil menyerahkan segelas anggur itu kepada Melanie.“Terima kasih, Fia. Kalian berdua baik sekali padaku,” katanya. Kami bertiga pun bersulang. “Bersulang untuk cinta, yuk?” usulnya.Melanie adalah wanita yang cantik. Albert dan aku telah menghabiskan waktu bersama selama beberapa waktu, dan karena kami telah menjadi lebih dekat karena hubungan keluarga kami, Melanie juga mulai menjadi dekat dengan kami. Dia adalah gadis yang baik dan rendah hati. Selain itu, dia sangat mudah akrab, jadi mudah untuk merasa nyaman di sekitarnya.“Itu adalah hal terbaik yang kita miliki, benar? Cinta?” jawabku sambil terse
Beberapa minggu kemudianLauraSaat itu adalah hari Minggu siang. Anak-anak sedang bermain di kolam renang. Jason dan teman-temannya sedang berbincang dan meminum bir sambil mempersiapkan barbeku. Ibuku dan Rosa sedang berjemur di samping kolam sambil bersenang-senang melihat anak-anak bermain. Fia dan aku sedang berbagi pengalaman di dapur selagi kami mempersiapkan makan siang.Sebenarnya, akulah yang mempersiapkan makan siang karena Fia tidak bisa masak dan sangat ceroboh di dapur. Namun, aku tidak peduli. Aku malah merasa itu lucu. Belum lagi, aku suka memasak untuk semua orang, termasuk Fia. Dia telah melakukan banyak hal untukku sehingga aku berterima kasih padanya meskipun dia hanya melakukan hal yang minimum.“Wah! Saladnya terlihat luar biasa, Lau. Kamu hebat sekali,” puji Fia dengan gembira saat dia melihat makanannya.“Terima kasih banyak, sayang. Ini namanya salad khas Milan dan ini cocok sekali dimakan dengan daging merah,” kataku sambil tersenyum.“Oh, benar. Itu kel
Laura“Astaga, kamu terlihat cantik sekali!” seru Fia, senang sekali, memandangku dengan mata yang penuh perasaan.“Apakah menurutmu aku benar-benar terlihat cantik?” tanyaku sambil tersenyum kecil seraya aku memandang cermin dan meluruskan gaunku.Aku sudah selesai berdandan dan siap untuk pernikahannya. Tidak seperti gaun yang pertama, gaun ini lebih sederhana dan lebih nyaman. Ada karangan bunga di kepalaku dan rambutku digerai di sekitar pundakku. Riasan wajahku ringan dan percaya diri. Senyumanku cantik di wajahku.“Kamu terlihat memesona, Laura. Aku yakin Jason akan jatuh cinta lagi ketika dia melihatmu,” jawabnya dengan semangat.“Bibi Fia benar, Mama,” kata Anna sambil memandangku dengan mata penuh cinta. “Mama terlihat cantik bagaimanapun itu.”“Astaga, sayangku.” Aku tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih, tuan putriku. Sekarang, sebaiknya kita pergi, Papa telah menunggu lama sekali.”Tidak seperti pagi itu ketika Jason dan aku akan menikah di kapel, sekarang kami mem
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia