LauraAku mengusap dan mencium puncak kepala putriku untuk mencoba menenangkannya. Setelah kami tiba di pusat medis, para dokter dengan cepat langsung membawanya untuk diperiksa. Jason dan aku berada di ruangan itu, menjawab pertanyaan yang mereka berikan dan tetap berada di dekat putri kami supaya dia tidak menangis.“Dia mengalami gegar otak ringan, tapi masih bisa disembuhkan oleh obat pereda nyeri dan istirahat selama berjam-jam,” kata dokter tersebut pada kami setelah memberi Anna obat dan menidurkannya di ranjang di dekatnya.“Apakah dia benar-benar akan baik-baik saja, Dok?” tanyaku takut-takut, masih berdiri di samping Anna.“Secara fisik iya, tapi saya sarankan bawa dia ke psikolog anak untuk berbicara padanya mengenai apa yang terjadi hari ini. Pikirannya mungkin masih kebingungan,” katanya.“Serahkan itu pada kami, Dok. Kami akan melakukannya,” kata Jason padanya.“Bagus. Kalau begitu, permisi,” katanya, beranjak pergi untuk merawat pasien lainnya.Jason menghela napa
“Biarkanlah dia tinggal bersamaku,” desaknya.“Kamu pikir dia akan bahagia, tinggal jauh dariku?”“Apa yang kamu bicarakan? Putriku menyukaiku,” belanya.“Itu tidak benar, kamulah yang ingin membeli cinta dia dengan hadiah-hadiah mahal,” jawabku.Pada saat itu, ponselku berdering. Itu adalah telepon dari Rafael, pengawalku. Aku terkesiap ketika aku mengingat bahwa aku telah melupakan Suzy dan situasinya. Astaga …. “Aku harus mengangkatnya,” kataku pada Jason karena kami sedang berbincang serius mengenai putri kami.“Mengesankan sekali bagaimana kamu mengesampingkan permasalahan penting mengenai keamanan putri kita untuk berbicara dengan pacarmu,” kata Jason, tampak tersinggung.“Ini bukan Gideon.” Aku memutar bola mataku.“Ini tentang Suzy. Dia terjatuh di ta ….” Aku mulai menjelaskan, tapi kemudian aku menyadari bahwa mungkin Suzy tidak terpeleset sama sekali, tapi dilukai oleh Graham yang mencoba melukai Anna. “Maksudku, Graham mungkin melukai dia dan dia ada di rumah sakit se
JasonAku melihat Laura meninggalkan ruangan tempat putri kami sedang beristirahat dan beranjak ke tempat Suzy sedang dirawat. Aku bingung setelah mengetahui bahwa dia dan Suzy bersaudara. Demikian pula, aku memang bisa melihat beberapa persamaan fisik di antara mereka, tapi Laura memiliki wajah yang umum, tidak jauh dari standar wanita Indonesia pada umumnya. Suzy juga sama sepertinya. Meskipun mereka berdua sama-sama cantik, aku masih terkejut bahwa mereka bersaudara.“Sial, kepalaku jadi sakit,” komentarku pada diri sendiri.Aku sudah bisa membayangkan cara si b*jingan itu, Graham, memanipulasi Laura supaya dia bisa menculik Anna. Segalanya pasti sangat kacau di dalam kepala Laura. Pantas saja dia jadi panik ketika kami berada dalam situasi penyelamatan itu.Aku melihat kembali punggung tanganku cukup lama. Ada bekas kuku yang menancap di sana, bekas yang dibuat oleh Laura ketika dia kehilangan kendali dirinya, meneriakkan kata-kata yang tidak beraturan, menyerukan nama putrinya
“Sejak kapan anak adopsi bukan anak asli, Tuan Santoso?”“Selama darahmu tidak mengalir di pembuluh darah mereka,” jelasku seolah-olah sedang memberi penjelasan pada anak kecil.Dia tertawa padaku. “Omong-omong, semua orang memiliki kebahagiaan mereka sendiri. Sementara itu, aku akan terus mencintai putriku yang tersayang,” katanya, merasa cukup dengan hal itu.Aku hampir terjatuh ke belakang ketika dia membeberkan bahwa anak yang Fia kandung adalah hasil dari donor sperma. Aku kebingungan karena kesantaiannya mengenai topik yang sangat serius ini. Bukan itu saja, yang kumaksud adalah bahwa istrinya telah berbuat jahat padanya dan dia tetap bertahan karena hal itu. Dia telah memutuskan untuk menerimanya dan, selain itu, menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri.Dia telah memberitahuku bahwa Fia melakukan itu karena dia sudah putus asa dan tidak ingin kehilangan Tama, tapi jelas sekali bahwa temanku sudah dibodohi oleh wanita itu. Karena Tama adalah orang yang penyayang dan menyu
FiaAku sedang di rumah dan bermain dengan putriku ketika Tama memanggilku dengan berita buruk. Aku merasa sangat damai tanpa ada kekhawatiran besar, hanya menjalani hidup dan menikmatinya seperti yang selalu kuimpikan, dengan putriku dalam pelukanku dan bayiku yang sebentar lagi akan lahir, tapi kemudian panggilan Tama harus merenggut kedamaianku.“Apa katamu? Bayi Suzy sudah lahir?” Aku hampir berteriak karena terkejut.“Iya, itu yang kubicarakan. Jason baru saja memberitahuku. Dia mengetahuinya dari Laura,” kata Tama.“Astaga, Laura itu benar-benar palsu dan tidak bersyukur. Tidak apa-apa aku tidak berbicara dengannya lagi, tapi dia hanya menggangguku untuk membicarakan pacar barunya. Tidak bisakah dia memberitahuku hal-hal penting seperti ini? Setidaknya, dia seharusnya ingat untuk memberitahuku bahwa teman favoritnya melahirkan …. Aku benar-benar merasa dikhianati,” keluhku, membenci bahwa aku baru saja mengetahui hal itu dari suamiku.“Entahlah, sayang, bukannya aku ingin m
“Tentu saja, sayang. Cepat datanglah,” kataku, lalu mematikan teleponnya. Aku memutar bola mataku setelahnya dan memanggil pengasuh yang menjaga Abel. “Persiapkan putriku. Aku akan pergi dengannya dalam beberapa menit,” perintahku sambil menaiki tangga untuk memakai pakaian yang lebih baik.Tama tidak memakan banyak waktu. Dia sudah tiba setelah beberapa menit. Aku memasuki mobil bersama Abel. Pengasuh dan perawatku masuk ke mobil lainnya yang dikendarai oleh sopirku.“Hai, sayang,” katanya, mengecupku setelah kami memasuki mobil. “Bagaimana kabar kucing kecilku hari ini?” tanyanya pada Abel dengan suara yang menggemaskan, mengulurkan tangannya untuk mengusapnya dengan lembut.“Mama bilang kita akan beli es krim nanti,” jawab gadis itu, menunjukkan antusiasmenya terhadap es krim.“Hm, kalau begitu, aku juga mau. Aku suka makan es krim bersama putri kecilku,” jawabnya, membuat Abel tertawa dengan bersemangat.“Gigi kalian berdua akan copot jika kalian terus makan makanan manis seba
Fia“Tiba-tiba, Laura dan Suzy memiliki golongan darah yang sama?” komentarku dengan dongkol setelah mengetahui bahwa dia menyumbangkan darahnya pada wanita itu, tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaanku. Maksudku, aku paham bahwa Suzy mengalami kecelakaan dan sedang dalam kondisi antara hidup dan mati, tapi kondisi putrinya juga tidak baik, s*alan, dan dia masih memiliki waktu untuk menunjukkan solidaritasnya dan menyumbangkan darahnya untuk menyelamatkan nyawa wanita itu? Lalu, siapa yang membutuhkan putrinya sekarang? Apakah Anna tidak sepenting itu?“Sebenarnya, seperti yang saya bilang, hari ini benar-benar kacau di sini. Nyonya Tanusaputera memberi tahu saya bahwa beliau baru saja mengetahui bahwa dia dan Nyonya Suzy memiliki ibu yang sama,” kata Rafael.Mataku membelalak. “Apa? Apa yang kamu bicarakan? Apa maksudmu mereka bersaudara?” tanyaku terkejut. Rasanya seolah Rafael baru saja menghinaku.“Apakah Suzy dan Laura bersaudara? Bagaimana ini terjadi?” Tama juga terkejut ol
LauraAku tidak bisa menyangkal bahwa aku terkejut melihat Fia dan Tama di rumah sakit. Jason mungkin telah memberi tahu Tama mengenai situasi Suzy. Lagi pula, Tama adalah ayah sah dari putri Suzy, mau dia menyukai kenyataannya ataupun tidak. Aku masih sangat terguncang sehingga ketika aku melihat wajah-wajah yang familier, satu-satunya hal yang bisa kupikirkan adalah berlari menghampiri mereka dan memeluk mereka, merasakan kenyamanan yang hanya bisa diberikan oleh wajah-wajah yang familier dalam masa sulit yang sedang kulalui. Meskipun aku tahu hubunganku dan Fia tidak cukup baik dalam beberapa bulan belakangan, mungkin dia bisa sedikit memahami situasiku.“Terima kasih banyak sudah datang untuk mengunjungi kami. Aku sangat berterima kasih pada kalian karena sudah hadir ketika aku benar-benar membutuhkannya,” kataku pada mereka. Meskipun kejadian akhir-akhir ini membuat aku berpisah dari pasangan itu, mereka tetaplah pasangan yang penting bagiku karena mereka selalu ada untukku, mem
Laura“Makanannya enak sekali, Laura. Kemampuan memasakmu benar-benar hebat,” puji Gideon saat kami semua sedang duduk di meja makan. Fia berdeham dan langsung meminum anggurnya, jelas-jelas merasa pujian Gideon itu tidak diperlukan. Memuji seseorang memang tidak salah, tapi aku tahu Gideon Nalendra sedang mencoba memprovokasiku saat dia mengatakan beberapa hal yang tidak diperlukan kepadaku.“Terima kasih, Gideon. Aku senang memasak,” jawabku terhadap komentarnya sambil tersenyum tipis dan kembali memotong daging di piringku.“Sayang sekali aku tidak bisa lebih sering memakan makananmu ketika kita masih bersama,” komentarnya sambil terkekeh lucu.Jason, yang berada di sampingku, mengepalkan tangannya dengan erat. “Laura hanya memasak untuk orang-orang yang benar-benar dia sukai. Benar, ‘kan, cintaku?” Dia memandang ke arahku untuk konfirmasi.Aku mengangguk setelah menelan ludah. “Tentu saja, sayang. Aku senang memasak untuk keluarga dan teman-temanku,” jawabku sambil mengangkat
Laura“Semuanya luar biasa, istriku,” katanya, lalu dia mencium bibirku. Aku menjalin lenganku di belakang lehernya dan mengembalikan ciuman itu dengan tidak sabar, tapi kami malah diganggu.“Mama! Papa!” Anna berlari menghampiri kami. “Gideon ada di sini! Kenapa dia ada di sini?”“Apa?” tanyaku, tertegun.“Apa katamu, sayang?” tanya Jason pada putri kami.“Kalian tidak tahu? Dia baru saja tiba bersama Paman Albert. Mama, kamu bilang dia bukan pacarmu lagi,” kata Anna padaku, terlihat marah padaku. Anna tidak pernah benar-benar menyukai Gideon—bukannya itu membuatku khawatir sekarang.“Namun, dia bukan pacarku lagi, Anna. Aku bersama ayahmu, barangkali kamu lupa,” kataku padanya.Jason memandangku, masih terkejut. “Bukankah kamu bilang hanya akan ada Max, Laura?” tanyanya, terlihat gundah.Aku mengangkat bahuku, merasa kebingungan. “Aku tidak tahu, aku … Melanie bilang dia datang sendirian dan ….” Aku mencoba menjelaskan diriku sendiri, tapi aku juga sama bingungnya. Suamiku da
Laura“Apakah ada masalah, sayang?” tanya Jason ketika dia dan aku berada cukup jauh dari yang lain. “Apakah kamu hanya merindukan suamimu?” godanya sambil memegangi pinggulku dan menarikku lebih dekat dengan jahil.Aku terkekeh sambil memutar bola mataku. “Itu bukan ide yang buruk,” jawabku sambil menatapnya dengan nafsu. Dia memiringkan wajahnya untuk menciumku, tapi sebelum dia melakukannya, aku lanjut berbicara setelah menarik napas singkat. “Namun, ada hal yang harus kuberi tahu.”Dia mengernyit. “Apakah itu ada kaitannya dengan anak-anak? Kamu tidak akan bilang kalau Daniel terjebak di atas pohon lagi, ‘kan?” tanyanya dengan curiga. Aku tertawa.Ada pohon di taman mansion kami. Daniel, salah satu dari si kembar, senang memanjat pohon itu karena dia lumayan hiperaktif. Namun, pohon itu terlalu besar untuk seukurannya. Suatu hari, kakinya tersangkut di salah satu ranting dan hampir melukai dirinya sendiri. Kami harus bergegas secepat mungkin ke rumah sakit dan para dokter pun h
Laura“Astaga, nona-nona, apakah kalian bersulang tanpaku? Aku ingin ikut juga,” kata Melanie, istri Albert, yang memasuki dapur. Dia juga ada di sana bersama kami, hanya saja dia sempat pergi sebentar.“Kita bisa bersulang bersamamu lagi, sayang,” jawabku padanya seraya Fia menuangkan anggur ke gelas kosong lainnya dan menyerahkannya kepadanya.“Nih, untukmu, sayang,” kata Fia sambil menyerahkan segelas anggur itu kepada Melanie.“Terima kasih, Fia. Kalian berdua baik sekali padaku,” katanya. Kami bertiga pun bersulang. “Bersulang untuk cinta, yuk?” usulnya.Melanie adalah wanita yang cantik. Albert dan aku telah menghabiskan waktu bersama selama beberapa waktu, dan karena kami telah menjadi lebih dekat karena hubungan keluarga kami, Melanie juga mulai menjadi dekat dengan kami. Dia adalah gadis yang baik dan rendah hati. Selain itu, dia sangat mudah akrab, jadi mudah untuk merasa nyaman di sekitarnya.“Itu adalah hal terbaik yang kita miliki, benar? Cinta?” jawabku sambil terse
Beberapa minggu kemudianLauraSaat itu adalah hari Minggu siang. Anak-anak sedang bermain di kolam renang. Jason dan teman-temannya sedang berbincang dan meminum bir sambil mempersiapkan barbeku. Ibuku dan Rosa sedang berjemur di samping kolam sambil bersenang-senang melihat anak-anak bermain. Fia dan aku sedang berbagi pengalaman di dapur selagi kami mempersiapkan makan siang.Sebenarnya, akulah yang mempersiapkan makan siang karena Fia tidak bisa masak dan sangat ceroboh di dapur. Namun, aku tidak peduli. Aku malah merasa itu lucu. Belum lagi, aku suka memasak untuk semua orang, termasuk Fia. Dia telah melakukan banyak hal untukku sehingga aku berterima kasih padanya meskipun dia hanya melakukan hal yang minimum.“Wah! Saladnya terlihat luar biasa, Lau. Kamu hebat sekali,” puji Fia dengan gembira saat dia melihat makanannya.“Terima kasih banyak, sayang. Ini namanya salad khas Milan dan ini cocok sekali dimakan dengan daging merah,” kataku sambil tersenyum.“Oh, benar. Itu kel
Laura“Astaga, kamu terlihat cantik sekali!” seru Fia, senang sekali, memandangku dengan mata yang penuh perasaan.“Apakah menurutmu aku benar-benar terlihat cantik?” tanyaku sambil tersenyum kecil seraya aku memandang cermin dan meluruskan gaunku.Aku sudah selesai berdandan dan siap untuk pernikahannya. Tidak seperti gaun yang pertama, gaun ini lebih sederhana dan lebih nyaman. Ada karangan bunga di kepalaku dan rambutku digerai di sekitar pundakku. Riasan wajahku ringan dan percaya diri. Senyumanku cantik di wajahku.“Kamu terlihat memesona, Laura. Aku yakin Jason akan jatuh cinta lagi ketika dia melihatmu,” jawabnya dengan semangat.“Bibi Fia benar, Mama,” kata Anna sambil memandangku dengan mata penuh cinta. “Mama terlihat cantik bagaimanapun itu.”“Astaga, sayangku.” Aku tersenyum dan memeluknya. “Terima kasih, tuan putriku. Sekarang, sebaiknya kita pergi, Papa telah menunggu lama sekali.”Tidak seperti pagi itu ketika Jason dan aku akan menikah di kapel, sekarang kami mem
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia