Share

Bukti untuk Kang Ikbal

"Ya sudah Paman pulang dulu ya, anak-anak! Teh Alma, saya permisi! Kang Ikbal, mangga," katanya.

"Hei, Rahman! Kamu nggak usah balik-balik lagi ke sini. Mau pergi ya pergi aja. Mereka anak-anakku kok. Kenapa kamu yang repot anter jalan-jalan segala. Awas ya jangan memperlihatkan wajahmu di sini lagi, bisa aku tuntut kamu nanti," cecar Kang Ikbal.

Kang Ikbal sungguh mengesalkan, datang-datang malah marah-marah nggak jelas. Buatku ia sekarang bukan apa-apa setelah berkali-kali menyakiti hati dan mentalku.

"Anak-anak, kalian mending masuk dulu ya?" pintaku. Aku giring mereka masuk ke kamarnya. Mereka menurut saja padaku.

"Iya, Hanif kesel sama Bapak. Apa coba ngomong gitu sama Paman!"

"Sama, aku pun kesal. Bu, kasih tau Bapak. Apa yang udah Bapak kasih sama kita selama Ibu nggak ada? Pasti Bapak nggak bisa jawab," ucap Hanifa.

Kasihan anak-anak, mereka trauma karena perlakuan bapaknya. Aku tak mau kondisi dulu tetap berlanjut ke depan. Makanya aku memilih menggugatnya untuk bercerai.

Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status