Share

Hanifku

"Hanif masih sakit. Dia tak bisa pulang sekarang, Hani. Insya Allah nanti menyusul ya!" sahutku.

"Iya, Bu. Mudah-mudahan, aku kangen sama Hanif. Nanti siapa temen berantemku? Lagipula nanti aku di atas kesepian, kalau kamar Hanif kosong," katanya.

"Kalau kamu mau ditemenin Ibu atau Bi Ikah, bilang aja ya!"

"Iya, pengen banget, Bu. Aku nggak mau sendirian," sahut Hani.

Kami pulang dan sampai di rumah setelah 30 menit berlalu.

"Eh, Neng Hani udah pulang," sapa Bi Ikah.

"Iya, Bi. Hani Alhamdulillah udah baikan dan diizinkan pulang."

"Berarti aa Hanif belum boleh pulang ya?" tanya Bi Ikah.

"Iya, Bi. Bantu doa ya semoga bisa cepet pulang!" sahutku.

"Aamiiin."

Hani kubawa langsung ke kamarnya agar ia bisa segera beristirahat. Setelah ia merebahkan diri, aku mengatur barang-barangnya. Tak lama Bi Ikah membawakan teh manis hangat untuk anakku.

"Diminum dulu Neng Hani dan Bu Alma," katanya.

"Eh, Bibi pake panggil Bu segala. Panggil nama aja kenapa sih?"

"Kan Ibu udah jadi pengusaha sukses, mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status