Kata orang, akan ada pelangi setelah hujan.Namun kenapa pelangi itu tak muncul jika ada aku?
*****
Aroma dedaunan yang saling menyapa diantara mereka membuat banyak pengunjung di Amora Park merasa sangat nyaman. Apalagi suara aliran air sungai kecil yang menyapa gendang telinga pengunjung, sungguh itu adalah sebuah kenikmatan yang tak bisa digantikan dengan yang lain.
Aku, Mia.
Sudah hampir satu setengah jam aku di sini, dan tak ada sedikitpun keinginanku untuk pulang. Tempat ini menjadi tempat paling favorit bagiku jika aku sedang berada di sekitaran kampus. Pasalnya tempat ini berada tak jauh dari kampus tempatku menuntut ilmu, GREEN University. Dan keberadaan taman ini di tengah-tengah kota Jakarta cukup membantu mereka yang ingin menenangkan diri dan menghirup udara segar.
Di dalam taman, ada banyak sekali bangku taman yang disediakan pemerintah kota. Dan hampir di setiap bangku, ada tempat berlindungnya jika hujan turun. Bisa dikatakan lebih mirip dengan Gazebo.
Sebagai penyejuk mata, di sana juga ada beberapa bunga yang kini sedang mekar. Berwarna-warni dan juga mengeluarkan aroma yang menenangkan.
Dan satu hal yang paling aku suka dengan taman ini adalah, tak adanya sampah yang berserakan. Bahkan satu puntung rokok pun tak ditemukan di sini.
Menakjubkan bukan? Sekelas Indonesia yang masyarakatnya banyak yang belum sadar akan kebersihan, taman ini bisa dikatakan sangat-sangat mengesankan. Seolah pengunjung dihipnotis untuk tak mengotori taman. Bahkan penyediaan tempat sampah di sekitaran juga tak sedikit. Alhasil, dengan banyaknya tempat sampah, tak ada alasan bagi pengunjung untuk membuang sampah lagi sembarangan.
Selama berada di taman ini, tatapanku tak pernah berhenti melihat sebuah bangku yang diisi oleh dua orang lansia yang sepertinya adalah sepasang suami istri. Mereka terlihat begitu bahagia dan saling bercanda. Membuat kebahagiaan itu seolah menular pada yang lainnya.
TING!
Sebuah pesan masuk membuyarkan lamunanku. Aku meraih ponselku yang ada di saku jaket denim yang kukenakan. Aku mengusap layar ponselku saat kulihat ada nama Kleo tertera di sana.
Kleo adalah sahabatku sejak SMP. Kami sangat dekat bahkan orang tua Kleo sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Ditengah-tengah keadaanku yang memang seorang yatim piatu, aku menemukan Kleo dan dia berhasil memberiku sebuah kehangatan keluarga yang aku rindukan selama ini.
Karena itu, Kleo sangat berharga dalam hidupku.
TIING!
Pesan itu kembali masuk. Dan masih dari orang yang sama.
Aku membuka pesan tersebut.
Mia! Di mana lo?
Gue cariin di kampus nggak ada. Hari ini ada pertemuan sama miss Aisyah. Jangan bilang lo lupa.
Itulah isi pesan tersebut. Membaca nama Aisyah, Aku seketika melotot kaget.
Ya Tuhan, kenapa aku bisa lupa kalau hari ini ada janji dengan dosen pembimbing. Dengan cepat kuraih tas sandangku dan segera berlari menuju kampus. Berharap untuk kali ini aku tak terlambat. Pasalnya pembimbingku yang satu itu sungguh sifatnya tak bisa ditebak.
*****
Hoss. Hoos. Hoos.
Suara helaan nafas cepat terdengar saat Mia baru saja sampai di pintu Jurusannya. Ia menengadah ke atas, di sana tertera papan nama JURUSAN SASTRA JEPANG. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Saat ia membuka pintu, Ia dikejutkan dengan seseorang keluar.
“Oh, Mia-Chan. Kamu baru datang?” sap Tanaka. Salah satu dosen asing yang mengajar di sini.
Mia tersenyum manis, “Iya, Sensei. Saya ada perlu dengan Miss Aisyah.”
“Oh. Begitu. Miss Aisyah sudah ada di dalam. Kamu bisa masuk saja.”
“Baiklah. Terima kasih Sensei.”
“Sama-sama. Kamu semangat ya kerjakan skripsinya.” Tanaka memberikan semangat pada Mia dengan mengepalkan tangannya seolah ia sedang memberikan yel yel semangat yang biasa digunakan orang-orang di dunia.
“Hai! Semangat!” Mia tersenyum manis kembali. Ia lalu masuk ke dalam setelah Tanaka Sensei pergi.
Di dalam ia melihat beberapa dosennya dan juga dua orang asing yang juga berasal dari Jepang. Ia tak tahu siapa mereka. sepertinya baru saja datang ke sini.
Tak mau ambil pusing, Mia melangkah menuju ruangan Miss Aisyah dan mengetuk pintu itu perlahan. Terdengar suara perintah masuk dari dalam. Ia memutar kenop pintu dan mendorong pintu tersebut secara perlahan. Di sana ia melihat ada Kleo yang sudah duduk dengan raut wajah yang sulit ditebak.
“Selamat siang Miss.” Sapa Mia lalu ia melangkah masuk dan duduk di sebelah Kleo.
Wajah Miss Aisyah terlihat suntuk. Ia tahu ini kesalahannya, tapi ia harus terima.
“Kamu tahu apa kesalahan kamu?” tanya Miss Aisyah berang.
“Maaf Miss. Tadi saya sakit perut. Hari pertama halangan, jadi istirahat Miss.” Jawab Mia yang sudah pasti itu jawaban berbohong. Sudah jelas-jeals tadi Mia ada di taman di dekat kampus.
Namun untuk kali ini, ia harus berbahagia, karena Miss Aisyah percaya dengan kebohongannya bahkan wanita itu menanyakan apa Mia baik-baik saja? ia juga bahkan memberikan Mia obat penghilang sakit, namun dengan sopan Mia menolaknya dengan mengatakan jika ia tak pernah minum obat seperti itu saat menstruasi.
Beruntung, untuk kedua kalinya Miss Aisyah mempercayainya.
Setelah selesai soalan datang bulan, baik Kleo dan Mia membacakan satu persatu bahasan skripsi mereka pada pembimbing tersebut sampai semuanya selesai dan mereka kembali untuk merevisi yang harus mereka revisi sebelum menuju sidang kompre yang dijadwalkan dua bulan lagi.
Setelah keluar dari ruangan pembimbing, mereka pun keluar dari jurusan dan langsung berjalan menuju kantin jurusan.
Kleo, gadis itu memilih untuk mencari tempat duduk karena kantin yang cukup ramai. Setelah menemukannya, ia langsung berlari ke tempat itu dan duduk.
Sedangkan Mia, ia mendapat bagian untuk memesan makanan. Cukup lama ia menunggu sampai pesanannya siap dan ia membawanya menuju meja yang tadi dipilihkan Kleo.
“Wuiihh. Mendadak laper gue.” Seru Kleo saat Mia datang.
“Lo tahu Mia? Gue pikir tadi Miss Aisyah bakalan heboh saat lo telat. Lo tahu sendiri kan gimana dia kalau sudah memeriksa berkas. Apalagi jika berkas yang ia periksa itu berasal dari mahasiswa yang membuatnya marah. Bisa-bisa gagal wisuda.”
Kleo menuangkan menyendok cabe dari bakso yang tadi dibawakan Mia dan mengaduknya rata.
“Tapi lo beneran datang bulan?”
Dengan cepat Mia menggeleng. “Lo lupa, gue baru aja selesai halangan.”
“Hah? Jadi yang tadi itu bohong?”
Mia mengangguk menang. “Ya kali gue berani jujur kalau tadi gue lagi bertapa di taman dekat kampus. Bisa-bisa dilempar skripsi gue.” Jawab Mia dengan santainya.
Kleo seketika dibuat menggeleng tak percaya dengan cara Mia berbohong.
“Lo gila sih Mia, hahahah. Tapi untung tu dosen percaya. Coba kalau nggak. Bisa habis lo!”
“Karena itu tadi gue bilang nggak mungkin jujur.”
Lagi-lagi Kleo dibuat geleng-geleng kepala. Tapi dibalik kebohongan Mia, mereka berdua cukup lega karena untuk kali ini, tak terlalu banyak revisi.
“Kleo, Mia!.”
Kleo dan Mia segera menghentikan aksi menikmati makanan yang tadi mereka pesan saat mereka mendengar seseorang memanggil mereka.
“Ini buat kalian.” Ucap gadis manis itu sambil menyodorkan dua buah kertas yang terlihat seperti undangan.
Mia mengambil kertas tersebut lalu menyerahkannya satu pada Kleo.
“Apa ini?” tanya Kleo pada Arin, si pemilik kertas.
“Itu undangan. Gue mau ngundang kalian buat datang ke acara ulang tahun gue. Ya siapa tahu aja kalian datang kan. Lumayan lo, nanti di sana banyak teman-temannya Hirota.”
Mia melirik Arin yang saat itu terlihat sombong.
“Oh ya. Satu hal yang harus ada nanti di pesta gua, Kalian harus bawa pasangan. Ya kecuali kalian jomblo.”
Brengsek! Kleo mengumpat kasar. Arin memang tak pernah akur dengan mereka. bahkan gadis itu cukup berani membuatnya kesal.
“Cih! Jangan sok iyey deh lo. Lo juga baru jadian sama Hirota. Atau gue curiga, lo beneran jadian, atau teman kencan doang.” Ledek Kleo.
Arin menatap Kleo tajam. “Apa maksud lo? Hirota itu pacar gue.”
“Lo udah kasih apa ke Hirota? Tubuh lo? Nggak mungkin Hirota mau sama cewek levelan kayak lo gini. Apalagi Hirota yang baru sebulan di sini. Dan kalian udah jadian? Bulshit banget.”
Suasana mendadak menegang. Kleo merobek undangan yang tadi Arin berikan padanya. Ia juga merebut undangan yang ada di tangan Mia dan ikut merobeknya juga.
“Lo!!”
“Ingat baik-baik. Gue nggak peduli sama pesta lo. Gue nggak peduli Hirota Hirota lo itu. Dan gue juga nggak peduli sama cinta-cintaan lo. Lo undang yang lain saja. atau ngebet banget lo ya, ngundang kita-kita.”
Arin tak menjawab. Ia menatap Kleo dan Mia tajam lalu detik berikutnya ia beranjak pergi dari tempat tersebut.
“Lo jahat banget sih Manda.” Tegur Mia.
“Jahat? Jahat lo bilang? Jahatan mana Mia. Dia lebih sadis tahu nggak. Apa? Jadian sama Hirota? Ya kali Hirota mau sama tipean begitu. Cantikkan gue ke mana-mana.” Ucap Kleo yang kepalang kesal dengan Arin.
“lagian nih ya, tu anak emang sengaja kayaknya bikin kita kesal. Gue berani bertaruh kalau si Arin udah ngasih tubuhnya ke cowok Jepang itu.”
“Husss. jangan ngaco kalau ngomong.”
“Gue nggak ngaco. Gimana kalau kita taruhan. Lo harus lakuin apa yang gue mau kalau seandainya tebakan gue benar.”
“Hah? Kenapa harus gue?”
“Ya karena Lo nggak percayaan orangnya.”
“Bukannya nggak percayaan Kle. Cuma nggak ada urusannya sama kita.”
Kleo mendelikkan matanya jengah, “Lo lihat kan tadi gimana tu cewek rendahin kita.”
“Lo nggak mungkin ngerasa direndahin. Lo punya Galang.”
“Ya paling tidak, dia udah ngerendahin lo yang jomblo dari lahir.”
“hahahhaa. Istilah lo keren banget.”
“Dih! Orang serius diajak bercanda.” Ucap Kleo kesal.
Ia meletakkan sendoknya lalu menatap Mia dengan seksama membuat Mia seketika salah tingkah.
“Lo nggak kepikiran gitu punya pasangan?” tanya Kleo serius.
Dengan tegas Mia menggeleng.
“Kenapa?”
“Karena lo sendiri sudah tahu jawabannya.”
Kleo menghela nafas, “Iya sih. Cuma kan itu masa lalu lo. Dan masalalu itu harus dikubur Mia. Jangan biarakan masa lalu itu ngancurin kamu.”
“Tapi sulit Kleo.”
“Makanya di coba. Kalau nggak berani coba, kamu nggak bakalan tahu.”
Mia menatap Kleo serius. Jujur sebenarnya ia sangat ingin, namun ketakutan masa lalunya masih ada dan ia sangat sulit untuk menghindari fakta itu.
“Mau dicoba kan?jangan melulu lo perginya sama Randi. Randi memang selalu mengiyakan apa permintaan lo, tapi kan sepupu tampan lo itu juga punya kehidupannya sendiri. Masa malam minggunya juga harus sama lo. Kapan dia nyari ceweknya.”
Mia terdiam. Seketika ia dibuat berpikir tentang kenyataan. Kenyataan dirinya yang memang tak selamanya harus menyusahkan Randi. Walaupun Randi adalah sepupunya yang paling ia sayang dan mereka seumuran juga, tak mungkin selamanya ia akan merepotkan Randi.
“Yuk bisa yuk. Dicoba Mia.” Suport Kleo lagi.”Setidaknya saat nanti wisuda, lo nggak sendirian.”
Mia masih diam. Ia belum berani mengatakan ‘iya’.
“Atau gini saja. gimana kalau kita taruhan. Kalau lo bisa punya cowok saat lo wisuda nanti dan bukan cowok bayaran, gue bakal turutin apa mau lo.”
Mia menatap Kleo. Sebuah tantangan? Apa ini sebuah tantangan?
“Apapun?” ulang Mia.
“Apapun. Gimana?”
Sepertinya menarik. Ia bisa menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari gelapnya masa lalunya dan berusaha untuk tak merepotkan Randi lagi. Jika nanti ia punya kekasih, ia bisa meminta kekasihnya untuk mengantar jemput dirinya kemanapun ia pergi.
Mia menatap Kleo kembali, “DEAL.!”
Mendengar kata Deal dari Mia, Kleo pun seketika dibuat bersemangat.
“DEAL! Lo janji ya. Lo harus bisa punya pacar menjelang wisuda, kalau nggak, lo yang harus turutin apa mau gue.” Tantang Kleo.
“Oke Deal! Gue siap.”
Kata ‘Siap’ yang sebenarnya belum tentu bisa kulakukan.Tapi aku ingin bebas. Aku ingin pelangi muncul dalam hidupku.
*****
Saat aku mencari siapa yang tepat,Kau datang dengan semua pesona yang ada dalam dirimu.*****Mia terdiam di kamarnya. Ia masih teringat dengan tantangan yang Kleo berikan padanya tadi saat di kantin.Mencari seorang kekasih.Jujur, ia belum yakin dengan keberhasilan tantangan tersebut, pasalnya Ia sendiri tak berani mengatakan ia akan bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Bayang-bayang yang membuatnya menjadi seperti ini. Takut akan cinta.Ia juga tak bisa mengatakan ia akan mampu bebas dari sepinya kisahnya dulu. Bahkan masih jelas dalam ingatannya bagaimana perceraian kedua orang tuanya sampai keduanya meninggal dan ia menjadi yatim piatu.Kisah hidupnya sungguh klise. Penuh drama yang mengharu biru namun baginya sangat menjijikkan.~Hanya
Misuh misuh terjadi di kamar Mia. Gadis itu masih saja berkutat dengan perlengkapannya untuk pergi besok pagi walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Ia harus memastikan tak ada yang tertinggal. Mulai dari kamera, cas-an ponselnya, penutup mata saat ia tidur, earphone, make up dan masih banyak lainnya.Terkhusus untuk make up, ia tak mau sedikitpun ada yang tertinggal. Walaupun make up nya tak terlalu banyak dan yang wajar-wajar saja. Namun yang ia tahu puncak itu dingin, ia tak mau kulitnya gersang karena tak bawa pelembab dengan lengkap."Selesai!" serunya sambil menatap koper besar yang super lengkap itu.Ia menyingkirkan koper tersebut ke pinggir dan bersiap untuk tidur. Besok adalah hari yang ia tunggu. Membantu Randi sekaligus berlibur.Puncak, Sampai jumpa besok.~Pagi ini keributan dan gelak tawa sudah terdengar di kediaman Rand
Menjadi pusat perhatian para gadis sudah biasa bua Adit, tapi tidak untuk kali ini. Berada di sebuah Villa hanya berdua dengan seorang gadis membuatnya kebingungan. Walaupun ia sudah menghubungi Randi dan mengatakan jika dirinya sudah sampai, namun rombongan tersebut belum juga menampakkan batang hidungnya.Kecanggungan itu semakin terjadi di mana langit secara perlahan menjadi gelap."Mas dokter mau makan? Atau mau minum? Dari tadi saya tawarin, tapi mas dokter nggak mau." Mia masih mencoba mencairkan suasana. Ia sendiri juga bingung harus melakukan apa. Ia tak tahu jika dokter yang Randi ajak, sangatlah pendiam."Nggak usah. Terima kasih." jawab sang dokter. Mia lagi-lagi hanya bisa tersenyum canggung.Mia masih mencoba menghubungi Kleo. Tapi nomor gadis itu tak bisa dihubungi. Susah sinyal atau bagaimana ,ia juga tak paham."Atau bagaimana kalau kita--"
Pagi ini, Mia sudah bersih dengan dandanan cantiknya serta rambut terikat kuncir kuda. Ia mengenakan kaca mata yang tentu saja itu hanya untuk gaya. Dengan sedikit polesan bedak di wajah serta lipstik di bibir tipisnya, ia siap menyambut pagi dengan senyum manis.Hari ini Randi mengatakan ada penyuluhan. Ya walaupun hanya penyuluhan biasa dan lebih tepatnya pengenalan diri pada warga. Setidaknya ia tetap harus terlihat bersih, rapi dan wangi. Setidaknya ini usaha pertamanya untuk menggaet Adit, si dokter muda yang tampan.Jangan tanyakan betapa susahnya Mia tidur semalam. Mengingat hari ini saja ia harus memaksakan matanya untuk terpejam.Haaah, sepertinya ini akan jadi tantangan menarik untuk dirinya.Sedang asik berkaca, Mia dikejutkan dengan suara pintu kamar yang terbuka. Ia segera melirik ke belakang dan mendapati Kleo sedang berdiri sambil berkacak pinggang."Dari tadi belum selesai juga? Lo mau penyuluhan apa mau nikahan?" ejek Kleo.&n
pagi itu matahari baru saja muncul ke permukaan. cahaya mentari yang tak terlalu terang namun juga tak terlalu mendung membuat suasana pedesaan itu terasa begitu nyaman . aroma pepohonan yang menyejukkan serta kicauan burung yang menenangkan hati, membuat Siapa saja yang sedang butuh waktu sendiri, akan merasa begitu nyaman saat berada di sini. dan kenyamanan itu juga dirasakan oleh Mia. Gadis itu baru saja bangun dari tidurnya setelah seharian kemarin ia menghabiskan waktu untuk membantu acara bakti sosial. setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Mia merapikan sedikit penampilannya sebelum ia keluar dari kamar dan bergabung dengan yang lain. dan sekarang di sinilah Mia, yaitu di tepian sungai kecil yang ada di ladang milik warga tak jauh dari penginapan. Ia sengaja jalan-jalan pagi untuk menikmati suasana pedesaan yang tak mungkin bisa ia dapatkan di Jakarta. Ia yakin hampir sembilan puluh persen dari Warga Jakarta menginginkan waktu yang seperti ini, melepaskan diri dari hiruk
Braakk! Mia terlonjak kaget saat sebuah buku terhempas di depannya. Ia baru saja akan menyuapi bakso yang baru saja ia pesan ke dalam mulutnya.Dengan kesal ia melihat siapa pelaku yang sudah mengganggu makan siangnya. Dan ternyata orang itu adalah Cleo sahabatnya sendiri."Lo apa-apaan sih Cleo?" teriak Mia kesal."Eiittss, jangan marah-marah dulu. Gue yakin lo bakalan ngucap syukur dan makasih ke gue waktu lo lihat apa yang ada dalam lembaran-lembaran kertas tersebut." ucap Cleo dengan PD nya.Mia menyipitkan matanya menatap Cleo curiga. "Lo habis nyolong ini dokumen di mana?""Ih! kok nyolong. Lo belum lihat isinya, tapi udah main tebak-tebakan aja. Mana ngatain gue nyolong lagi." kesalnya. Cleo meraih mangkuk bakso Mia dan tanpa permisi menyantap isinya dengan lahap. Sedangkan Mia, gadis itu meraih tumpukan kertas yang disatukan tersebut laku membukanya.Baru halaman pertama, Mia sudah dibuat melotot tak percaya."INFORMASI ADIT?" gumamnya pelan."Yuupp. Informasi Adit. Tepatnya
HACHUUU!Entah bersin yang ke berapa yang sudah Mia keluarkan hari ini. Sejak pulang dari kampus hujan-hujanan kemarin, ia merasa tak enak badan. Saat bangun tadi pagi, tubuhnya terasa panas dingin dan hidungnya meler tanpa henti.Ia bahkan sudah membeli obat di warung dekat rumahnya namun tetap tak mempan sama sekali. Mungkin ini karena perjalanannya yang kini semakin jauh dari kampus ke tempat tinggalnya.Pasalnya sejak dua hari yang lalu Mia tidak tinggal bersama keluarga Omnya lagi. Ia memutuskan untuk menyewa satu apartemen kecil yang berada cukup jauh dari kampusnya namun dekat dari kediaman Adit.Paham kan sekarang? Kenapa Mia rela jauh dari kampusnya, padahal kediaman om nya jauh lebih dekat dari kampus.Semua itu karena Adit.Mia memasang jaket tebalnya. Ia bermaksud untuk pergi berobat ke klinik yang berjarak tak jauh dari apartemennya. Hanya itu yang bisa ia tempuh dengan berjalan kaki. Karena mobil yang ia punya sedang berada di bengkel.Jam masih menunjukkan pukul delapan
Adit tiba di Klinik kembali. Ia baru saja mendapati kabar dari Tari jika Mia sudah sadar dari pingsannya. Dan kebetulan ia juga sudah selesai membeli makanan untuk gadis tersebut."Bagaimana Mia? Kamu sudah cek lagi kondisi dia?" tanya Adit.Tari mengangguk, "Sudah dokter. Semuanya sudah stabil. Pasien kini hanya mengeluhkan pusing." jawab Tari.Adit mengangguk paham. Setelah berterima kasih pada Tari, Adit langsung mendekati Mia yang sedang terbaring di ranjang yang ada di balik tirai.Saat ia membuka tirai tersebut, Mia yang tadi memejamkan mata langsung membuka matanya dan melihat siapa yang datang."Adit." panggilnya. Ia tersenyum lalu mencoba untuk duduk."Gimana kondisi lo?" tanya Adit sedikit dingin.Mia mengangguk ,"udah mendingan kok.""Baguslah kalau begitu. Jadi lo bisa pulang karena pasien lain juga ada." ucap Adit ketus.Mia seketika cemberut. "Bukannya tadi kau ingin mengantarkan aku pulang?" tanya Mia sembari mengangkat alisnya menggoda Adit."Itu tadi. Sekarang tidak l