Braakk! Mia terlonjak kaget saat sebuah buku terhempas di depannya. Ia baru saja akan menyuapi bakso yang baru saja ia pesan ke dalam mulutnya.Dengan kesal ia melihat siapa pelaku yang sudah mengganggu makan siangnya. Dan ternyata orang itu adalah Cleo sahabatnya sendiri."Lo apa-apaan sih Cleo?" teriak Mia kesal."Eiittss, jangan marah-marah dulu. Gue yakin lo bakalan ngucap syukur dan makasih ke gue waktu lo lihat apa yang ada dalam lembaran-lembaran kertas tersebut." ucap Cleo dengan PD nya.Mia menyipitkan matanya menatap Cleo curiga. "Lo habis nyolong ini dokumen di mana?""Ih! kok nyolong. Lo belum lihat isinya, tapi udah main tebak-tebakan aja. Mana ngatain gue nyolong lagi." kesalnya. Cleo meraih mangkuk bakso Mia dan tanpa permisi menyantap isinya dengan lahap. Sedangkan Mia, gadis itu meraih tumpukan kertas yang disatukan tersebut laku membukanya.Baru halaman pertama, Mia sudah dibuat melotot tak percaya."INFORMASI ADIT?" gumamnya pelan."Yuupp. Informasi Adit. Tepatnya
HACHUUU!Entah bersin yang ke berapa yang sudah Mia keluarkan hari ini. Sejak pulang dari kampus hujan-hujanan kemarin, ia merasa tak enak badan. Saat bangun tadi pagi, tubuhnya terasa panas dingin dan hidungnya meler tanpa henti.Ia bahkan sudah membeli obat di warung dekat rumahnya namun tetap tak mempan sama sekali. Mungkin ini karena perjalanannya yang kini semakin jauh dari kampus ke tempat tinggalnya.Pasalnya sejak dua hari yang lalu Mia tidak tinggal bersama keluarga Omnya lagi. Ia memutuskan untuk menyewa satu apartemen kecil yang berada cukup jauh dari kampusnya namun dekat dari kediaman Adit.Paham kan sekarang? Kenapa Mia rela jauh dari kampusnya, padahal kediaman om nya jauh lebih dekat dari kampus.Semua itu karena Adit.Mia memasang jaket tebalnya. Ia bermaksud untuk pergi berobat ke klinik yang berjarak tak jauh dari apartemennya. Hanya itu yang bisa ia tempuh dengan berjalan kaki. Karena mobil yang ia punya sedang berada di bengkel.Jam masih menunjukkan pukul delapan
Adit tiba di Klinik kembali. Ia baru saja mendapati kabar dari Tari jika Mia sudah sadar dari pingsannya. Dan kebetulan ia juga sudah selesai membeli makanan untuk gadis tersebut."Bagaimana Mia? Kamu sudah cek lagi kondisi dia?" tanya Adit.Tari mengangguk, "Sudah dokter. Semuanya sudah stabil. Pasien kini hanya mengeluhkan pusing." jawab Tari.Adit mengangguk paham. Setelah berterima kasih pada Tari, Adit langsung mendekati Mia yang sedang terbaring di ranjang yang ada di balik tirai.Saat ia membuka tirai tersebut, Mia yang tadi memejamkan mata langsung membuka matanya dan melihat siapa yang datang."Adit." panggilnya. Ia tersenyum lalu mencoba untuk duduk."Gimana kondisi lo?" tanya Adit sedikit dingin.Mia mengangguk ,"udah mendingan kok.""Baguslah kalau begitu. Jadi lo bisa pulang karena pasien lain juga ada." ucap Adit ketus.Mia seketika cemberut. "Bukannya tadi kau ingin mengantarkan aku pulang?" tanya Mia sembari mengangkat alisnya menggoda Adit."Itu tadi. Sekarang tidak l
"Lo gila ya Mia. Gue pikir lo itu pindah ke sini juga karena tahu Adit praktek di klinik dekat apartemen lo." ucap Cleo saat gadis itu memasuki apartemen Mia."Ya nggak lah! Gue nggak tahu dia di sana. Lagian nih ya, lo tahu kan mobil gue lagi di bengkel. Ya pas kondisi begini, gue nyarinya yang terdekat.""Tapi masa lo udah nggak mempan make obat warung?""Ck!" Mia berjalan menuju lemari TV nya. Ia mengambil sesuatu di sana dan memperlihatkannya pada Cleo. "Nih! Lo lihat kan? Dari semalam gue minum ini tapi nggak mempan. Udah takdir gue kali harus ketemu Adit hari ini." celetuk Mia di akhir kalimatnya.Cleo mencibir, "Itu sih mau-mau lo aja." Cleo berbaring di sofa panjang ruang TV. Ia melihat ke arah Mia. Gadis itu menyimpan sarapan yang tadi Adit berikan padanya."Lo beneran nggak mau makan tu bubur?" Tanya Cleo kaget.Mia dengan senyum lebarnya langsung menggeleng, "Nggak." jawabnya singkat."Ih! Jorok banget sih lo, Mia.""Biarin. Kan letaknya juga dalam freezer, jadi nggak akan
Mia mendadak jadi gadis yang nekat. Ia tak tahu entah dari mana keberanian ini ia dapatkan. Walaupun ancaman selalu datang dari Adit dan pria itu mengatakan jika akan terjadi sesuatu pada dirinya jika ia tak juga mau menjauh dari pria tersebut, namun ia tak peduli sama sekali. Ia ingin mendekati Adit. Dan ini kesempatan langka yang sangat sulit ia temukan. "Pulang lo!" perintah Adit lagi namun Mia lagi-lagi menggeleng. Adit berdecak kesal. Ia tak habis pikir, kenapa Mia bisa seperti ini. Rendi yang notabennya sepupu Mia tak punya kelakuan segila ini."Biarin aku masuk ya. Please.!" "Ngapain? Buat apa? Lo cuma bakaln gangguin gue. Dan satu lagi, gue nggak suka orang asing ngacak-ngacak rumah gue." ucap Adit dingin lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju pintu masuk ruang apartemen Adit."Nggak bakalan ganggu kok Adit. Mia janji. Beneran deh. Mia di tempat Adit cuma sampai Mia di telpon sama teman Mia itu."Adit mengehela nafas dengan kengeyelan Mia. "Ya sudah! Sini HP lo!" ad
Mia terdiam memucat. Apa yang baru saja ia lihat membuatnya langsung tertegun dan takut.Adit gila!Batinnya merutuk kasar. Kenapa pria itu bisa segegabah ini. Hal yang tak harus ia lihat sekarang terlihat dan ini pertama kalinya ia melihatnya secara nyata di depan mata.Mia masih berjongkok meringkuk di lantai kamar Adit. Ia tak berani membuka matanya hanya untuk sekedar melihat apa yang sedang terjadi. Sedangkan Adit, pria itu sudah selesai berpakaian rapi. Ia menatap tajam Mia. Kenekatan Mia masuk ke dalam kamarnya yang tentu saja menjadi ruang pribadinya tak bisa ditoleransi begitu saja. Mia sudah merusak peraturan yang ia buat untuk ruang pribadinya sendiri.Adit menghentikan langkahnya di hadapan Mia. Gadis itu masih terlihat menunduk dan tak mau menengadah ke atas."Oi!" Adit menendangkan kakinya pelan pada kaki Mia."Oi!" ulangnya lagi, namun Mia menggeleng."Pakai bajumu dulu. Aku--""Angkat kepala lo!" perintah Adit.Mia masih ragu, namun perlahan ia mencoba mengangkat kepa
"Lo paham siapa yang gue bicarain?"Dengan santai Bimo mengangguk. Mia lagi-lagi dibuat bingung. Dari mana Bimo paham? Dari mana Bimo tahu? Ia kan tak mengatakan siapa namanya."Siapa orangnya?" tanya Mia lagi dengan raut wajah sedikit bingung.Lagi-lagi Bimo mengangguk. "Udahlah Mia, gue tahu siapa yang lo bicarain. Lo pikir, di apartemen yang lo datangi tadi itu banyak pemiliknya apa. Cuma ada empat orang Mia."Mia terdiam. Ia kesusahan menelan ludahnya sendiri. "Si--siapa orangnya?" tanya Mia lagi yang memaksa Bimo untuk menyebutkan siapa tadi yang dimaksud."Haaah, dalam apartemen itu hanya ada empat penghuni. Dan tiga penghuni lainnya sudah berkeluarga, Mia. Cuma Adit yang masih sendiri. Apa lo tetap ingin gue sebutin siapa orangnya?" Mia langsung menggeleng kuat. Ia tak tahu bagaimana cara menyembunyikan dirinya dari Bimo. Ternyata Bimo kenal Adit.Melihat reaksi Mia, Bimo langsung terkikik. "Santai saja Mia. Jika incaran lo adalah Adit, gue dukung lo."Bimo menyamankan duduk
Mia berdiri di depan kasir dan mengantri. Setidaknya ada satu orang lagi di depannya sebelum tiba gilirannya untuk membayar semua barang yang tadi ia pilih.Sembari menunggu, Mia memainkan kuku-kuku jari tangannya sembari mengecek kutek yang baru ia pasang semalam. Sesekali ia melirik ke sekelilingnya dan kembali melihat kuku tangannya sampai tiba gilirannya untuk membayar.Mia maju ke depan kasir dan meletakkan semua barang belanjaannya di atas meja kasir untuk dihitung.Mia kembali melirik ke sana ke mari, namun lirikannya terhenti pada sebuah resto yang menjual berbagai makanan khas Korea. Namun bukan tempat makannya yang Mia perhatikan, melainkan pengunjung yang sedang makan di sana.Ia bisa melihat dengan jelas, Adit di sana sedang makan dan jangan lupakan soal seorang perempuan yang duduk di hadapan Adit. Mereka makan sambil bercanda.What?Mia mendadak panas. Ia langsung melirik belanjaannya yang ternyata sudah selesai dihitung. Ia segera mengeluarkan kartu debit nya dan membay