Share

(Chapter 9)

*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*

“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”

Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”

“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”

Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”

Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tanpa melakukan apa pun!

“Kalian sudah siap?” tanya seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan. Pria itu adalah ayah Elviara dan Revina.

“Sudah!” sahut Revina sembari berdiri dengan anggun.

“Ayo, sudah waktunya masuk ke ruang pesta.”

Berjalan masuk ke ruang pesta, Revina langsung menjadi pusat perhatian seisi ruangan.

“Wah, bukannya itu nona ketiga keluarga Adiwijaya?” 

“Dia cantik sekali!”

“Bukan hanya berasal dari keluarga dengan latar belakang baik, tapi dia juga anggun dan cantik. Sungguh cocok untuk Tuan Muda Alexander!”

Selagi semua orang mengagungkan dirinya, Revina menoleh ke kiri dan ke kanan, tampak mencari sesuatu. ‘Di mana tuan muda Alexander? Kenapa aku tidak melihatnya? Padahal malam ini aku sengaja berdandan seperti ini hanya untuknya,’ batin wanita itu dengan agak kesal.

“Dengar-dengar, nona pertama dari keluarga Adiwijaya telah di usir dari rumah?”

“Benarkah?” 

“Iya, sepertinya, itu ada kaitannya dengan skandal yang pernah booming beberapa saat lalu.”

“Mempermalukan keluarga Adiwijaya dengan tindakan tidak berakhlak seperti itu, dia pantas diusir!”

Mendengar Elviara menjadi perbincangan, Revina justru tersenyum angkuh, 'Sampai kapan pun, Elviara tidak akan ada apa-apanya dibandingkan aku.'

Andra yang mendengar bagaimana orang-orang menilai putrinya hanya bisa menahan diri dan menutup telinganya rapat-rapat.

‘Sungguh memalukan,’ batin Andra dengan tangan terkepal.

“Wahhh, bukannya itu tuan muda Alexander?” ucap seseorang, membuat seisi ruangan, termasuk Andra dan Revina, mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk gedung.

Perlahan, tampak sosok Bara dengan tubuh tinggi dan tegapnya dibalut jas dan celana bahan mewah berjalan masuk ke dalam ruangan. Rambutnya setengah ditarik ke belakang menggunakan gel, menampakkan wibawa dan keanggunan keturunan keluarga kalangan sosial atas.

Bibir Revina melengkung ke atas, terpesona akan ketampanan Bara. “Ternyata, lebih tampan aslinya daripada di gambar!”

Melihat Bara berjalan ke arahnya, membuat Revina membayangkan hal indah tentang dirinya dan Bara di masa depan.

‘Suatu saat nanti, semua orang pasti akan iri padaku!’ pikir Revina.

Revina reflek menata rambutnya ketika Bara semakin dekat dengannya, dan mempersiapkan diri untuk menyapa pria itu. Namun, Bara justru melewati dirinya begitu saja, bahkan sedikit pun tidak menoleh ke arahnya.

“Selamat malam, Om!” sapa Bara.

'Sabar, tahan sedikit lagi!" Seketika senyum manis Revina memudar, terlihat sekali kekesalan di wajahnya. Namun dirinya harus tetap terlihat manis dan anggun di depan Bara. 

Andra tersenyum, dan menjabat tangan Bara, “Malam, Bara! Senang bisa bertemu lagi denganmu!”

Bara hanya tersenyum, menganggukkan kepala. Kemudian, dia berbincang dengan Andra selagi mengarah ke meja VIP yang sudah dipersiapkan, seraya menunggu acara itu di mulai. Revina yang sengaja duduk di samping Bara, tak henti-hentinya pria tersebut, bahkan dia terlihat salah tingkah ketika Bara tak sengaja menatap ke arahnya.

Tanpa dia ketahui, Bara bukan melihat ke arahnya, melainkan ke arah pintu yang ada tepat di belakang Revina.

‘Kenapa lama sekali?’ batin Bara dengan tidak sabar.

Melihat Bara menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya berkali-kali, Andra tersenyum. “Tidak perlu khawatir, Tuan Bara. Tuan besar sebentar lagi pasti akan datang!”

'Tuan Besar?' Bara yang baru saja membuka layar ponseluntuk menghubungi bawahannya pun mengurungkan niatnya, setelah mendengar kalimat Andra. ‘Siapa yang menantikan kedatangan Kakek?’ batinnya lagi, tahu Andra salah sangka, tapi malas menjelaskan.

Novi menatap ke arah putrinya, memberikan sebuah isyarat yang membuat putrinya tersenyum tipis.

“Iya kak, kakak tidak perlu khawatir. Kakek pasti akan segera tiba!” ucap Revina seraya menyentuh lengan Bara.

‘Apa-apaan gadis ini?’ Bara mengerutkan keningnya, menatap tidak suka kearah Revina yang menurutnya sangat lihai bersandiwara. Terlebih lagi dengan sikap gadis itu yang membuatnya tidak nyaman.

“Tuan besar sudah tiba!” ucap Andra, melihat Andreas memasuki gedung. Seketika, ia  berdiri untuk menyambutnya.

“Apa kabar, Tuan Alexander?” sapa Andra dengan ramah.

“Baik, silahkan duduk!” sahut Andreas Alexander, mempersilahkan keluarga Adiwijaya dan seluruh tamu undangan untuk kembali duduk dan menikmati pesta malam ini.

Dua keluarga itu saling berbincang, cukup lama, hingga pada akhirnya tuan besar Alexander menyadari jika calon cucu menantunya tidak ada di sana.

"Di mana Elviara? Apa dia tidak datang bersama kalian?" Andreas menatap kearah Andra dan Bara bergantian.

"Ehemm, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan!"

Andreas mengernyitkan keningnya, "Katakan saja!"

“Sebelum itu, saya minta maaf mengenai skandal yang dibuat oleh putri sulung saya beberapa saat lalu,” ucap Andra dengan wajah bersalah.

“Skandal?” Andreas tidak mengerti.

Andra terkejut. “Ah! Tuan Besar masih belum tahu? Itu … putri sulung saya melakukan hal yang … haish, saya terlalu malu untuk menjelaskan. Oleh karena itu, untuk kebaikan kita semua, saya mengusulkan pertunangan ini digantikan oleh putri ketiga saya, Revina?” 

Mendengar hal tersebut, Andreas tampak terkejut. Tak hanya itu, dia merasa cukup kesal juga. 

Cepat, sekretaris Andreas menghampirinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya, dia juga baru menerima berita ini.

Mengerti situasi keluarga Adiwijaya, juga terlanjur malu bila harus membatalkan pesta pertunangan hari ini, Andreas akhirnya hanya bisa berkata, “Kalau begitu … pertunangan malam ini–”

“Pertunangan malam ini akan tetap berlanjut di antara diriku dan Elviara,” ucap Bara dengan wajah datar, mengejutkan semua orang. “Aku tidak ingin menikahi wanita lain selain dirinya.”

Novi membesarkan matanya, tampak kaget dan tidak terima dengan penolakan Bara. “Tapi, Tuan Bara, Elviara sudah tidak lagi suci! Dia tidak pantas untuk dirimu! Putriku jauh lebih layak karena dia–”

“Tidak pantas, katamu?” tanya Bara dengan manik menatap tajam ke arah Novi, mengintimidasi wanita itu. “Pantas atau tidak, itu adalah hakku untuk memutuskan.”

Walau takut dengan sikap Bara, Novi masih keras kepala. “Akan tetapi, bagaimana ini, Tuan Bara? Elviara telah diusir dari kediaman Adiwijaya dan tidak tahu ada di mana sekarang! Kamu tidak bisa membiarkan pesta pertunangan ini berlanjut seorang diri ‘kan? Dan membatalkan juga bukan pilihan baik untuk reputasi keluarga Alexander!”

“Oh?” Bara tersenyum, lalu berdiri dari kursinya. Tanpa menoleh ke arah Novi, dia berkata, “Mungkin Nyonya Kedua Adiwijaya tidak tahu,” dia berjalan menuju satu arah, lalu berdiri tepat di depan seorang wanita cantik yang baru saja tiba dan menarik perhatian seisi ruangan, “tunanganku ada di sini.”

Itu adalah Elviara.

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status