*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*
“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”
Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”
“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”
Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”
Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tanpa melakukan apa pun!
“Kalian sudah siap?” tanya seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan. Pria itu adalah ayah Elviara dan Revina.
“Sudah!” sahut Revina sembari berdiri dengan anggun.
“Ayo, sudah waktunya masuk ke ruang pesta.”
Berjalan masuk ke ruang pesta, Revina langsung menjadi pusat perhatian seisi ruangan.
“Wah, bukannya itu nona ketiga keluarga Adiwijaya?”
“Dia cantik sekali!”
“Bukan hanya berasal dari keluarga dengan latar belakang baik, tapi dia juga anggun dan cantik. Sungguh cocok untuk Tuan Muda Alexander!”
Selagi semua orang mengagungkan dirinya, Revina menoleh ke kiri dan ke kanan, tampak mencari sesuatu. ‘Di mana tuan muda Alexander? Kenapa aku tidak melihatnya? Padahal malam ini aku sengaja berdandan seperti ini hanya untuknya,’ batin wanita itu dengan agak kesal.
“Dengar-dengar, nona pertama dari keluarga Adiwijaya telah di usir dari rumah?”
“Benarkah?”
“Iya, sepertinya, itu ada kaitannya dengan skandal yang pernah booming beberapa saat lalu.”
“Mempermalukan keluarga Adiwijaya dengan tindakan tidak berakhlak seperti itu, dia pantas diusir!”
Mendengar Elviara menjadi perbincangan, Revina justru tersenyum angkuh, 'Sampai kapan pun, Elviara tidak akan ada apa-apanya dibandingkan aku.'
Andra yang mendengar bagaimana orang-orang menilai putrinya hanya bisa menahan diri dan menutup telinganya rapat-rapat.
‘Sungguh memalukan,’ batin Andra dengan tangan terkepal.
“Wahhh, bukannya itu tuan muda Alexander?” ucap seseorang, membuat seisi ruangan, termasuk Andra dan Revina, mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk gedung.
Perlahan, tampak sosok Bara dengan tubuh tinggi dan tegapnya dibalut jas dan celana bahan mewah berjalan masuk ke dalam ruangan. Rambutnya setengah ditarik ke belakang menggunakan gel, menampakkan wibawa dan keanggunan keturunan keluarga kalangan sosial atas.
Bibir Revina melengkung ke atas, terpesona akan ketampanan Bara. “Ternyata, lebih tampan aslinya daripada di gambar!”
Melihat Bara berjalan ke arahnya, membuat Revina membayangkan hal indah tentang dirinya dan Bara di masa depan.
‘Suatu saat nanti, semua orang pasti akan iri padaku!’ pikir Revina.
Revina reflek menata rambutnya ketika Bara semakin dekat dengannya, dan mempersiapkan diri untuk menyapa pria itu. Namun, Bara justru melewati dirinya begitu saja, bahkan sedikit pun tidak menoleh ke arahnya.
“Selamat malam, Om!” sapa Bara.
'Sabar, tahan sedikit lagi!" Seketika senyum manis Revina memudar, terlihat sekali kekesalan di wajahnya. Namun dirinya harus tetap terlihat manis dan anggun di depan Bara.
Andra tersenyum, dan menjabat tangan Bara, “Malam, Bara! Senang bisa bertemu lagi denganmu!”
Bara hanya tersenyum, menganggukkan kepala. Kemudian, dia berbincang dengan Andra selagi mengarah ke meja VIP yang sudah dipersiapkan, seraya menunggu acara itu di mulai. Revina yang sengaja duduk di samping Bara, tak henti-hentinya pria tersebut, bahkan dia terlihat salah tingkah ketika Bara tak sengaja menatap ke arahnya.
Tanpa dia ketahui, Bara bukan melihat ke arahnya, melainkan ke arah pintu yang ada tepat di belakang Revina.
‘Kenapa lama sekali?’ batin Bara dengan tidak sabar.
Melihat Bara menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya berkali-kali, Andra tersenyum. “Tidak perlu khawatir, Tuan Bara. Tuan besar sebentar lagi pasti akan datang!”
'Tuan Besar?' Bara yang baru saja membuka layar ponseluntuk menghubungi bawahannya pun mengurungkan niatnya, setelah mendengar kalimat Andra. ‘Siapa yang menantikan kedatangan Kakek?’ batinnya lagi, tahu Andra salah sangka, tapi malas menjelaskan.
Novi menatap ke arah putrinya, memberikan sebuah isyarat yang membuat putrinya tersenyum tipis.
“Iya kak, kakak tidak perlu khawatir. Kakek pasti akan segera tiba!” ucap Revina seraya menyentuh lengan Bara.
‘Apa-apaan gadis ini?’ Bara mengerutkan keningnya, menatap tidak suka kearah Revina yang menurutnya sangat lihai bersandiwara. Terlebih lagi dengan sikap gadis itu yang membuatnya tidak nyaman.
“Tuan besar sudah tiba!” ucap Andra, melihat Andreas memasuki gedung. Seketika, ia berdiri untuk menyambutnya.
“Apa kabar, Tuan Alexander?” sapa Andra dengan ramah.
“Baik, silahkan duduk!” sahut Andreas Alexander, mempersilahkan keluarga Adiwijaya dan seluruh tamu undangan untuk kembali duduk dan menikmati pesta malam ini.
Dua keluarga itu saling berbincang, cukup lama, hingga pada akhirnya tuan besar Alexander menyadari jika calon cucu menantunya tidak ada di sana.
"Di mana Elviara? Apa dia tidak datang bersama kalian?" Andreas menatap kearah Andra dan Bara bergantian.
"Ehemm, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan!"
Andreas mengernyitkan keningnya, "Katakan saja!"
“Sebelum itu, saya minta maaf mengenai skandal yang dibuat oleh putri sulung saya beberapa saat lalu,” ucap Andra dengan wajah bersalah.
“Skandal?” Andreas tidak mengerti.
Andra terkejut. “Ah! Tuan Besar masih belum tahu? Itu … putri sulung saya melakukan hal yang … haish, saya terlalu malu untuk menjelaskan. Oleh karena itu, untuk kebaikan kita semua, saya mengusulkan pertunangan ini digantikan oleh putri ketiga saya, Revina?”
Mendengar hal tersebut, Andreas tampak terkejut. Tak hanya itu, dia merasa cukup kesal juga.
Cepat, sekretaris Andreas menghampirinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya, dia juga baru menerima berita ini.
Mengerti situasi keluarga Adiwijaya, juga terlanjur malu bila harus membatalkan pesta pertunangan hari ini, Andreas akhirnya hanya bisa berkata, “Kalau begitu … pertunangan malam ini–”
“Pertunangan malam ini akan tetap berlanjut di antara diriku dan Elviara,” ucap Bara dengan wajah datar, mengejutkan semua orang. “Aku tidak ingin menikahi wanita lain selain dirinya.”
Novi membesarkan matanya, tampak kaget dan tidak terima dengan penolakan Bara. “Tapi, Tuan Bara, Elviara sudah tidak lagi suci! Dia tidak pantas untuk dirimu! Putriku jauh lebih layak karena dia–”
“Tidak pantas, katamu?” tanya Bara dengan manik menatap tajam ke arah Novi, mengintimidasi wanita itu. “Pantas atau tidak, itu adalah hakku untuk memutuskan.”
Walau takut dengan sikap Bara, Novi masih keras kepala. “Akan tetapi, bagaimana ini, Tuan Bara? Elviara telah diusir dari kediaman Adiwijaya dan tidak tahu ada di mana sekarang! Kamu tidak bisa membiarkan pesta pertunangan ini berlanjut seorang diri ‘kan? Dan membatalkan juga bukan pilihan baik untuk reputasi keluarga Alexander!”
“Oh?” Bara tersenyum, lalu berdiri dari kursinya. Tanpa menoleh ke arah Novi, dia berkata, “Mungkin Nyonya Kedua Adiwijaya tidak tahu,” dia berjalan menuju satu arah, lalu berdiri tepat di depan seorang wanita cantik yang baru saja tiba dan menarik perhatian seisi ruangan, “tunanganku ada di sini.”
Itu adalah Elviara.
**
Melihat Elviara hadir dalam pesta malam ini, Revina mengepalkan tangannya. ‘Kenapa bisa jadi seperti ini!?’ Matanya melotot mengerikan. ‘Bagaimana bisa dia hadir di pesta ini dan berhubungan begitu baik dengan Bara? Mereka bahkan belum pernah bertemu! Elviara bahkan tidak tahu pesta pertunangan diadakan di sini!’Sementara Revina dan Novi tampak menggebu-gebu, Bara yang berdiri di hadapan Elviara menjulurkan tangannya. Elviara menerima uluran tangan itu dengan lembut, lalu menggandeng lengan Bara sesuai yang diajarkan oleh Sania di mobil tadi.“Kamu terlambat,” ucap Bara dengan suara yang hanya bisa didengar Elviara.Elviara tetap menoleh ke depan. “Ada beberapa kendala dengan gaunnya,” jawabnya singkat. “Yang jelas, bukan salahku.”Bara tertawa rendah. “Yang penting, kau datang.”Senyum dan tawa Bara dapat terlihat dari kejauhan. Hal tersebut mengejutkan seluruh tamu yang tahu betapa dinginnya sosok tuan muda Alexander itu. “L-lihat, dia tertawa! Tuan Muda Es itu tertawa!”“Mereka se
Acara pertunangan itu berjalan cukup lancar. Terlihat, beberapa kali Bara tersenyum rendah menatap ke arah Elviara.Kenapa terus menatap kearah ku? apa ada yang salah dengan wajah ku? Elviara menyentuh wajahnya tanpa berani menatap ke arah Bara yang sedari tadi memperhatikannya."Kamu, cantik!" ucap Bara lirih, tepat di samping telinganya.Spontan, hal itu membuat Elviara sedikit menjauh. Ketika hembusan nafas Bara menerpa telinganya, "Pak?" Tanpa menjawab, Lagi-lagi Bara kembali menampilkan wajah datarnya setelah membuat Elviara beberapa kali kesal karena ulahnya."BARA!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Andreas."Iya, kek?" "Sekarang kamu sudah bukan lagi pria lajang. Jadi, jaga sikapmu! Jangan membuat keluarga kita malu!" tegas Andreas.Mendengar kalimat yang diucapkan tuan besar Alexander, tentu saja membuat hati Elviara menciut. Merasa sangat tidak pantas bersanding dengan Bara. 'Tenang, ini hanya pertunangan pura-pura.' "Baik, kek!" sahut Bara seraya menggenggam tan
"Selamat malam, tuan!" terlihat beberapa pelayan berbaris rapi, menyambut kedatangan Bara.Malu? tentu saja Elviara sangat malu. Bahkan gadis itu tidak berani menatap karah lain, selain kearah dada Bara dan menyembunyikan wajahnya disana."BARA, turunkan saya!" Elviara meronta, meminta agar Bara menurunkannya. Namun, pria berparas rupawan dengan tubuh atletis itu justru membawanya masuk ke sebuah kamar.Sangat mewah, kamar bernuansa putih elegan dengan beberapa dekorasi bernuansa eropa membuat Elviara sedikit takjub."Tentu saja aku akan menurunkanmu, disini!" sahut Bara seraya menurunkan tubuh Elviara diatas kasur yang nantinya akan menjadi kamar mereka.Elviara mencoba untuk mendorong tubuh Bara, namun kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu. Membuatnya tetap terjebak dalam kungkungan tubuh Bara."Bar, tolong lepaskan saya!" Elviara semakin panik, mengetahui tangan Bara mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.Sebenarnya ada apa dengan ku? kejadian malam itu, membuatku candu akan t
Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Setelah pertemuan tak sengaja di lift tadi, akhirnya Bara dan Nicholas memutuskan untuk berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti wajah di antara keduanya terlihat tegang."Jangan bilang, dia gadis yang kamu maksud?" tanya Bara dengan tatapan menyelidik.Ternyata, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Nicholas sempat menghubungi Bara, jika sahabatnya itu akan berkunjung ke kantornya untuk mencari seorang gadis yang dia maksud semalam."Benar!" sahut Nicholas, membuat Bara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.'Lelucon apa lagi ini?' Bara tidak habis pikir mengenai alur cerita hidupnya.Gadis yang menyembuhkan penyakit anehnya, ternyata adalah gadis yang sudah lama terikat perjodohan dengannya. Dan apa lagi ini? ternyata gadis itu juga yang di maksud oleh sahabatnya."Ada apa?" tanya Nicholas melihat ekspresi wajah sahabatnya, setelah mengetahui jika Elviaralah yang ia cari."Dia tunangan saya!"Duarrr.Seperti petir di siang bolong, tentu saja Nicholas terkejut
Dari tatapan mata Revina saja Bara sudah tau, jika gadis itu pasti sedang merencanakan hal licik."Ada perlu apa sampai kamu datang kemari?" kali ini, bukan Bara yang bertanya. namun, Elvara sendiri yang langsung mengatakan itu.'Baru bertunangan saja sudah belagu sekali, dasar gadis sialan,' Revina sangat kesal mendengar pertanyaan Elviara yang menurutnya terdengar sombong. Namun, gadis itu masih bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya itu.Dengan menampilkan Ekspresi sedihnya, Revina mulai berbicara, "Kak Elviara, kakak kedua saat ini sedang berada dirumah sakit."Jika untuk menyampaikan berita itu, kenapa harus repot-repot sampai datang kemari? curiga Bara, mengingat, jarak kediaman Adiwijaya dengan kantornya cukup jauh."Dirumah sakit?" Mendengar kalimat ambigu Revina, Elviara masih terlihat tenang. Mengira jika saudari kembarnya hanya menjalani pemeriksaan rutin seperti biasanya di rumah sakit.Revina tersenyum tipis, "Penyakit kakak kedua kemarin tiba-tiba kambuh dan memburuk
Setelah mempertanyakan kejadian di lantai dasar tadi, Elviara langsung berbalik badan tanpa ingin menunggu penjelasan dari Bara.'Bodoh, kenapa kamu seperti ini? Ingat Elviara, kamu tidak boleh jatuh cinta dengan pria itu. Hubungan kalian hanya sebatas ikatan kontrak, jika kamu mencintainya ... maka setelah kontrak itu berakhir, kamu akan ikut hancur!' Elviara terus melangkahkan kakinya seraya menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes."Elviara, berhenti!" Semakin suara seruan dari Bara itu terdengar jelas, semakin Elviara mempercepat langkahnya. Seakan ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu."Elviara, berhenti!" kali ini, Bara berhasil membuat Elviara menghentikan langkahnya.Bara menatap wajah cantik Elviara. Namun, pria itu justru terkejut melihat mata Elviara yang memerah seperti baru saja menangis."Kamu menangis?"Mendengar pertanyaan Bara, Elviara tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa, "Tidak.""Jangan berbohong!""Untuk apa saya berbohong? lagi pula, tid
Elviara tampak ragu, mengingat apa yang tadi sempat di tawarkan oleh Meylani. Ternyata wanita itu berniat untuk menolong saudari kembar Elviara, namun dengan syarat Elviara harus membatalkan pertunangannya dengan Bara.Sedangkan disisi lain, Bara yang tidak percaya akan ucapan Elviara tadi mencoba untuk mengetest bagaimana sebenarnya perasaan tunangannya itu terhadapnya."Mbok, saya pamit pulang dulu, ya! titip Ana, nanti kalau ada apa-apa kabarin saya, ya, Mbok!""Tidak non Ara minta pun, saya akan tetap menjaga non Ana disini, Non!" sahut Srinten dengan lembut.Elviana tersenyum, "Kalau begitu terimakasih, ya, Mbok! Ara pulang dulu!"Srinten mengangguk, "Hati-hati, ya, Non!"Elviara tersenyum, "Pasti, Mbok!"Dengan langkah gontai, Elviara melangkahkan kakinya, keluar dari rumah sakit tempat saudari kembarnya dirawat. Di sepanjang perjalanan, Elviara terus mempertimbangkan tawaran Meylani dan juga ucapan dokter yang menangani penyakit saudarinya. "Apa aku minta tolong saja kepada Ba
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di