Dari tatapan mata Revina saja Bara sudah tau, jika gadis itu pasti sedang merencanakan hal licik."Ada perlu apa sampai kamu datang kemari?" kali ini, bukan Bara yang bertanya. namun, Elvara sendiri yang langsung mengatakan itu.'Baru bertunangan saja sudah belagu sekali, dasar gadis sialan,' Revina sangat kesal mendengar pertanyaan Elviara yang menurutnya terdengar sombong. Namun, gadis itu masih bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya itu.Dengan menampilkan Ekspresi sedihnya, Revina mulai berbicara, "Kak Elviara, kakak kedua saat ini sedang berada dirumah sakit."Jika untuk menyampaikan berita itu, kenapa harus repot-repot sampai datang kemari? curiga Bara, mengingat, jarak kediaman Adiwijaya dengan kantornya cukup jauh."Dirumah sakit?" Mendengar kalimat ambigu Revina, Elviara masih terlihat tenang. Mengira jika saudari kembarnya hanya menjalani pemeriksaan rutin seperti biasanya di rumah sakit.Revina tersenyum tipis, "Penyakit kakak kedua kemarin tiba-tiba kambuh dan memburuk
Setelah mempertanyakan kejadian di lantai dasar tadi, Elviara langsung berbalik badan tanpa ingin menunggu penjelasan dari Bara.'Bodoh, kenapa kamu seperti ini? Ingat Elviara, kamu tidak boleh jatuh cinta dengan pria itu. Hubungan kalian hanya sebatas ikatan kontrak, jika kamu mencintainya ... maka setelah kontrak itu berakhir, kamu akan ikut hancur!' Elviara terus melangkahkan kakinya seraya menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes."Elviara, berhenti!" Semakin suara seruan dari Bara itu terdengar jelas, semakin Elviara mempercepat langkahnya. Seakan ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu."Elviara, berhenti!" kali ini, Bara berhasil membuat Elviara menghentikan langkahnya.Bara menatap wajah cantik Elviara. Namun, pria itu justru terkejut melihat mata Elviara yang memerah seperti baru saja menangis."Kamu menangis?"Mendengar pertanyaan Bara, Elviara tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa, "Tidak.""Jangan berbohong!""Untuk apa saya berbohong? lagi pula, tid
Elviara tampak ragu, mengingat apa yang tadi sempat di tawarkan oleh Meylani. Ternyata wanita itu berniat untuk menolong saudari kembar Elviara, namun dengan syarat Elviara harus membatalkan pertunangannya dengan Bara.Sedangkan disisi lain, Bara yang tidak percaya akan ucapan Elviara tadi mencoba untuk mengetest bagaimana sebenarnya perasaan tunangannya itu terhadapnya."Mbok, saya pamit pulang dulu, ya! titip Ana, nanti kalau ada apa-apa kabarin saya, ya, Mbok!""Tidak non Ara minta pun, saya akan tetap menjaga non Ana disini, Non!" sahut Srinten dengan lembut.Elviana tersenyum, "Kalau begitu terimakasih, ya, Mbok! Ara pulang dulu!"Srinten mengangguk, "Hati-hati, ya, Non!"Elviara tersenyum, "Pasti, Mbok!"Dengan langkah gontai, Elviara melangkahkan kakinya, keluar dari rumah sakit tempat saudari kembarnya dirawat. Di sepanjang perjalanan, Elviara terus mempertimbangkan tawaran Meylani dan juga ucapan dokter yang menangani penyakit saudarinya. "Apa aku minta tolong saja kepada Ba
"Dia Airin!" Ucap Bara. Tanpa Elviara bertanya, Bara sudah mengenalkan siapa gadis yang duduk di kursi depan itu.Elviara tersenyum kepada Airin, lalu menutup kembali pintu itu dan memilih untuk duduk di kursi belakang. Siapa sebenarnya gadis itu? Banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya, namun, Elviara mencoba untuk menepis semua pikiran negatif yang muncul.Lagi pula, jika kenyataannya gadis itu adalah kekasihnya, apa hubungannya dengan ku? Elviara akhirnya memilih untuk duduk dengan tenang di kursi belakang dan enggan memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu. 'Ada apa dengan gadis ini? kenapa tidak menanyakan sesuatu tentang Airin?' "Bar, Ayo jalankan mobilnya!" seru Airin, melihat Bara terdiam menatap Elviara dari cermin kecil di dalam mobil itu.Tidak menjawab, Bara justru menoleh kebelakan dengan kotak P3K di tangannya, "Mari kita obati dulu luka mu!"Elviara yang baru saja memejamkan mata akhirnya kembali bangun setelah mendengar seruan dari Bara. Elviara menatap tel
Sudah terbayang, apa yang akan di lakukan oleh Bara setelah ini. Namun, lelaki itu masih saja mendapat penolakan dari Elviara.Bara meraih dagu Elviara dengan lembut, membiarkan gadis itu untuk menatapnya, "Apa kamu benar-benar menyayangi saudari mu?" Tatapan mereka saling beradu, bahkan Elviara dapat merasakan hembusan nafas Bara yang bersensasi wangi daun mint menerpa wajahnya. Sangat dekat, membuat Elviara gugup."Te-tentu saja, aku menyayanginya," jika tidak menyayangi saudari ku, mana mungkin aku bersedia menurunkan harga diri ku hingga seperti ini. Elviana bertahanlah, kakak akan menyelamatkan mu.Bara tersenyum tipis, dan semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Elviara. Bahkan lelaki itu dengan sengaja mendekatkan bibirnya ke telinga gadis yang saat ini tidak berdaya di bawah kungkungan tubuhnya. "Sebenarnya apa yang kamu takutkan? hubungan kita sudah jelas, dan kita juga sudah pernah melewatkan malam panas bersama.""Emmm, tapi itu-"Krukkkkkkk.Belum sempat Elviara meny
Tenaga Bara sepertinya telah banyak terkuras. Tanpa sehelai kain yang melekat di tubuhnya, lelaki itu memeluk Elviara di bawah hangatnya balutan selimut.Elviara hanya bisa terdiam, merasakan pelukan hangat dari Bara. Bahkan, gadis itu tidak berani untuk bergerak sembarangan, takut jika dirinya tidak sengaja menyentuh sesuatu yang harusnya tidak ia sentuh."Apa yang sedang kamu pikirkan?" suara berat Bara memecahkan keheningan malam itu."Emmm, apa saya benar-benar tidak perlu mengosumsi pil pencegah kehamilan?" "Tidak. Saya tidak mengizinkan kamu untuk mengosumsinya!"Sebenarnya, Elviara senang mendengar itu. Namun, mengingat ini hanyalah hubungan kontrak, membuat Elviara sedikit khawatir.'Bagaimana jika nanti aku benar-benar mengandung anaknya? Bagaimana nasib anak ini jika hubungan kita telah berakhir?' satu masalah sudah selesai, kenapa justru muncul masalah baru? "Tenang dan tidurlah! tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," karena selama ada saya, tidak akan ada masalah yang b
"Cepat ke ruangan saya!""Baik, pak!" Elviara yang baru saja mendapat panggilan dari Bara, segera menuju ruangan pria itu.TOK ... TOK ... TOK.Elviara sempat mengetuk pintu sebelum masuk ke ruang kerja Bara. Walaupun seluruh perusahaan mengetahui setatusnya sebagai tunangan CEO, tidak membuat Elviara menjadi sombong. Justru gadis itu merasa, jika dirinya sama seperti karyawan yang lain, "Permisi, Pak!"Kenapa dengan orang-orang ini? Elviara menatap binggung kearah beberapa orang yang berbaris rapi di sepanjang pintu masuk ruangan Bara dengan membawa baju dan segala aksesorisnya."Segera ganti pakaian mu!"Mendengar perintah dari Bara, Elviara langsung menatap kearah pakaian yang saat ini ia kenakan, 'Apa ada yang salah dengan pakaian kui?'Sedangkan Bara, Tanpa banyak bicara lelaki itu meminta Sania untuk membantu Elviara bersiap.Sania mengangguk. Tanpa membuang waktu, gadis itu melangkah kearah Elviara dan mempersilahkan gadis itu menuju ruang pribadi Bara untuk bersiap."Silahkan,
"Siap, kek!" dengan tegas, lelaki itu mengatakan jika dirinya siap untuk segera menikah dan memiliki keturunan."Apa kamu bercanda?" tanya Elviara dengan suara cukup lirih."Tentu saja, saya serius!"Gila, ini sungguh gila. Demi bisa mewarisi perusahaan, apakah harus melakukan hal gila hingga sejauh ini? Elviara tidak percaya dengan kalimat Bara, bahkan tidak habis fikir dengan jalan pikiran lelaki itu.Andreas tersenyum, melihat Bara yang dulu keras kepala dan sangat susah di atur, kini justru dengan mudah menerima syarat darinya. 'Sepertinya, gadis ini memiliki pengaruh cukup besar kepada cucu ku.'"kalau begitu, segera legalkan hubungan kalian! kakek akan memberi kalian waktu 3 bulan dan dalam waktu 3 bulan itu, pastikan kakek segera menerima kabar baik dari kalian!"Bara mengangguk, "Baik, kek."'Hah, melegalkan? Sebenarnya, lelucon apa lagi ini?' binggung Elviara, karena tujuan dari perjanjian itu hanya sebatas hubungan kontrak. Namun tiba-tiba mereka harus melegalkan hubungan me