"Dia Airin!" Ucap Bara. Tanpa Elviara bertanya, Bara sudah mengenalkan siapa gadis yang duduk di kursi depan itu.Elviara tersenyum kepada Airin, lalu menutup kembali pintu itu dan memilih untuk duduk di kursi belakang. Siapa sebenarnya gadis itu? Banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya, namun, Elviara mencoba untuk menepis semua pikiran negatif yang muncul.Lagi pula, jika kenyataannya gadis itu adalah kekasihnya, apa hubungannya dengan ku? Elviara akhirnya memilih untuk duduk dengan tenang di kursi belakang dan enggan memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu. 'Ada apa dengan gadis ini? kenapa tidak menanyakan sesuatu tentang Airin?' "Bar, Ayo jalankan mobilnya!" seru Airin, melihat Bara terdiam menatap Elviara dari cermin kecil di dalam mobil itu.Tidak menjawab, Bara justru menoleh kebelakan dengan kotak P3K di tangannya, "Mari kita obati dulu luka mu!"Elviara yang baru saja memejamkan mata akhirnya kembali bangun setelah mendengar seruan dari Bara. Elviara menatap tel
Sudah terbayang, apa yang akan di lakukan oleh Bara setelah ini. Namun, lelaki itu masih saja mendapat penolakan dari Elviara.Bara meraih dagu Elviara dengan lembut, membiarkan gadis itu untuk menatapnya, "Apa kamu benar-benar menyayangi saudari mu?" Tatapan mereka saling beradu, bahkan Elviara dapat merasakan hembusan nafas Bara yang bersensasi wangi daun mint menerpa wajahnya. Sangat dekat, membuat Elviara gugup."Te-tentu saja, aku menyayanginya," jika tidak menyayangi saudari ku, mana mungkin aku bersedia menurunkan harga diri ku hingga seperti ini. Elviana bertahanlah, kakak akan menyelamatkan mu.Bara tersenyum tipis, dan semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Elviara. Bahkan lelaki itu dengan sengaja mendekatkan bibirnya ke telinga gadis yang saat ini tidak berdaya di bawah kungkungan tubuhnya. "Sebenarnya apa yang kamu takutkan? hubungan kita sudah jelas, dan kita juga sudah pernah melewatkan malam panas bersama.""Emmm, tapi itu-"Krukkkkkkk.Belum sempat Elviara meny
Tenaga Bara sepertinya telah banyak terkuras. Tanpa sehelai kain yang melekat di tubuhnya, lelaki itu memeluk Elviara di bawah hangatnya balutan selimut.Elviara hanya bisa terdiam, merasakan pelukan hangat dari Bara. Bahkan, gadis itu tidak berani untuk bergerak sembarangan, takut jika dirinya tidak sengaja menyentuh sesuatu yang harusnya tidak ia sentuh."Apa yang sedang kamu pikirkan?" suara berat Bara memecahkan keheningan malam itu."Emmm, apa saya benar-benar tidak perlu mengosumsi pil pencegah kehamilan?" "Tidak. Saya tidak mengizinkan kamu untuk mengosumsinya!"Sebenarnya, Elviara senang mendengar itu. Namun, mengingat ini hanyalah hubungan kontrak, membuat Elviara sedikit khawatir.'Bagaimana jika nanti aku benar-benar mengandung anaknya? Bagaimana nasib anak ini jika hubungan kita telah berakhir?' satu masalah sudah selesai, kenapa justru muncul masalah baru? "Tenang dan tidurlah! tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," karena selama ada saya, tidak akan ada masalah yang b
"Cepat ke ruangan saya!""Baik, pak!" Elviara yang baru saja mendapat panggilan dari Bara, segera menuju ruangan pria itu.TOK ... TOK ... TOK.Elviara sempat mengetuk pintu sebelum masuk ke ruang kerja Bara. Walaupun seluruh perusahaan mengetahui setatusnya sebagai tunangan CEO, tidak membuat Elviara menjadi sombong. Justru gadis itu merasa, jika dirinya sama seperti karyawan yang lain, "Permisi, Pak!"Kenapa dengan orang-orang ini? Elviara menatap binggung kearah beberapa orang yang berbaris rapi di sepanjang pintu masuk ruangan Bara dengan membawa baju dan segala aksesorisnya."Segera ganti pakaian mu!"Mendengar perintah dari Bara, Elviara langsung menatap kearah pakaian yang saat ini ia kenakan, 'Apa ada yang salah dengan pakaian kui?'Sedangkan Bara, Tanpa banyak bicara lelaki itu meminta Sania untuk membantu Elviara bersiap.Sania mengangguk. Tanpa membuang waktu, gadis itu melangkah kearah Elviara dan mempersilahkan gadis itu menuju ruang pribadi Bara untuk bersiap."Silahkan,
"Siap, kek!" dengan tegas, lelaki itu mengatakan jika dirinya siap untuk segera menikah dan memiliki keturunan."Apa kamu bercanda?" tanya Elviara dengan suara cukup lirih."Tentu saja, saya serius!"Gila, ini sungguh gila. Demi bisa mewarisi perusahaan, apakah harus melakukan hal gila hingga sejauh ini? Elviara tidak percaya dengan kalimat Bara, bahkan tidak habis fikir dengan jalan pikiran lelaki itu.Andreas tersenyum, melihat Bara yang dulu keras kepala dan sangat susah di atur, kini justru dengan mudah menerima syarat darinya. 'Sepertinya, gadis ini memiliki pengaruh cukup besar kepada cucu ku.'"kalau begitu, segera legalkan hubungan kalian! kakek akan memberi kalian waktu 3 bulan dan dalam waktu 3 bulan itu, pastikan kakek segera menerima kabar baik dari kalian!"Bara mengangguk, "Baik, kek."'Hah, melegalkan? Sebenarnya, lelucon apa lagi ini?' binggung Elviara, karena tujuan dari perjanjian itu hanya sebatas hubungan kontrak. Namun tiba-tiba mereka harus melegalkan hubungan me
Mendengar ancaman itu, Bara segera meraih ponsel Elviara. "Siapa kamu?""Oh, rupanya ini anda. Apa kabar, tuan Elbara Alexander?" terdengar gelak tawa menyeramkan dari lelaki itu, setelah menyapa Bara."Saya menginginkan tunangan anda yang berparas cantik, itu tuan! Wanita Elbara Alexander, sudah pasti gadis itu memiliki tubuh yang menggoda. Bukan begitu, tuan?"Mendengar lelaki lain berbicara tidak sopan tentang kekasihnya, tentu saja Bara tidak terima. Lelaki itu mengepalkan tangannya dengan kuat, hingga terlihat buku-buku di kukunya mulai memutih, "Kamu akan menyesali semuanya, setelah saya menemukanmu nanti!" Suara berat Bara kali ini, cukup membuktikan jika lelaki itu tidak sedang bermain-main dengan ucapannya. Bahkan, sorot matanya sekarang terlihat menakutkan."Silahkan, saya sangat menunggu kedatangan anda!" sahut lelaki dari sebrang telepon, yang seolah menantang Bara. Lagi-lagi terdengar tawa yang cukup keras dari pria misterius itu, sebelum sambungan telepon itu terputus.
'Akan saya patahkan, kaki dan tangannya nanti!' kesal Bara. Lelaki itu tampak frustasi, sudah lebih dari 24 jam dan juga mengerahkan cukup banyak tenaga berpengalaman untuk mencari keberadaan Elviara, namun sampai saat ini usahanya tak kunjung membuahkan hasil.Seperti kejadian di rumah sakit, Bara terlambat datang untuk menyelamatkan Elviara. Saat lelaki itu pulang, keadaan rumah telah berantakkan, bahkan tidak ada satu pun penjaga yang sadarkan diri.'Sial, kenapa saya bisa selengah ini?' gumam Bara penuh penyesalan. Bara berfikir, jika waktu itu Elviara terus bersamanya, semua ini tidak akan terjadi, karena ada dirinya yang pasti akan melindungi gadis itu."Ckkkk," decak Nicholas kesal seraya mengacak rambutnya saat beberapa kali dirinya gagal untuk meretas Maps yang menurutnya berkaitan dengan insiden penculikan ini.Tidak hanya Bara yang khawatir dengan Elviara. Dalam insiden ini, Nicholas tidak kalah cemasnya. Bahkan lelaki itu berjanji tidak akan beristirahat sebelum berhasil m
Takut? Gadis mana yang tidak takut berada dalam situasi seperti ini? Namun, rasa itu tidak lebih menakutkan saat dirinya membayangkan Bara benar-benar akan datang untuk menyelamatkannya, dan melihat lelaki itu terluka."Jangan kemari!" teriak Elviara, berharap Bara yang saat ini sedang berada di sebrang telepon mendengar teriakannya.Ternyata Elviara telah mengetahui rencana, kenapa lelaki itu menculiknya. Lelaki berkulit putih dengan postur tubuh hampir mirip dengan Bara itu sengaja menjadikannya sebagai umpan agar Bara mendatanginya.PLAKKK.Terdengar sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi kiri Elviara, "Sudah bangun baby? Ternyata, kamu sungguh gadis pemberani!"Elviara hanya bisa mengepalkan tangan, merasakan kebas di pipinya."Kenapa menatap ku seperti itu, hmmm?" tanya pria itu, melihat Elviara menatap tajam kearahnya.Sedikit pun Elviara tidak merasa takut dengan Lelaki yang saat ini berdiri di depannya. Hanya saja, ia merasa jijik melihat tatapan lelaki itu yang menurutn