Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Setelah pertemuan tak sengaja di lift tadi, akhirnya Bara dan Nicholas memutuskan untuk berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti wajah di antara keduanya terlihat tegang."Jangan bilang, dia gadis yang kamu maksud?" tanya Bara dengan tatapan menyelidik.Ternyata, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Nicholas sempat menghubungi Bara, jika sahabatnya itu akan berkunjung ke kantornya untuk mencari seorang gadis yang dia maksud semalam."Benar!" sahut Nicholas, membuat Bara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.'Lelucon apa lagi ini?' Bara tidak habis pikir mengenai alur cerita hidupnya.Gadis yang menyembuhkan penyakit anehnya, ternyata adalah gadis yang sudah lama terikat perjodohan dengannya. Dan apa lagi ini? ternyata gadis itu juga yang di maksud oleh sahabatnya."Ada apa?" tanya Nicholas melihat ekspresi wajah sahabatnya, setelah mengetahui jika Elviaralah yang ia cari."Dia tunangan saya!"Duarrr.Seperti petir di siang bolong, tentu saja Nicholas terkejut
Dari tatapan mata Revina saja Bara sudah tau, jika gadis itu pasti sedang merencanakan hal licik."Ada perlu apa sampai kamu datang kemari?" kali ini, bukan Bara yang bertanya. namun, Elvara sendiri yang langsung mengatakan itu.'Baru bertunangan saja sudah belagu sekali, dasar gadis sialan,' Revina sangat kesal mendengar pertanyaan Elviara yang menurutnya terdengar sombong. Namun, gadis itu masih bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya itu.Dengan menampilkan Ekspresi sedihnya, Revina mulai berbicara, "Kak Elviara, kakak kedua saat ini sedang berada dirumah sakit."Jika untuk menyampaikan berita itu, kenapa harus repot-repot sampai datang kemari? curiga Bara, mengingat, jarak kediaman Adiwijaya dengan kantornya cukup jauh."Dirumah sakit?" Mendengar kalimat ambigu Revina, Elviara masih terlihat tenang. Mengira jika saudari kembarnya hanya menjalani pemeriksaan rutin seperti biasanya di rumah sakit.Revina tersenyum tipis, "Penyakit kakak kedua kemarin tiba-tiba kambuh dan memburuk
Setelah mempertanyakan kejadian di lantai dasar tadi, Elviara langsung berbalik badan tanpa ingin menunggu penjelasan dari Bara.'Bodoh, kenapa kamu seperti ini? Ingat Elviara, kamu tidak boleh jatuh cinta dengan pria itu. Hubungan kalian hanya sebatas ikatan kontrak, jika kamu mencintainya ... maka setelah kontrak itu berakhir, kamu akan ikut hancur!' Elviara terus melangkahkan kakinya seraya menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes."Elviara, berhenti!" Semakin suara seruan dari Bara itu terdengar jelas, semakin Elviara mempercepat langkahnya. Seakan ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu."Elviara, berhenti!" kali ini, Bara berhasil membuat Elviara menghentikan langkahnya.Bara menatap wajah cantik Elviara. Namun, pria itu justru terkejut melihat mata Elviara yang memerah seperti baru saja menangis."Kamu menangis?"Mendengar pertanyaan Bara, Elviara tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa, "Tidak.""Jangan berbohong!""Untuk apa saya berbohong? lagi pula, tid
Elviara tampak ragu, mengingat apa yang tadi sempat di tawarkan oleh Meylani. Ternyata wanita itu berniat untuk menolong saudari kembar Elviara, namun dengan syarat Elviara harus membatalkan pertunangannya dengan Bara.Sedangkan disisi lain, Bara yang tidak percaya akan ucapan Elviara tadi mencoba untuk mengetest bagaimana sebenarnya perasaan tunangannya itu terhadapnya."Mbok, saya pamit pulang dulu, ya! titip Ana, nanti kalau ada apa-apa kabarin saya, ya, Mbok!""Tidak non Ara minta pun, saya akan tetap menjaga non Ana disini, Non!" sahut Srinten dengan lembut.Elviana tersenyum, "Kalau begitu terimakasih, ya, Mbok! Ara pulang dulu!"Srinten mengangguk, "Hati-hati, ya, Non!"Elviara tersenyum, "Pasti, Mbok!"Dengan langkah gontai, Elviara melangkahkan kakinya, keluar dari rumah sakit tempat saudari kembarnya dirawat. Di sepanjang perjalanan, Elviara terus mempertimbangkan tawaran Meylani dan juga ucapan dokter yang menangani penyakit saudarinya. "Apa aku minta tolong saja kepada Ba
"Dia Airin!" Ucap Bara. Tanpa Elviara bertanya, Bara sudah mengenalkan siapa gadis yang duduk di kursi depan itu.Elviara tersenyum kepada Airin, lalu menutup kembali pintu itu dan memilih untuk duduk di kursi belakang. Siapa sebenarnya gadis itu? Banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya, namun, Elviara mencoba untuk menepis semua pikiran negatif yang muncul.Lagi pula, jika kenyataannya gadis itu adalah kekasihnya, apa hubungannya dengan ku? Elviara akhirnya memilih untuk duduk dengan tenang di kursi belakang dan enggan memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu. 'Ada apa dengan gadis ini? kenapa tidak menanyakan sesuatu tentang Airin?' "Bar, Ayo jalankan mobilnya!" seru Airin, melihat Bara terdiam menatap Elviara dari cermin kecil di dalam mobil itu.Tidak menjawab, Bara justru menoleh kebelakan dengan kotak P3K di tangannya, "Mari kita obati dulu luka mu!"Elviara yang baru saja memejamkan mata akhirnya kembali bangun setelah mendengar seruan dari Bara. Elviara menatap tel
Sudah terbayang, apa yang akan di lakukan oleh Bara setelah ini. Namun, lelaki itu masih saja mendapat penolakan dari Elviara.Bara meraih dagu Elviara dengan lembut, membiarkan gadis itu untuk menatapnya, "Apa kamu benar-benar menyayangi saudari mu?" Tatapan mereka saling beradu, bahkan Elviara dapat merasakan hembusan nafas Bara yang bersensasi wangi daun mint menerpa wajahnya. Sangat dekat, membuat Elviara gugup."Te-tentu saja, aku menyayanginya," jika tidak menyayangi saudari ku, mana mungkin aku bersedia menurunkan harga diri ku hingga seperti ini. Elviana bertahanlah, kakak akan menyelamatkan mu.Bara tersenyum tipis, dan semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Elviara. Bahkan lelaki itu dengan sengaja mendekatkan bibirnya ke telinga gadis yang saat ini tidak berdaya di bawah kungkungan tubuhnya. "Sebenarnya apa yang kamu takutkan? hubungan kita sudah jelas, dan kita juga sudah pernah melewatkan malam panas bersama.""Emmm, tapi itu-"Krukkkkkkk.Belum sempat Elviara meny
Tenaga Bara sepertinya telah banyak terkuras. Tanpa sehelai kain yang melekat di tubuhnya, lelaki itu memeluk Elviara di bawah hangatnya balutan selimut.Elviara hanya bisa terdiam, merasakan pelukan hangat dari Bara. Bahkan, gadis itu tidak berani untuk bergerak sembarangan, takut jika dirinya tidak sengaja menyentuh sesuatu yang harusnya tidak ia sentuh."Apa yang sedang kamu pikirkan?" suara berat Bara memecahkan keheningan malam itu."Emmm, apa saya benar-benar tidak perlu mengosumsi pil pencegah kehamilan?" "Tidak. Saya tidak mengizinkan kamu untuk mengosumsinya!"Sebenarnya, Elviara senang mendengar itu. Namun, mengingat ini hanyalah hubungan kontrak, membuat Elviara sedikit khawatir.'Bagaimana jika nanti aku benar-benar mengandung anaknya? Bagaimana nasib anak ini jika hubungan kita telah berakhir?' satu masalah sudah selesai, kenapa justru muncul masalah baru? "Tenang dan tidurlah! tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," karena selama ada saya, tidak akan ada masalah yang b