Baru kali ini Elviara berani menatap mata Bara cukup lama. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesal dengan Bara, bagaimana tidak, di dalam surat pembatalan itu seakan dia tak memiliki harga diri lagi. "Saya lebih baik menjadi pembantu bapak seumur hidup, dari pada harus menemani Bapak tidur!"
Bara terkekeh mendengar ucapan Elviara, "Memangnya, menemani tidur itu, di dalam otak kamu tergambar seperti apa, hmmm?"
"Ya, yang pasti saya harus melayani bapak."
"Melayani bagaimana, hmmm?" Bara semakin mengikis jarak diantara mereka.
Elviara dibuat panik dengan ulah Bara, "Ya ... yang seperti itu, sudah tidak usah di bahas pak, yang pasti saya tidak akan mau menemani bapak tidur!"
"Dasar otak mesum," sahut Bara sembari mendengus mencemooh.
"PAK?"
Bara kembali mengambil surat perjanjian itu. “Saya rasa, syarat pembatalan kontrak ini cukup sebanding dengan apa yang akan saya berikan untuk mu!” ucap Bara, ketika Elviara tengah membaca ulang surat perjanjian itu.
‘Sebanding? Apa sebegitu rendahnya aku dimatanya?’ batin Elviara.
“Saya akui, semua yang bapak tawarkan memang akan sangat membantu saya. Tapi, maaf harga diri saya tidak serendah itu!” ucap Elviara.
Bara tersenyum tipis. memang gadis aneh, baru kali ini Bara berjumpa dengan gadis yang tidak tergoda dengan hartanya, ‘Menarik.’
“Kalau kamu tidak puas dengan syarat dari saya, kamu bisa menambahkan klausa didalam syarat pembatalan perjanjian ini! Lagi pula, bukannya kamu juga sangat membutuhkan uang untuk membantu membiayai pengobatan adik kamu?” ucap Bara.
Elviara terdiam, mempertimbangkan apa yang baru saja dikatakan oleh Bara. Mengingat, akhir-akhir ini, keluarganya tak lagi memperdulikan dirinya dan saudari kembarnya.
“Kalau begitu, bagaimana kalau pak Bara memberikan kompensasi satu Miliar, jika pak Bara membatalkan kontrak itu?”
Tentu saja Bara menertawakan syarat yang baru saja diajukan oleh Elviara, “Itu kecil untuk saya. kalau begitu, saya bisa kapan saja membatalkan kontrak itu!”
Elviara menggigit bibirnya, bimbang. Benar apa yang dikatakan oleh Bara, ini terlalu mudah untuk orang sekelas tuan muda Alexander.
“Jika saya membatalkan perjanjian ini, maka, setengah dari saham perusahaan saya, akan saya berikan untuk mu! Apa itu cukup?”
Belum ada satu jam dirinya berada di dekat Bara, namun, pria itu sudah berkali-kali membuatnya terkejut, “Saya rasa, ini sangat berlebihan.”
Bara tersenyum mendengar kalimat Elviara, “Hanya dengan begini perjanjian kita akan seimbang!”
Bara menatap Elviara yang masih terlihat ragu dengan surat perjanjian itu, “Apalagi yang membuatmu ragu?”
Elviara menggelengkan kepalanya, “Ti-tidak ada.”
“Kalau tidak ada yang diragukan lagi, kamu bisa menandatanganinya sekarang!”
Elviara membaca sekali lagi dua surat perjanjian itu sebelum menandatangani surat kedua dari perjanjian itu, membuat Bara tersenyum tipis.
TOK TOK TOK.
"Ehemmm," deham Bara mendengar seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
Pelukan Bara di pinggang Elviara sedikit merenggang, memberikan kesempatan untuk gadis itu beranjak pangkuannya.
Sania yang baru saja masuk kedalam ruang kerja Bara, merasa sedikit canggung.
'Duh, sepertinya saya datang di waktu yang tidak tepat,' batin Sania. Di ruangan ber-AC seperti ini, bisa-bisanya keringatnya mengucur deras, takut jika atasannya itu marah karena kedatangannya.
"Ada apa?" Suara berat Bara memecahkan keheningan di ruangan itu.
"Ohh, ini pak. saya ingin menginfokan, jika hari ini ada sedikit perubahan jadwal meeting!" dengan ragu, Sania menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
Bara menatap ke arah Sania dengan sebelah alis yang terangkat. Sania yang paham akan hal itu, segera bersuara memberitahukan jadwal kegiatan hari ini.
"Hari ini, perusahaan Glory Corporation meminta untuk melakukan meeting jam 10 pagi pak. Dari info yang saya dapat, mereka sedang mengejar waktu untuk kepentingan di luar negri, sehingga meminta untuk bertemu lebih awal!"
Mendengar kalimat itu, Bara mengangguk paham seraya menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Kalau begitu segera bersiap, dan 10 menit lagi kita akan segera berangkat!"
"Baik, kalau begitu, saya permisi!" dengan sopan Sania keluar dari ruangan itu.
Suasana di dalam ruangan itu kembali hening, membuat Elviara sedikit canggung. Gadis itu hanya bisa menatap Bara yang tengah sibuk bersiap tanpa berani mengganggu, walaupun hanya sekedar bertanya, mengingat betapa bahayanya laki-laki di depannya ini.
“Tolong kamu kesini!” Bara terlihat tengah menghubungi seseorang, dan tak lama pintu ruangannya terbuka.
“Ada yang bisa saya bantu, pak?”
“Hari ini, bawa nona Elviara untuk mempersiapkan diri!”
“Baik pak!” sahut Sania.
Mempersiapkan diri? Tentu saja Elviara binggung dengan maksud Bara.
“Mempersiapkan diri?” ulang Elviara.
“Ya, tentu saja kamu harus mempersiapkan diri untuk pertunangan kita!”
**
*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tan
Melihat Elviara hadir dalam pesta malam ini, Revina mengepalkan tangannya. ‘Kenapa bisa jadi seperti ini!?’ Matanya melotot mengerikan. ‘Bagaimana bisa dia hadir di pesta ini dan berhubungan begitu baik dengan Bara? Mereka bahkan belum pernah bertemu! Elviara bahkan tidak tahu pesta pertunangan diadakan di sini!’Sementara Revina dan Novi tampak menggebu-gebu, Bara yang berdiri di hadapan Elviara menjulurkan tangannya. Elviara menerima uluran tangan itu dengan lembut, lalu menggandeng lengan Bara sesuai yang diajarkan oleh Sania di mobil tadi.“Kamu terlambat,” ucap Bara dengan suara yang hanya bisa didengar Elviara.Elviara tetap menoleh ke depan. “Ada beberapa kendala dengan gaunnya,” jawabnya singkat. “Yang jelas, bukan salahku.”Bara tertawa rendah. “Yang penting, kau datang.”Senyum dan tawa Bara dapat terlihat dari kejauhan. Hal tersebut mengejutkan seluruh tamu yang tahu betapa dinginnya sosok tuan muda Alexander itu. “L-lihat, dia tertawa! Tuan Muda Es itu tertawa!”“Mereka se
Acara pertunangan itu berjalan cukup lancar. Terlihat, beberapa kali Bara tersenyum rendah menatap ke arah Elviara.Kenapa terus menatap kearah ku? apa ada yang salah dengan wajah ku? Elviara menyentuh wajahnya tanpa berani menatap ke arah Bara yang sedari tadi memperhatikannya."Kamu, cantik!" ucap Bara lirih, tepat di samping telinganya.Spontan, hal itu membuat Elviara sedikit menjauh. Ketika hembusan nafas Bara menerpa telinganya, "Pak?" Tanpa menjawab, Lagi-lagi Bara kembali menampilkan wajah datarnya setelah membuat Elviara beberapa kali kesal karena ulahnya."BARA!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Andreas."Iya, kek?" "Sekarang kamu sudah bukan lagi pria lajang. Jadi, jaga sikapmu! Jangan membuat keluarga kita malu!" tegas Andreas.Mendengar kalimat yang diucapkan tuan besar Alexander, tentu saja membuat hati Elviara menciut. Merasa sangat tidak pantas bersanding dengan Bara. 'Tenang, ini hanya pertunangan pura-pura.' "Baik, kek!" sahut Bara seraya menggenggam tan
"Selamat malam, tuan!" terlihat beberapa pelayan berbaris rapi, menyambut kedatangan Bara.Malu? tentu saja Elviara sangat malu. Bahkan gadis itu tidak berani menatap karah lain, selain kearah dada Bara dan menyembunyikan wajahnya disana."BARA, turunkan saya!" Elviara meronta, meminta agar Bara menurunkannya. Namun, pria berparas rupawan dengan tubuh atletis itu justru membawanya masuk ke sebuah kamar.Sangat mewah, kamar bernuansa putih elegan dengan beberapa dekorasi bernuansa eropa membuat Elviara sedikit takjub."Tentu saja aku akan menurunkanmu, disini!" sahut Bara seraya menurunkan tubuh Elviara diatas kasur yang nantinya akan menjadi kamar mereka.Elviara mencoba untuk mendorong tubuh Bara, namun kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu. Membuatnya tetap terjebak dalam kungkungan tubuh Bara."Bar, tolong lepaskan saya!" Elviara semakin panik, mengetahui tangan Bara mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.Sebenarnya ada apa dengan ku? kejadian malam itu, membuatku candu akan t
Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Setelah pertemuan tak sengaja di lift tadi, akhirnya Bara dan Nicholas memutuskan untuk berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti wajah di antara keduanya terlihat tegang."Jangan bilang, dia gadis yang kamu maksud?" tanya Bara dengan tatapan menyelidik.Ternyata, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Nicholas sempat menghubungi Bara, jika sahabatnya itu akan berkunjung ke kantornya untuk mencari seorang gadis yang dia maksud semalam."Benar!" sahut Nicholas, membuat Bara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.'Lelucon apa lagi ini?' Bara tidak habis pikir mengenai alur cerita hidupnya.Gadis yang menyembuhkan penyakit anehnya, ternyata adalah gadis yang sudah lama terikat perjodohan dengannya. Dan apa lagi ini? ternyata gadis itu juga yang di maksud oleh sahabatnya."Ada apa?" tanya Nicholas melihat ekspresi wajah sahabatnya, setelah mengetahui jika Elviaralah yang ia cari."Dia tunangan saya!"Duarrr.Seperti petir di siang bolong, tentu saja Nicholas terkejut
Dari tatapan mata Revina saja Bara sudah tau, jika gadis itu pasti sedang merencanakan hal licik."Ada perlu apa sampai kamu datang kemari?" kali ini, bukan Bara yang bertanya. namun, Elvara sendiri yang langsung mengatakan itu.'Baru bertunangan saja sudah belagu sekali, dasar gadis sialan,' Revina sangat kesal mendengar pertanyaan Elviara yang menurutnya terdengar sombong. Namun, gadis itu masih bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya itu.Dengan menampilkan Ekspresi sedihnya, Revina mulai berbicara, "Kak Elviara, kakak kedua saat ini sedang berada dirumah sakit."Jika untuk menyampaikan berita itu, kenapa harus repot-repot sampai datang kemari? curiga Bara, mengingat, jarak kediaman Adiwijaya dengan kantornya cukup jauh."Dirumah sakit?" Mendengar kalimat ambigu Revina, Elviara masih terlihat tenang. Mengira jika saudari kembarnya hanya menjalani pemeriksaan rutin seperti biasanya di rumah sakit.Revina tersenyum tipis, "Penyakit kakak kedua kemarin tiba-tiba kambuh dan memburuk
Setelah mempertanyakan kejadian di lantai dasar tadi, Elviara langsung berbalik badan tanpa ingin menunggu penjelasan dari Bara.'Bodoh, kenapa kamu seperti ini? Ingat Elviara, kamu tidak boleh jatuh cinta dengan pria itu. Hubungan kalian hanya sebatas ikatan kontrak, jika kamu mencintainya ... maka setelah kontrak itu berakhir, kamu akan ikut hancur!' Elviara terus melangkahkan kakinya seraya menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes."Elviara, berhenti!" Semakin suara seruan dari Bara itu terdengar jelas, semakin Elviara mempercepat langkahnya. Seakan ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu."Elviara, berhenti!" kali ini, Bara berhasil membuat Elviara menghentikan langkahnya.Bara menatap wajah cantik Elviara. Namun, pria itu justru terkejut melihat mata Elviara yang memerah seperti baru saja menangis."Kamu menangis?"Mendengar pertanyaan Bara, Elviara tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa, "Tidak.""Jangan berbohong!""Untuk apa saya berbohong? lagi pula, tid