“APA?” mata Elviara membulat sempurna mendengar tawaran dari Bara.
Dalam hati, Elviara bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan pendengarannya? Mana mungkin Bara menawarkan hal seperti itu kepada gadis biasa sepertinya?!
“Bapak, saya mohon jangan bercanda ….”
“Saya tidak bercanda. Saya serius. Bertunanganlah dengan saya selama satu tahun untuk menendang Meylani dari hidup saya, dan akan aku pastikan kamu bisa mendapatkan posisi memuaskan di perusahaan ini.”
Elviara menggigit bibir bawahnya pelan, mempertimbangkan hal ini. Dia memang memerlukan pekerjaan ini, tapi … dengan bersandiwara sebagai tunangan pria tersebut.
“Saya … tidak akan diminta untuk melakukan hal yang tidak-tidak, bukan? Hanya sandiwara saja …” tanya Elviara ragu.
Mendengar pertanyaan itu, alis kanan Bara meninggi, tampak terhibur. “Kalau kamu mau, tentu saya tidak akan menolaknya.”
“Tidak! Saya tidak mau melakukan yang tidak-tidak!” tegas Elviara dengan mata berkaca-kaca, merasa kesal bercampur malu dengan godaan pria di depan mata.
“Heh, sayang sekali.” Bara menyeringai dan mendengus, “Kalau begitu, cukup sandiwara yang meyakinkan saja. Saya jamin tidak akan melakukan hal aneh padamu.” Pria itu memandang Elviara penuh makna. “Terkecuali kamu menginginkannya.”
Tangan Elviara mengepal, tahu pria itu sedang mengejeknya. Namun, dia terdiam sesaat dan berpikir lagi. Kalau memang hanya bersandiwara untuk satu tahun, demi mendapatkan pekerjaan dan pemasukan, harusnya tidak masalah, bukan?
Tidak sabar dengan diamnya Elviara, Bara pun menghela napas kasar dan berucap, “Kalau tidak mau, ya sudah. Silakan kamu keluar dan–”
“Terima!” potong Elviara dengan panik.
“Hmm?” Bara menaikkan alis kanannya. “Kamu bilang apa?”
Elviara menatap Bara dengan wajah terpojok dan berkata, “Saya bersedia menerima tawaran Bapak.”
Sebuah seringai memesona terlukis di wajah Bara seiring dirinya menatap Elviara puas. “Keputusan bagus, Elviara. Sudah kuduga kamu cerdas.” Kemudian, dia pun menatap ke arah pintu. “Aldo!”
Krietttt.
Pintu ruang kerja Bara pun terbuka, terlihat pria berparas tampan dengan mata sipitnya itu masuk ke dalam ruangan untuk kemudian berkata, “Ya, Pak?”
“Perjanjiannya.”
Aldo menganggukkan kepala dan meletakkan surat perjanjian yang telah dipersiapkan ke atas meja. “Ini, Pak.”
“Kerja bagus. Kamu boleh pergi. Aku akan membicarakan sisanya dengan gadis ini,” titah Bara, yang langsung diikuti oleh kepergian Aldo.
Usai pintu kembali tertutup, Bara menatap Elviara, membuat gadis itu agak tersentak kaget. “Kemari,” titahnya, yang langsung membuat gadis itu terdiam bingung. “Apa kamu tidak ingin melihat surat perjanjian ini?”
Dalam hati Elviara, dia bertanya-tanya. Bukannya dari tempatnya duduk juga bisa dirinya membaca surat itu? Lagi pula, hanya perlu memberikan surat itu kepadanya, kenapa harus repot beranjak menghampiri pria tersebut?
Namun, tahu betapa emosional dan tidak sabarannya Bara, Elviara langsung berdiri dan mendekati pria tersebut.
Tak disangka-sangka, saat Elviara tiba di sisi Bara, pria itu langsung menarik pinggang gadis tersebut, membuat Elviara memekik, “Apa yang Bapak lakukan!?” Dia semakin panik saat Bara mendudukkannya di pangkuan.
“Kamu akan menjadi tunangan sandiwaraku, jadi ini adalah latihan pertama. Bagaimana orang bisa percaya kalau hanya seperti ini saja kau sudah berteriak?” ucap Bara sembari mendengus dingin. Kemudian, dia bertitah, “Sekarang, fokus saja dengan kertas ini.”
Berada di posisi ini, tentu saja membuat jantung Elviara berdebar tak beraturan. Namun, pria itu ada benarnya. Bagaimana bisa orang percaya kalau seperti ini saja Elviara sudah bereaksi besar.
Dengan usaha menahan kecanggungan, juga menekan darahnya yang berdesir tiap kali Bara mengucapkan sesuatu di dekat telinganya, Elviara mulai membaca isi kontrak. Seketika, gadis itu pun membelalak.
Rumah, mobil, dan segala kebutuhan harian Elviara akan ditanggung oleh Bara. Tak cuma itu, dia bahkan bisa mendapatkan jabatan di perusahaan dan gaji bulanan yang cukup fantastis.
Bagaimanapun Elviara melihatnya, dia tidak dirugikan di sini!
Akhirnya, tanpa membuang waktu lebih lama lagi–terlebih karena dirinya sangat jengah berada di posisi tersebut, Elviara langsung menandatangani kontrak tersebut.
“Ini …” ucap Elviara seraya memberikan lembaran surat perjanjian tersebut kepada Bara. “Sekarang, sudah boleh melepaskan saya ‘kan, Pak?”
Bara tertawa rendah dan melepaskan Elviara. Dia menerima surat tersebut dan membolak-balik halamannya. “Semudah itu menandatangani kontrak, hati-hati di kemudian hari kamu akan ditipu orang, Elviara,” ujar Bara.
Kening Elviara berkerut. “Isi kontrak sesuai dengan kesepakatan, apa yang membuat Pak Bara bicara begitu?”
“Kamu sudah lihat syarat pembatalan kontrak?”
Elviara mengerjapkan mata. Tidak terpikirkan olehnya untuk membatalkan kontrak, terutama karena sudah tidak betah berada di pangkuan Bara, membuat Elviara hanya membaca sekilas bagian tersebut.
“Apa … ada masalah? Bukankah hanya perlu kesepakatan dua pihak?” ujar Elviara.
Kemudian, Bara pun tersenyum penuh makna saat dia menyimpan surat perjanjian itu ke dalam amplop cokelat. “Benar, dan saya hanya akan sepakat kalau kamu tidur dengan saya.”
**
Baru kali ini Elviara berani menatap mata Bara cukup lama. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesal dengan Bara, bagaimana tidak, di dalam surat pembatalan itu seakan dia tak memiliki harga diri lagi. "Saya lebih baik menjadi pembantu bapak seumur hidup, dari pada harus menemani Bapak tidur!"Bara terkekeh mendengar ucapan Elviara, "Memangnya, menemani tidur itu, di dalam otak kamu tergambar seperti apa, hmmm?" "Ya, yang pasti saya harus melayani bapak.""Melayani bagaimana, hmmm?" Bara semakin mengikis jarak diantara mereka.Elviara dibuat panik dengan ulah Bara, "Ya ... yang seperti itu, sudah tidak usah di bahas pak, yang pasti saya tidak akan mau menemani bapak tidur!" "Dasar otak mesum," sahut Bara sembari mendengus mencemooh."PAK?"Bara kembali mengambil surat perjanjian itu. “Saya rasa, syarat pembatalan kontrak ini cukup sebanding dengan apa yang akan saya berikan untuk mu!” ucap Bara, ketika Elviara tengah membaca ulang surat perjanjian itu.‘Sebanding? Apa sebegitu re
*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tan
Melihat Elviara hadir dalam pesta malam ini, Revina mengepalkan tangannya. ‘Kenapa bisa jadi seperti ini!?’ Matanya melotot mengerikan. ‘Bagaimana bisa dia hadir di pesta ini dan berhubungan begitu baik dengan Bara? Mereka bahkan belum pernah bertemu! Elviara bahkan tidak tahu pesta pertunangan diadakan di sini!’Sementara Revina dan Novi tampak menggebu-gebu, Bara yang berdiri di hadapan Elviara menjulurkan tangannya. Elviara menerima uluran tangan itu dengan lembut, lalu menggandeng lengan Bara sesuai yang diajarkan oleh Sania di mobil tadi.“Kamu terlambat,” ucap Bara dengan suara yang hanya bisa didengar Elviara.Elviara tetap menoleh ke depan. “Ada beberapa kendala dengan gaunnya,” jawabnya singkat. “Yang jelas, bukan salahku.”Bara tertawa rendah. “Yang penting, kau datang.”Senyum dan tawa Bara dapat terlihat dari kejauhan. Hal tersebut mengejutkan seluruh tamu yang tahu betapa dinginnya sosok tuan muda Alexander itu. “L-lihat, dia tertawa! Tuan Muda Es itu tertawa!”“Mereka se
Acara pertunangan itu berjalan cukup lancar. Terlihat, beberapa kali Bara tersenyum rendah menatap ke arah Elviara.Kenapa terus menatap kearah ku? apa ada yang salah dengan wajah ku? Elviara menyentuh wajahnya tanpa berani menatap ke arah Bara yang sedari tadi memperhatikannya."Kamu, cantik!" ucap Bara lirih, tepat di samping telinganya.Spontan, hal itu membuat Elviara sedikit menjauh. Ketika hembusan nafas Bara menerpa telinganya, "Pak?" Tanpa menjawab, Lagi-lagi Bara kembali menampilkan wajah datarnya setelah membuat Elviara beberapa kali kesal karena ulahnya."BARA!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Andreas."Iya, kek?" "Sekarang kamu sudah bukan lagi pria lajang. Jadi, jaga sikapmu! Jangan membuat keluarga kita malu!" tegas Andreas.Mendengar kalimat yang diucapkan tuan besar Alexander, tentu saja membuat hati Elviara menciut. Merasa sangat tidak pantas bersanding dengan Bara. 'Tenang, ini hanya pertunangan pura-pura.' "Baik, kek!" sahut Bara seraya menggenggam tan
"Selamat malam, tuan!" terlihat beberapa pelayan berbaris rapi, menyambut kedatangan Bara.Malu? tentu saja Elviara sangat malu. Bahkan gadis itu tidak berani menatap karah lain, selain kearah dada Bara dan menyembunyikan wajahnya disana."BARA, turunkan saya!" Elviara meronta, meminta agar Bara menurunkannya. Namun, pria berparas rupawan dengan tubuh atletis itu justru membawanya masuk ke sebuah kamar.Sangat mewah, kamar bernuansa putih elegan dengan beberapa dekorasi bernuansa eropa membuat Elviara sedikit takjub."Tentu saja aku akan menurunkanmu, disini!" sahut Bara seraya menurunkan tubuh Elviara diatas kasur yang nantinya akan menjadi kamar mereka.Elviara mencoba untuk mendorong tubuh Bara, namun kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu. Membuatnya tetap terjebak dalam kungkungan tubuh Bara."Bar, tolong lepaskan saya!" Elviara semakin panik, mengetahui tangan Bara mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.Sebenarnya ada apa dengan ku? kejadian malam itu, membuatku candu akan t
Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Setelah pertemuan tak sengaja di lift tadi, akhirnya Bara dan Nicholas memutuskan untuk berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti wajah di antara keduanya terlihat tegang."Jangan bilang, dia gadis yang kamu maksud?" tanya Bara dengan tatapan menyelidik.Ternyata, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Nicholas sempat menghubungi Bara, jika sahabatnya itu akan berkunjung ke kantornya untuk mencari seorang gadis yang dia maksud semalam."Benar!" sahut Nicholas, membuat Bara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.'Lelucon apa lagi ini?' Bara tidak habis pikir mengenai alur cerita hidupnya.Gadis yang menyembuhkan penyakit anehnya, ternyata adalah gadis yang sudah lama terikat perjodohan dengannya. Dan apa lagi ini? ternyata gadis itu juga yang di maksud oleh sahabatnya."Ada apa?" tanya Nicholas melihat ekspresi wajah sahabatnya, setelah mengetahui jika Elviaralah yang ia cari."Dia tunangan saya!"Duarrr.Seperti petir di siang bolong, tentu saja Nicholas terkejut
Dari tatapan mata Revina saja Bara sudah tau, jika gadis itu pasti sedang merencanakan hal licik."Ada perlu apa sampai kamu datang kemari?" kali ini, bukan Bara yang bertanya. namun, Elvara sendiri yang langsung mengatakan itu.'Baru bertunangan saja sudah belagu sekali, dasar gadis sialan,' Revina sangat kesal mendengar pertanyaan Elviara yang menurutnya terdengar sombong. Namun, gadis itu masih bisa tersenyum untuk menutupi kekesalannya itu.Dengan menampilkan Ekspresi sedihnya, Revina mulai berbicara, "Kak Elviara, kakak kedua saat ini sedang berada dirumah sakit."Jika untuk menyampaikan berita itu, kenapa harus repot-repot sampai datang kemari? curiga Bara, mengingat, jarak kediaman Adiwijaya dengan kantornya cukup jauh."Dirumah sakit?" Mendengar kalimat ambigu Revina, Elviara masih terlihat tenang. Mengira jika saudari kembarnya hanya menjalani pemeriksaan rutin seperti biasanya di rumah sakit.Revina tersenyum tipis, "Penyakit kakak kedua kemarin tiba-tiba kambuh dan memburuk