"BARA?" suara lantang Meylani membuat semua mata yang berada di ruangan itu menatap ke arahnya, Terlihat jelas bagaimana kekesalan Meylani melihat kemesraan Bara dan Elviara.
“Apa maksud kamu memanggilnya seperti itu?” Meylani tentu saja tidak terima, dia yang bertahun-tahun memperjuangkan Bara, justru gadis lain yang mendapatkan perlakuan manis pria itu. Akhirnya, tanpa berfikir panjang Meylani menarik lengan Elviara cukup kasar, agar menjauh dari Bara.
“Lepas! Menjauhlah dari tunangan saya!” ucap Bara dengan lantang, seraya menepis tangan Meylani dari Elviara.
“Jangan bercanda, Bara!” Meylani menganggap apa yang baru saja diucapkan oleh Bara hanyalah alibi agar dirinya mau menjauh.
“Saya tidak pernah bermain-main dengan kalimat saya!” sahut Bara dengan tegas, seraya mengeratkan pelukannya di pinggang Elviara.
Elviara melihat ke arah Bara dengan tatapan penuh tanya, ‘Kenapa aku justru terseret ke dalam masalah mereka?’ pikir Elviara, karena tujuannya kemari untuk melakukan wawancara kerja, bukan untuk terlibat dalam masalah seperti ini.
Meylani tersenyum miring, “Jangan membodohi ku, Bara!”
“Tidak percaya? itu urusan mu,” sahut Bara yang langsung mengecup bibir Elviara sekilas.
CUP.
“Wahhh, beruntung sekali gadis itu!!” banyak pasang mata yang menyorot ke arah mereka, terutama kearah Elviara.
Kini, tak hanya Meylani yang terkejut menyaksikan moment romantis itu. Namun, Aldo dan seluruh karyawan yang kebetulan berada di sana dan menyaksikan semua itu cukup tercengang melihat kenyataan ini.
‘Sepertinya, akan ada sesuatu yang menakjubkan setelah ini,’ pikir Aldo yang ikut berbahagia, melihat atasannya ini akhirnya memiliki seorang kekasih.
Meylani yang merasa muak dengan apa yang terjadi ini, akhirnya meninggalkan tempat itu. Membawa semua kekesalan yang mungkin akan segera meledak, “Lihat saja nanti,” gumam Meylani seraya berlalu pergi.
Brughhh.
"Astaga," gumam Sania yang hampir saja terjerembab, akibat tertabrak Meylani.
"Aduh, cantik-cantik nggak punya mata?!" kesal Sania. Namun, Meylani tak menghiraukan kalimat itu, dan tetap melangkahkan kakinya pergi.
Sania yang melihat sikap Meylani hanya bisa geleng kepala dan menggerutu kesal, sedangkan Aldo yang kebetulan berada tak jauh dari Sania sedikit khawatir dengan gadis itu.
“Setidaknya, berhati-hatilah sedikit!” ucap Aldo, ketika Meylani melintas di depannya.
Seketika Meylani menghentikan langkahnya setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Aldo, dan menatap sekilas kearah lelaki itu. Tatapan penuh amarah itu, menatap kearah Aldo tanpa sepatah kata sebelum kembali melangkah pergi.
Melihat Meylani mulai menjauh, Aldo pun menghampiri Sania "Kamu tidak apa-apa, San?"
"Hmm, tidak apa-apa pak!" sahut Sania, tanpa menatap ke arah Aldo.
"Jangan di lihat lagi, nanti kamu semakin kesal!" ucap Aldo, melihat Sania masih menatap kearah Meylani.
Sania menatap sekilas ke arah Aldo, sebelum berlalu pergi meninggalkan pria berwajah chindo itu.
"Hmmm," Aldo membuang nafas beratnya, menatap siluet Sania yang semakin menjauh.
Disisi lain, Elviara yang melihat Meylani telah menjauh akhirnya mendorong pelan tubuh Bara, untuk memberikan jarak diantara mereka.
“Apa yang tadi anda lakukan?” tanya Elviara, namun Bara justru mengangkat sebelah tangannya, ketika merasakan getaran ponselnya.
DRTTT DRTTT DRTTT.
Kening Bara berkerut, melihat nama penelpon yang muncul di layar ponselnya.Tak biasanya Andreas menelponnya di jam kerja seperti ini, kecuali ada sesuatu yang sangat penting yang akan dibicarakannya.
"Halo kek?" sapa Bara penuh tanya, setelah mengangkat panggilan itu.
"Bara, jangan terlalu banyak bekerja, dan pulanglah dengan cepat! ini adalah hari pertunangan kamu!" ucap Andreas mengingatkan Bara.
"Iya kek," sahut Bara tanpa membantah sedikit pun, karena ia tahu jika gadis yang saat ini berdiri di depannya adalah putri dari keluarga Adiwijaya.
"Baguslah kalau kamu sudah mengerti," ucap Andreas lega, walaupun sebenarnya sedikit penasaran kenapa cucunya bisa berubah pikiran dan menerima perjodohan ini?
"Kalau begitu, lanjutkan pekerjaanmu dan cepat pulang!" ucap Andreas lagi, sebelum mengakhiri pembicaraan itu.
"Baik Kek!"
Sedangkan Elviara yang samar-samar mendengar percakapan Bara dengan sang kakek merasa tidak nyaman.
"Sudah memiliki tunangan, tapi, kenapa melakukan itu?" batin Elviara mengingat kejadian beberapa saat lalu, saat Bara mengecup bibirnya didepan umum.
Setelah panggilan itu berakhir, Bara menatap sekilas kearah Elviara sebelum menoleh kearah Aldo.
“Aldo!”
“Iya pak?”
“Urus semua orang yang melihat kejadian tadi, jangan sampai ada yang membocorkannya!” pinta Bara sebelum berlalu pergi dari tempat itu.
Bara melangkahkan kakinya menuju lift, Elviara yang melihat itu pun segera mengikuti Bara. Ia merasa dirugikan atas tindakan Bara tadi.
“Pak, Pak?” panggil Elviara, namun, Bara tetap tidak menghentikan langkahnya hingga Elviara ikut masuk ke dalam lift.
Pintu lift tertutup, bersamaan dengan Bara yang mengenggam tangan Elviara dan menguncinya di atas kepala gadis itu.
Bara mengikis jarak diantara mereka, cukup dekat, hingga dada mereka saling bersentuhan. Berada di situasi seperti ini, membuat jantung Elviara seakan ingin melompat dari tempatnya. Sangat dekat, hingga aroma maskulin tubuh lelaki di depannya ini menyeruak membuatnya mengingat kejadian di malam itu.
“Sebegitunya kamu ingin menggoda saya, hmm?” ucap Bara lirih, tepat di samping telinga Elviara.
“Saya tidak-” belum sempat menyelesaikan kalimat itu, pintu lift telah terbuka.
TINGGG.
“Ehemmm,” deham Bara seraya melepaskan genggaman tangannya.
“Ikuti saya!” perintah Bara.
Elviara hanya terdiam mendengar kalimat itu, bukannya ia tak mendengar ucapan Bara, tapi Elviara hanya takut jika Bara akan melakukan hal-hal tak terduga seperti tadi.
Bara yang sudah berjalan beberapa langkah, akhirnya kembali menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Elviara yang ternyata masih terdiam di depan pintu lift.
“Cepat ikuti saya! atau kamu ingin saya menggendong mu keruangan saya?!”
Tentu saja Elviara terkejut mendengar kalimat Bara, “Ti-tidak perlu, pak!”
Bara tersenyum tipis, melihat Elviara mulai patuh kepadanya.
Kriettttt.
“Sangat elegan,” gumam Elviara, menatap takjub desain ruang kerja Bara.
“Duduklah!” suara berat Bara membuat senyum Elviara perlahan memudar, mengingat perlakuan aneh Bara kepadanya.
“Ahh, itu pak, saya ada wawancara hari ini. Jadi, saya permisi dulu!” ucap Elviara beralasan, padahal di dalam hati, ia sudah berniat mengurungkan niatnya untuk bekerja di perusahaan ini.
Elviara berbalik badan dan mulai melangkahkan kakinya, namun, lagi-lagi suara berat Bara menghentikan langkah kakinya.
"Mau kemana kamu? Duduk,” perintah Bara.
“Ta-tapi pak?!”
"Kamu masih ingin bekerja di sini atau tidak?"
Elviara terdiam, ia sedikit bimbang. Di sisi lain, dirinya sangat membutuhkan pekerjaan ini, namun dirinya takut akan perlakuan Bara yang tiba-tiba.
Melihat raut wajah Elviara membuat Bara menaikkan sebelah alisnya, “Elviara Anastasya Adiwijaya, putri sulung pemilik Adiwijaya Group!” ucap Bara, membuat Elviara seketika menatap ke arahnya penuh tanya.
Bagaimana pria itu bisa tau namanya?
Bara yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya pun menyeringai, melihat wajah Elviara yang bertanya-tanya.
“Duduk dan akan kuberi tahu segalanya,” ucap Bara lugas.
Dengan ragu Elviara melangkahkan kakinya mendekat, dan duduk di kursi itu. “Apa … yang ingin Bapak bicarakan?”
Sedikit mencondongkan tubuhnya, Bara pun berkata, “Bertunanganlah dengan saya dan akan saya berikan posisi serta bantuan untuk membersihkan reputasimu.”
**
“APA?” mata Elviara membulat sempurna mendengar tawaran dari Bara.Dalam hati, Elviara bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan pendengarannya? Mana mungkin Bara menawarkan hal seperti itu kepada gadis biasa sepertinya?!“Bapak, saya mohon jangan bercanda ….”“Saya tidak bercanda. Saya serius. Bertunanganlah dengan saya selama satu tahun untuk menendang Meylani dari hidup saya, dan akan aku pastikan kamu bisa mendapatkan posisi memuaskan di perusahaan ini.”Elviara menggigit bibir bawahnya pelan, mempertimbangkan hal ini. Dia memang memerlukan pekerjaan ini, tapi … dengan bersandiwara sebagai tunangan pria tersebut.“Saya … tidak akan diminta untuk melakukan hal yang tidak-tidak, bukan? Hanya sandiwara saja …” tanya Elviara ragu.Mendengar pertanyaan itu, alis kanan Bara meninggi, tampak terhibur. “Kalau kamu mau, tentu saya tidak akan menolaknya.”“Tidak! Saya tidak mau melakukan yang tidak-tidak!” tegas Elviara dengan mata berkaca-kaca, merasa kesal bercampur malu dengan godaan pria
Baru kali ini Elviara berani menatap mata Bara cukup lama. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesal dengan Bara, bagaimana tidak, di dalam surat pembatalan itu seakan dia tak memiliki harga diri lagi. "Saya lebih baik menjadi pembantu bapak seumur hidup, dari pada harus menemani Bapak tidur!"Bara terkekeh mendengar ucapan Elviara, "Memangnya, menemani tidur itu, di dalam otak kamu tergambar seperti apa, hmmm?" "Ya, yang pasti saya harus melayani bapak.""Melayani bagaimana, hmmm?" Bara semakin mengikis jarak diantara mereka.Elviara dibuat panik dengan ulah Bara, "Ya ... yang seperti itu, sudah tidak usah di bahas pak, yang pasti saya tidak akan mau menemani bapak tidur!" "Dasar otak mesum," sahut Bara sembari mendengus mencemooh."PAK?"Bara kembali mengambil surat perjanjian itu. “Saya rasa, syarat pembatalan kontrak ini cukup sebanding dengan apa yang akan saya berikan untuk mu!” ucap Bara, ketika Elviara tengah membaca ulang surat perjanjian itu.‘Sebanding? Apa sebegitu re
*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tan
Melihat Elviara hadir dalam pesta malam ini, Revina mengepalkan tangannya. ‘Kenapa bisa jadi seperti ini!?’ Matanya melotot mengerikan. ‘Bagaimana bisa dia hadir di pesta ini dan berhubungan begitu baik dengan Bara? Mereka bahkan belum pernah bertemu! Elviara bahkan tidak tahu pesta pertunangan diadakan di sini!’Sementara Revina dan Novi tampak menggebu-gebu, Bara yang berdiri di hadapan Elviara menjulurkan tangannya. Elviara menerima uluran tangan itu dengan lembut, lalu menggandeng lengan Bara sesuai yang diajarkan oleh Sania di mobil tadi.“Kamu terlambat,” ucap Bara dengan suara yang hanya bisa didengar Elviara.Elviara tetap menoleh ke depan. “Ada beberapa kendala dengan gaunnya,” jawabnya singkat. “Yang jelas, bukan salahku.”Bara tertawa rendah. “Yang penting, kau datang.”Senyum dan tawa Bara dapat terlihat dari kejauhan. Hal tersebut mengejutkan seluruh tamu yang tahu betapa dinginnya sosok tuan muda Alexander itu. “L-lihat, dia tertawa! Tuan Muda Es itu tertawa!”“Mereka se
Acara pertunangan itu berjalan cukup lancar. Terlihat, beberapa kali Bara tersenyum rendah menatap ke arah Elviara.Kenapa terus menatap kearah ku? apa ada yang salah dengan wajah ku? Elviara menyentuh wajahnya tanpa berani menatap ke arah Bara yang sedari tadi memperhatikannya."Kamu, cantik!" ucap Bara lirih, tepat di samping telinganya.Spontan, hal itu membuat Elviara sedikit menjauh. Ketika hembusan nafas Bara menerpa telinganya, "Pak?" Tanpa menjawab, Lagi-lagi Bara kembali menampilkan wajah datarnya setelah membuat Elviara beberapa kali kesal karena ulahnya."BARA!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Andreas."Iya, kek?" "Sekarang kamu sudah bukan lagi pria lajang. Jadi, jaga sikapmu! Jangan membuat keluarga kita malu!" tegas Andreas.Mendengar kalimat yang diucapkan tuan besar Alexander, tentu saja membuat hati Elviara menciut. Merasa sangat tidak pantas bersanding dengan Bara. 'Tenang, ini hanya pertunangan pura-pura.' "Baik, kek!" sahut Bara seraya menggenggam tan
"Selamat malam, tuan!" terlihat beberapa pelayan berbaris rapi, menyambut kedatangan Bara.Malu? tentu saja Elviara sangat malu. Bahkan gadis itu tidak berani menatap karah lain, selain kearah dada Bara dan menyembunyikan wajahnya disana."BARA, turunkan saya!" Elviara meronta, meminta agar Bara menurunkannya. Namun, pria berparas rupawan dengan tubuh atletis itu justru membawanya masuk ke sebuah kamar.Sangat mewah, kamar bernuansa putih elegan dengan beberapa dekorasi bernuansa eropa membuat Elviara sedikit takjub."Tentu saja aku akan menurunkanmu, disini!" sahut Bara seraya menurunkan tubuh Elviara diatas kasur yang nantinya akan menjadi kamar mereka.Elviara mencoba untuk mendorong tubuh Bara, namun kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu. Membuatnya tetap terjebak dalam kungkungan tubuh Bara."Bar, tolong lepaskan saya!" Elviara semakin panik, mengetahui tangan Bara mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.Sebenarnya ada apa dengan ku? kejadian malam itu, membuatku candu akan t
Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Setelah pertemuan tak sengaja di lift tadi, akhirnya Bara dan Nicholas memutuskan untuk berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti wajah di antara keduanya terlihat tegang."Jangan bilang, dia gadis yang kamu maksud?" tanya Bara dengan tatapan menyelidik.Ternyata, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Nicholas sempat menghubungi Bara, jika sahabatnya itu akan berkunjung ke kantornya untuk mencari seorang gadis yang dia maksud semalam."Benar!" sahut Nicholas, membuat Bara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.'Lelucon apa lagi ini?' Bara tidak habis pikir mengenai alur cerita hidupnya.Gadis yang menyembuhkan penyakit anehnya, ternyata adalah gadis yang sudah lama terikat perjodohan dengannya. Dan apa lagi ini? ternyata gadis itu juga yang di maksud oleh sahabatnya."Ada apa?" tanya Nicholas melihat ekspresi wajah sahabatnya, setelah mengetahui jika Elviaralah yang ia cari."Dia tunangan saya!"Duarrr.Seperti petir di siang bolong, tentu saja Nicholas terkejut