Share

(Chapter 6)

"BARA?" suara lantang Meylani membuat semua mata yang berada di ruangan itu menatap ke arahnya, Terlihat jelas bagaimana kekesalan Meylani melihat kemesraan Bara dan Elviara.

“Apa maksud kamu memanggilnya seperti itu?” Meylani tentu saja tidak terima, dia yang bertahun-tahun memperjuangkan Bara, justru gadis lain yang mendapatkan perlakuan manis pria itu. Akhirnya, tanpa berfikir panjang Meylani menarik lengan Elviara cukup kasar, agar menjauh dari Bara.

“Lepas! Menjauhlah dari tunangan saya!” ucap Bara dengan lantang, seraya menepis tangan Meylani dari Elviara.

“Jangan bercanda, Bara!” Meylani menganggap apa yang baru saja diucapkan oleh Bara hanyalah alibi agar dirinya mau menjauh.

“Saya tidak pernah bermain-main dengan kalimat saya!” sahut Bara dengan tegas, seraya mengeratkan pelukannya di pinggang Elviara.

Elviara melihat ke arah Bara dengan tatapan penuh tanya, ‘Kenapa aku justru terseret ke dalam masalah mereka?’ pikir Elviara, karena tujuannya kemari untuk melakukan wawancara kerja, bukan untuk terlibat dalam masalah seperti ini.

Meylani tersenyum miring, “Jangan membodohi ku, Bara!”

“Tidak percaya? itu urusan mu,” sahut Bara yang langsung mengecup bibir Elviara sekilas.

CUP.

“Wahhh, beruntung sekali gadis itu!!” banyak pasang mata yang menyorot ke arah mereka, terutama kearah Elviara. 

Kini, tak hanya Meylani yang terkejut menyaksikan moment romantis itu. Namun, Aldo dan seluruh karyawan yang kebetulan berada di sana dan menyaksikan semua itu cukup tercengang melihat kenyataan ini.

‘Sepertinya, akan ada sesuatu yang menakjubkan setelah ini,’ pikir Aldo yang ikut berbahagia, melihat atasannya ini akhirnya memiliki seorang kekasih.

Meylani yang merasa muak dengan apa yang terjadi ini, akhirnya meninggalkan tempat itu. Membawa semua kekesalan yang mungkin akan segera meledak, “Lihat saja nanti,” gumam Meylani seraya berlalu pergi.

Brughhh.

"Astaga," gumam Sania yang hampir saja terjerembab, akibat tertabrak Meylani.

"Aduh, cantik-cantik nggak punya mata?!" kesal Sania. Namun, Meylani tak menghiraukan kalimat itu, dan tetap melangkahkan kakinya pergi.

Sania yang melihat sikap Meylani hanya bisa geleng kepala dan menggerutu kesal, sedangkan Aldo yang kebetulan berada tak jauh dari Sania sedikit khawatir dengan gadis itu.

“Setidaknya, berhati-hatilah sedikit!” ucap Aldo, ketika Meylani melintas di depannya.

Seketika Meylani menghentikan langkahnya setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Aldo, dan menatap sekilas kearah lelaki itu. Tatapan penuh amarah itu, menatap kearah Aldo tanpa sepatah kata sebelum kembali melangkah pergi.

Melihat Meylani mulai menjauh, Aldo pun menghampiri Sania "Kamu tidak apa-apa, San?" 

"Hmm, tidak apa-apa pak!" sahut Sania, tanpa menatap ke arah Aldo.

"Jangan di lihat lagi, nanti kamu semakin kesal!" ucap Aldo, melihat Sania masih menatap kearah Meylani.

Sania menatap sekilas ke arah Aldo, sebelum berlalu pergi meninggalkan pria berwajah chindo itu.

"Hmmm," Aldo membuang nafas beratnya, menatap siluet Sania yang semakin menjauh.

Disisi lain, Elviara yang melihat Meylani telah menjauh akhirnya mendorong pelan tubuh Bara, untuk memberikan jarak diantara mereka. 

“Apa yang tadi anda lakukan?” tanya Elviara, namun Bara justru mengangkat sebelah tangannya, ketika merasakan getaran ponselnya.

DRTTT DRTTT DRTTT.

Kening Bara berkerut, melihat nama penelpon yang muncul di layar ponselnya.Tak biasanya Andreas menelponnya di jam kerja seperti ini, kecuali ada sesuatu yang sangat penting yang akan dibicarakannya.

"Halo kek?" sapa Bara penuh tanya, setelah mengangkat panggilan itu.

"Bara, jangan terlalu banyak bekerja, dan pulanglah dengan cepat! ini adalah hari pertunangan kamu!" ucap Andreas mengingatkan Bara.

"Iya kek," sahut Bara tanpa membantah sedikit pun, karena ia tahu jika gadis yang saat ini berdiri di depannya adalah putri dari keluarga Adiwijaya.

"Baguslah kalau kamu sudah mengerti," ucap Andreas lega, walaupun sebenarnya sedikit penasaran kenapa cucunya bisa berubah pikiran dan menerima perjodohan ini?

"Kalau begitu, lanjutkan pekerjaanmu dan cepat pulang!" ucap Andreas lagi, sebelum mengakhiri pembicaraan itu.

"Baik Kek!"

Sedangkan Elviara yang samar-samar mendengar percakapan Bara dengan sang kakek merasa tidak nyaman.

"Sudah memiliki tunangan, tapi, kenapa melakukan itu?" batin Elviara mengingat kejadian beberapa saat lalu, saat Bara mengecup bibirnya didepan umum.

Setelah panggilan itu berakhir, Bara menatap sekilas kearah Elviara sebelum menoleh kearah Aldo.

“Aldo!”

“Iya pak?”

“Urus semua orang yang melihat kejadian tadi, jangan sampai ada yang membocorkannya!” pinta Bara sebelum berlalu pergi dari tempat itu.

Bara melangkahkan kakinya menuju lift, Elviara yang melihat itu pun segera mengikuti Bara. Ia merasa dirugikan atas tindakan Bara tadi.

“Pak, Pak?” panggil Elviara, namun, Bara tetap tidak menghentikan langkahnya hingga Elviara ikut masuk ke dalam lift.

Pintu lift tertutup, bersamaan dengan Bara yang mengenggam tangan Elviara dan menguncinya di atas kepala gadis itu.

Bara mengikis jarak diantara mereka, cukup dekat, hingga dada mereka saling bersentuhan. Berada di situasi seperti ini, membuat jantung Elviara seakan ingin melompat dari tempatnya. Sangat dekat, hingga aroma maskulin tubuh lelaki di depannya ini menyeruak membuatnya mengingat kejadian di malam itu.

“Sebegitunya kamu ingin menggoda saya, hmm?” ucap Bara lirih, tepat di samping telinga Elviara.

“Saya tidak-” belum sempat menyelesaikan kalimat itu, pintu lift telah terbuka.

TINGGG.

“Ehemmm,” deham Bara seraya melepaskan genggaman tangannya.

“Ikuti saya!” perintah Bara.

Elviara hanya terdiam mendengar kalimat itu, bukannya ia tak mendengar ucapan Bara, tapi Elviara hanya takut jika Bara akan melakukan hal-hal tak terduga seperti tadi.

Bara yang sudah berjalan beberapa langkah, akhirnya kembali menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Elviara yang ternyata masih terdiam di depan pintu lift.

“Cepat ikuti saya! atau kamu ingin saya menggendong mu keruangan saya?!” 

Tentu saja Elviara terkejut mendengar kalimat Bara, “Ti-tidak perlu, pak!” 

Bara tersenyum tipis, melihat Elviara mulai patuh kepadanya.

Kriettttt.

“Sangat elegan,” gumam Elviara, menatap takjub desain ruang kerja Bara.

“Duduklah!” suara berat Bara membuat senyum Elviara perlahan memudar, mengingat perlakuan aneh Bara kepadanya.

“Ahh, itu pak, saya ada wawancara hari ini. Jadi, saya permisi dulu!” ucap Elviara beralasan, padahal di dalam hati, ia sudah berniat mengurungkan niatnya untuk bekerja di perusahaan ini.

Elviara berbalik badan dan mulai melangkahkan kakinya, namun, lagi-lagi suara berat Bara menghentikan langkah kakinya.

"Mau kemana kamu? Duduk,” perintah Bara.

“Ta-tapi pak?!”

"Kamu masih ingin bekerja di sini atau tidak?"

Elviara terdiam, ia sedikit bimbang. Di sisi lain, dirinya sangat membutuhkan pekerjaan ini, namun dirinya takut akan perlakuan Bara yang tiba-tiba.

Melihat raut wajah Elviara membuat Bara menaikkan sebelah alisnya, “Elviara Anastasya Adiwijaya, putri sulung pemilik Adiwijaya Group!” ucap Bara, membuat Elviara seketika menatap ke arahnya penuh tanya. 

Bagaimana pria itu bisa tau namanya?

Bara yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya pun menyeringai, melihat wajah Elviara yang bertanya-tanya.

“Duduk dan akan kuberi tahu segalanya,” ucap Bara lugas.

Dengan ragu Elviara melangkahkan kakinya mendekat, dan duduk di kursi itu. “Apa … yang ingin Bapak bicarakan?”

Sedikit mencondongkan tubuhnya, Bara pun berkata, “Bertunanganlah dengan saya dan akan saya berikan posisi serta bantuan untuk membersihkan reputasimu.” 

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status