"Menyusahkan saja," gumam Bara menatap ke arah Meylani.
Niat hati ingin melampiaskan kegelisahan pada kegilaannya di tempat ini malah kedatangan sumber onar, membuat Bara membatalkan tujuan awalnya datang ke sini.
Tak ada yang berubah dari sikap Meylani untuk Bara, sejak terakhir kali mereka bertemu, delapan tahun silam. Meylani dan Bara saling mengenal sejak dibangku sekolah menengah pertama, dan sejak saat itu Meylani menyukai Bara hingga saat ini.
Berbeda dengan Meylani yang setengah mati mengejar cinta Bara. Pria itu, justru merasa tidak nyaman dengan sikap Meylani dan selalu menunjukkan sikap dinginnya kepada gadis itu.
"Do, tolong urus dan antar dia pulang!" utus Bara.
"Pulang kemana, pak?"
"Ke rumahnya lah, Do!"
"Tapi saya tidak tau alamat rumahnya dimana, pak," sahut Aldo.
"Ya, kamu tanyakan saja, Do. Urus saja, saya mau pulang!" sahut Bara seraya melempar kunci mobil miliknya ke arah Aldo, dan dirinya sendiri memilih untuk pulang menggunakan taxi online yang sudah ia pesan beberapa saat lalu.
"Enak banget langsung pergi," gumam Aldo melihat Bara meninggalkannya bersama gadis yang tidak ia kenal itu.
Tiba-tiba saja Meylani berdiri dan bergelayut manja kepada Aldo, "Loh, apa-apaan ini?"
"Bara?" gumam Meylani setengah sadar, seraya mengusap dada Aldo.
"Sinting," gerutu Aldo seraya menepis tangan Meylani dari dadanya dan berniat untuk segera mengantarkan gadis itu pulang.
Dengan susah payah Aldo berusaha membawa gadis itu menuju mobil Bara yang terparkir cukup jauh dari pintu utama gedung itu.
"Aduhh, sialan, mana mobilnya jauh lagi parkirnya," gerutu Aldo.
Seperti jatuh tertimpa tangga, Aldo yang sejak awal malu karena penampilannya, dan kini berakhir harus mengurusi wanita mabuk kenalan bosnya.
Huekkkkkk.
Meylani yang mabuk pun tak sengaja muntah tepat di dada Aldo.
Bughhhh.
"Aduhhh," desis Meylani yang terjatuh di pelataran gedung itu seletah Aldo melepaskan pegangannya pada dirinya.
"Wah, sialan," umpat Aldo kesal.
Aldo mengacak rambutnya frustasi dengan ekspresi kesalnya. Ia tidak tau harus bagaimana lagi, kenapa hari ini banyak sekali kesialan yang menimpanya?
"Kamu kenapa sih jatuhin saya, kan sakit!" protes Meylani.
"Huhhhh," terdengar suara berat dari hembusan nafas Aldo.
"Mbak, lebih baik mbak pulang saja sendiri ya!" ucap Aldo seraya menahan amarahnya.
"Mana bisa saya pulang dalam keadaan seperti ini," sahut Meylani dengan suara yang terdengar seperti sedang bergumam.
"Udah tau kalau keadaan seperti ini tidak bisa pulang, malah dilakuin," gerutu Aldo. akhirnya, mau tak mau Aldo mengantarkan Meylani pulang dengan menggunakan kaos dalam, karena baju tidurnya sudah ia buang akibat ulah Meylani yang muntah di bajunya tadi.
"Kalau bukan perintah dari Pak Bara untuk mengantarkannya pulang, mungkin sudah saya tinggal kamu di sana biar di makan wewe gombel," gumam Aldo kesal menatap ke arah Meylani yang justru tertidur lelap di kursi penumpang.
**
Sejak Elviara tinggal di rumah Srinten, gadis itu sedikit demi sedikit mulai meninggalkan kebiasaan buruknya yang seperti putri raja. Pagi-pagi sekali Elviara sudah memasak untuk dirinya sendiri dan bersiap untuk mencari pekerjaan.
DRTTTT DRTTTT DRTTTT!
"Hallo?"
"Non, ini mbok Sri!" ucap Srinten ketika mendengar suara nona mudanya dari seberang telepon.
"Ada apa, Mbok?"
"Non, sudah makan belum?"
"Sudah, mbok. Tadi aku coba untuk masak. Hitung-hitung buat belajar lah, Mbok!" sahut Elviara.
"Syukurlah, terus non, bagaimana betahnya di sana?"
"Alhamdulillah, betah kok, mbok!"
"Ini Ara sudah rapi mau pergi wawancara, mbok!"
"Ya sudah, semoga cepat dapat kerja ya, non!"
"Jangan lupa makan yang teratur, ya, non. Kalau ada apa-apa jangan ragu-ragu untuk kabarin saya!" ucap Mbok Srinten lagi.
"Iya, mbok. Ya sudah Ara tutup dulu ya, mbok teleponnya!"
"Iya, non."
Elviara terlihat cantik mengenakan blus berwarna putih berpadu dengan rok berwarna mocca selutut. Kaki jenjang yang telah berbalut sepatu hak tinggi berwarna senada dengan blus yang di pakainya. Dengan ceria, gadis itu berjalan menuju halte bus yang akan membawanya menuju salah satu perusahaan ternama yang kali ini sedang membuka lowongan pekerjaan.
Dengan sabar, Ara menunggu di halte bersama beberapa calon penumpang lainnya. Tanpa Ara sadari ada seorang lelaki tersenyum menatap ke arah Elviara.
Sebuah bus datang, membuat Ara bergegas untuk naik, dan laki-laki yang tadi sempat mencuri pandangan ke arahnya tak sempat menyapanya, tetapi malah ikut naik ke dalam bus yang sama dengan Elviara.
"Boleh saya duduk di sini?"
Elviara mendongak ketika mendengar suara berat laki-laki bertanya kepadanya.
"Silahkan," sahut Ara seraya bergeser ke kursi sebelah.
"Terima kasih!" ucap lelaki itu, dan hanya mendapat anggukkan dari Ara.
Tak ada obrolan di antara Ara dan laki-laki itu. Ara terlihat fokus dengan ponselnya, membuat pria yang duduk di sebelahnya tak enak hati untuk mengajaknya berbincang.
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa bus yang mereka tumpangi telah berhenti di halte tempat Elviara melamar kerja.
"Permisi!" ucap Elviara yang sudah bersiap akan turun.
Lelaki yang duduk di sebelah Elviara pun memberikan jalan untuk Elviara turun dan mengikuti gadis itu.
"Ehemm, kamu karyawan baru di sini?" tanya pria itu setelah cukup lama mengikuti Elviara tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Ehhh, bukan ... saya baru akan melakukan wawancara di sini!"
"Ohhh begitu, semoga berhasil ya!"
"Terima kasih, maaf saya permisi dulu!" sahut Elviara dengan sopan.
Sedikit kecewa melihat Elviara berlalu pergi, "Padahal saya belum sempat menanyakan namanya."
Berbeda dengan Elviara yang mengawali harinya dengan lancar, Bara yang baru saja melewati pintu utama perusahaannya seketika menghentikan langkahnya setelah melihat seorang wanita yang paling ia hindari selama ini menunggunya di depan lift.
"Bara!" panggil Meylani dengan heboh.
Hampir saja Meylani berhasil memeluknya, kalau saja Bara tidak cepat menghindar.
"Stop, jangan bertindak sembarangan atau kamu akan menyandang gelar baru sebagai pelakor!" peringat Bara membuat Meylani kesal.
"Memangnya kenapa, siapa yang berani merebut kamu dari ku?" dengan percaya diri Meylani mengatakan itu.
"Memangnya sejak kapan saya menjadi milik kamu?" pertanyaan menohok dari Bara itu berhasil membuat Meylani terdiam.
Bara sangat menyesal kenapa semalam dirinya pergi ke club malam dan berakhir bertemu dengan wanita gila yang sangat terobsesi dengannya ini. andai saja dirinya tidak pergi ke sana, pasti Meylani tidak akan mengetahui kepulangannya.
"Memangnya siapa wanita itu, jangan bilang kamu berbohong untuk menghindariku?" tanya Meylani seraya memicingkan matanya menatap curiga ke arah Bara.
Bara yang memang saat ini tidak dekat dengan siapa pun sedikit kesulitan menjawab pertanyaan Meylani, namun sesaat kemudian netranya menangkap sosok gadis yang membuat bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.
"Permisi, pak!" ucap Elviara sopan saat akan melintas tanpa berani melihat ke arah laki-laki berjas dan seorang wanita berpenampilan elegan yang tanpa Elviara sadari ia adalah Bara dan Meylani.
Mata Elviara terbelalak saat sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan menarik kuat pinggangnya, hingga membuat dirinya menempel kepada pria itu dan map yang dibawanya terjatuh.
"BARA? Apa maksudnya ini?!"
Tergambar jelas di raut wajah Meylani bagaimana kemarahannya saat ini, hingga matanya membulat sempurna menatap ke arah Bara dan Elviara bergantian.
"Kamu?" Elviara cukup terkejut mengetahui bahwa pria yang menarik pinggangnya saat ini adalah pria yang ia temui pada malam gila itu.
Bara tersenyum miring menatap ke arah Elviara tanpa memberikan jarak sedikitpun dengan gadis itu, bahkan tangannya saja masih berada di pinggang Elviara.
"Apa kabar, sayang?" sapa Bara.
DEGGG.
Pria ini memanggilnya apa!?
**
"BARA?" suara lantang Meylani membuat semua mata yang berada di ruangan itu menatap ke arahnya, Terlihat jelas bagaimana kekesalan Meylani melihat kemesraan Bara dan Elviara.“Apa maksud kamu memanggilnya seperti itu?” Meylani tentu saja tidak terima, dia yang bertahun-tahun memperjuangkan Bara, justru gadis lain yang mendapatkan perlakuan manis pria itu. Akhirnya, tanpa berfikir panjang Meylani menarik lengan Elviara cukup kasar, agar menjauh dari Bara.“Lepas! Menjauhlah dari tunangan saya!” ucap Bara dengan lantang, seraya menepis tangan Meylani dari Elviara.“Jangan bercanda, Bara!” Meylani menganggap apa yang baru saja diucapkan oleh Bara hanyalah alibi agar dirinya mau menjauh.“Saya tidak pernah bermain-main dengan kalimat saya!” sahut Bara dengan tegas, seraya mengeratkan pelukannya di pinggang Elviara.Elviara melihat ke arah Bara dengan tatapan penuh tanya, ‘Kenapa aku justru terseret ke dalam masalah mereka?’ pikir Elviara, karena tujuannya kemari untuk melakukan wawancara k
“APA?” mata Elviara membulat sempurna mendengar tawaran dari Bara.Dalam hati, Elviara bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan pendengarannya? Mana mungkin Bara menawarkan hal seperti itu kepada gadis biasa sepertinya?!“Bapak, saya mohon jangan bercanda ….”“Saya tidak bercanda. Saya serius. Bertunanganlah dengan saya selama satu tahun untuk menendang Meylani dari hidup saya, dan akan aku pastikan kamu bisa mendapatkan posisi memuaskan di perusahaan ini.”Elviara menggigit bibir bawahnya pelan, mempertimbangkan hal ini. Dia memang memerlukan pekerjaan ini, tapi … dengan bersandiwara sebagai tunangan pria tersebut.“Saya … tidak akan diminta untuk melakukan hal yang tidak-tidak, bukan? Hanya sandiwara saja …” tanya Elviara ragu.Mendengar pertanyaan itu, alis kanan Bara meninggi, tampak terhibur. “Kalau kamu mau, tentu saya tidak akan menolaknya.”“Tidak! Saya tidak mau melakukan yang tidak-tidak!” tegas Elviara dengan mata berkaca-kaca, merasa kesal bercampur malu dengan godaan pria
Baru kali ini Elviara berani menatap mata Bara cukup lama. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesal dengan Bara, bagaimana tidak, di dalam surat pembatalan itu seakan dia tak memiliki harga diri lagi. "Saya lebih baik menjadi pembantu bapak seumur hidup, dari pada harus menemani Bapak tidur!"Bara terkekeh mendengar ucapan Elviara, "Memangnya, menemani tidur itu, di dalam otak kamu tergambar seperti apa, hmmm?" "Ya, yang pasti saya harus melayani bapak.""Melayani bagaimana, hmmm?" Bara semakin mengikis jarak diantara mereka.Elviara dibuat panik dengan ulah Bara, "Ya ... yang seperti itu, sudah tidak usah di bahas pak, yang pasti saya tidak akan mau menemani bapak tidur!" "Dasar otak mesum," sahut Bara sembari mendengus mencemooh."PAK?"Bara kembali mengambil surat perjanjian itu. “Saya rasa, syarat pembatalan kontrak ini cukup sebanding dengan apa yang akan saya berikan untuk mu!” ucap Bara, ketika Elviara tengah membaca ulang surat perjanjian itu.‘Sebanding? Apa sebegitu re
*Malam Pesta Pertunangan keluarga Alexander dan keluarga Adiwijaya*“Bagaimana, Revina? Kamu bahagia ‘kan?” tanya Novi, ibu kandung Revina, istri kedua ayah Elviara, saat melihat putrinya tampak begitu cantik di depan meja rias. “Akhirnya, kamu berhasil menggantikan perempuan rendahan itu untuk bertunangan dengan tuan muda keluarga Alexander!”Melihat sang ibu begitu bahagia, Revina tersenyum puas. “Tentu saja, Ma. Aku sudah merencanakan semuanya dengan baik.”“Kamu memang hebat, putriku!” ucap Novi setengah tertawa. Kemudian, dia teringat sesuatu. “Tapi, apa kamu sudah mengirimkan uang untuk orang suruhanmu itu? Pastikan dia tidak membocorkan rencana kita kepada siapa pun!”Mendengar pertanyaan sang ibu, Revina menautkan alis. “Jujur, aku bingung. Pria yang kusuruh meniduri Revina tidak kunjung membalasku, tapi aku sudah mengirimkan sisa uangnya. Seharusnya, dia tidak akan berbuat onar.”Andai Revina tahu, orang yang dia suruh meniduri kakak tirinya itu hanya kabur membawa uangnya tan
Melihat Elviara hadir dalam pesta malam ini, Revina mengepalkan tangannya. ‘Kenapa bisa jadi seperti ini!?’ Matanya melotot mengerikan. ‘Bagaimana bisa dia hadir di pesta ini dan berhubungan begitu baik dengan Bara? Mereka bahkan belum pernah bertemu! Elviara bahkan tidak tahu pesta pertunangan diadakan di sini!’Sementara Revina dan Novi tampak menggebu-gebu, Bara yang berdiri di hadapan Elviara menjulurkan tangannya. Elviara menerima uluran tangan itu dengan lembut, lalu menggandeng lengan Bara sesuai yang diajarkan oleh Sania di mobil tadi.“Kamu terlambat,” ucap Bara dengan suara yang hanya bisa didengar Elviara.Elviara tetap menoleh ke depan. “Ada beberapa kendala dengan gaunnya,” jawabnya singkat. “Yang jelas, bukan salahku.”Bara tertawa rendah. “Yang penting, kau datang.”Senyum dan tawa Bara dapat terlihat dari kejauhan. Hal tersebut mengejutkan seluruh tamu yang tahu betapa dinginnya sosok tuan muda Alexander itu. “L-lihat, dia tertawa! Tuan Muda Es itu tertawa!”“Mereka se
Acara pertunangan itu berjalan cukup lancar. Terlihat, beberapa kali Bara tersenyum rendah menatap ke arah Elviara.Kenapa terus menatap kearah ku? apa ada yang salah dengan wajah ku? Elviara menyentuh wajahnya tanpa berani menatap ke arah Bara yang sedari tadi memperhatikannya."Kamu, cantik!" ucap Bara lirih, tepat di samping telinganya.Spontan, hal itu membuat Elviara sedikit menjauh. Ketika hembusan nafas Bara menerpa telinganya, "Pak?" Tanpa menjawab, Lagi-lagi Bara kembali menampilkan wajah datarnya setelah membuat Elviara beberapa kali kesal karena ulahnya."BARA!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Andreas."Iya, kek?" "Sekarang kamu sudah bukan lagi pria lajang. Jadi, jaga sikapmu! Jangan membuat keluarga kita malu!" tegas Andreas.Mendengar kalimat yang diucapkan tuan besar Alexander, tentu saja membuat hati Elviara menciut. Merasa sangat tidak pantas bersanding dengan Bara. 'Tenang, ini hanya pertunangan pura-pura.' "Baik, kek!" sahut Bara seraya menggenggam tan
"Selamat malam, tuan!" terlihat beberapa pelayan berbaris rapi, menyambut kedatangan Bara.Malu? tentu saja Elviara sangat malu. Bahkan gadis itu tidak berani menatap karah lain, selain kearah dada Bara dan menyembunyikan wajahnya disana."BARA, turunkan saya!" Elviara meronta, meminta agar Bara menurunkannya. Namun, pria berparas rupawan dengan tubuh atletis itu justru membawanya masuk ke sebuah kamar.Sangat mewah, kamar bernuansa putih elegan dengan beberapa dekorasi bernuansa eropa membuat Elviara sedikit takjub."Tentu saja aku akan menurunkanmu, disini!" sahut Bara seraya menurunkan tubuh Elviara diatas kasur yang nantinya akan menjadi kamar mereka.Elviara mencoba untuk mendorong tubuh Bara, namun kekuatannya tidak sepadan dengan pria itu. Membuatnya tetap terjebak dalam kungkungan tubuh Bara."Bar, tolong lepaskan saya!" Elviara semakin panik, mengetahui tangan Bara mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.Sebenarnya ada apa dengan ku? kejadian malam itu, membuatku candu akan t
Menyadari pakaian Elviara malam ini sedikit terbuka, Bara pun segera membawa Elviara untuk pergi dari tempat itu, tak rela jika ada orang lain yang melihatnya.'Siapa pria tadi?' pikir Elviara yang belum sempat melihat Nicholas.Bara membawa Elviara kembali menuju kamar mereka, dan menyudutkan tubuh gadis itu pada dinding, "Berpakaian seperti ini, apa kau berniat menggoda ku? hmmm?"Elviara mencengkram baju tidurnya. Walaupun wajah Bara tampak datar, namun dirinya tetap saja takut dengan pria itu, "Tidak, ta-tadi aku hanya ingin mengambil minum di dapur!""Minum? di dapur?" "Iya," sahut Elviara yang masih saja tak berani menatap wajah Bara."Lalu, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" "I-ini, menurutku baju ini yang paling tertutup di antara baju tidur yang lainnya!" sahut Elviara terbata.'Oh, shit.'Sepertinya Bara lupa, jika semua baju yang berada di dalam almari itu, semua adalah pilihannya sendiri untuk Elviara."Tetap disini, biar saya yang ke dapur!" ucap Bara yang mulai menja
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di