Share

(Chapter 4)

Suara bariton itu menghentikan langkah kaki Bara. Dia menoleh, melihat pria tua yang memiliki garis wajah hampir sama dengannya itu. 

"Keluar sebentar, Kek!" sahut Bara. 

"Ke mana?!" ucap Andreas, tua besar Alexander. "Hati-hati, jangan sampai kamu terlibat masalah di luar. besok kamu akan bertunangan." 

Bara mengerutkan keningnya mendengar kalimat itu, "Sejak kapan acara itu dipercepat seperti itu, kek?" 

"Sejak saat ini!" sahut tuan besar Andreas sebelum berlalu karena tak ingin dibantah. 

Bara hanya bisa terdiam, menatap punggung pria yang tak lagi muda itu semakin menjauh dan menghilang di balik pintu. 

"Hmmm," Bara menghela nafas beratnya, tidak ada gunanya berdebat dengan kakek yang keras kepala, karena apa yang menjadi keputusan kakeknya tidak akan ada yang bisa melawannya. 

"Hey bro!"  

Bara menoleh saat sebuah tangan menepuk pelan pundaknya. Dia Ares, sepupunya yang memiliki garis wajah seperti orang chinese. 

"Selamat ya bro, katanya kamu akan dijodohkan!" ucap Ares, sepupu Bara. 

"Dengar-dengar dia adalah putri sulung keluarga Adiwijaya ya?" tanya Ares dengan sengaja. 

Bara tak ingin menanggapi kata-kata Ares. Dari raut wajah laki-laki itu saja sudah terlihat jelas jika dia berniat buruk kepadanya. 

"Loh-loh, mau kemana kok buru-buru?" tanya Ares melihat Bara mulai melangkahkan kakinya pergi. 

"Tapi tidak apa-apa dapat yang sudah bekas, apalagi kamu juga tidak akan bisa muasin dia. Kasihan jadi perawan tua," ucap Ares membuat Bara seketika menghentikan langkahnya. 

Sebenarnya, saat Ares mengetahui jika Bara akan segera menikah, membuatnya sedikit gelisah. namun, saat mengingat bahwa sepupunya itu tidak akan bisa memiliki keturunan, membuat Ares sedikit lega. Apalagi, saat melihat berita tentang calon tunangan sepupunya yang menjadi trending topik dengan skandal kurang pantas, membuat Ares semakin girang. 

"Ares, kusarankan kamu menjaga omonganmu." 

"Apa aku salah? Kudengar dia sudah tidur dengan pria lain di sebuah hotel! ha ha ha!" Ares tertawa mencemooh. 

"Yang satu wanita murahan, yang satunya lagi pria menyimpang. Sepertinya sudah pasti aku yang akan mewarisi Alexander Corporation," batin Ares dengan percaya diri. 

"Jangan terlalu percaya diri, Ares. Siapa yang bisa tahu siapa di antara kita yang akan lebih dulu memiliki keturunan," sahut Bara dengan santai, tak tampak terpancing dengan cemoohan Ares. 

"Pfffftttttt, nggak salah lo ngomong begitu?" 

Bara menatap datar ke arah Ares dengan sebelah alis yang terangkat. "Apa yang salah?" ucapnya. 

"Dibandingkan diriku, bukankah dirimu yang harus khawatir? Lagi pula, sudah beberapa tahun menikah, tapi aku belum mendengar kabar bahagia dari sisimu?" 

Wajah congkak Ares seketika berubah kesal setelah mendapat balasan telak dari Bara. 

"Kamu-" 

"Aku sibuk. Tidak ada waktu bermain denganmu. Aku pergi dulu," ucap Bara yang kemudian dengan santainya meninggalkan tempat itu. 

Kesal, Ares menoleh ke arah sang istri yang ada di sisinya dari tadi. "Ini semua gara-gara kamu!" tegur Ares kepada Audrey, sang istri. 

"Kok gara-gara aku?"  

"Ya gara-gara kamu nggak hamil-hamil."  

"Loh, kok malah aku yang-" 

"Halah nggak usah membantah," ucap Ares. 

"Dasar wanita gak guna," makinya sebelum berlalu pergi. 

Berbeda dengan Ares yang berujung pada pertikaian dengan istrinya, Bara justru memilih untuk pergi meninggalkan kediaman Alexander. Bara tidak seorang diri, dia mengajak Aldo untuk menemaninya ke sebuah klub malam untuk mecari ketenangan. 

"Nggak bisa besok aja gitu, pak, ke clubnya?" tanya Aldo berusaha bernegosiasi dengan Bara, mengingat waktu sudah lebih dari tengah malam. 

"Bisa, mungkin sekalian saja setelah kamu saya pindahkan ke Afrika!" 

Mendengar kalimat dari atasannya itu, Aldo langsung bergegas keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuk Bara. Setan-setan yang tadinya seperti tengah bergelantungan di kelopak matanya seketika terhempas begitu saja dan matanya tebuka lebar. 

Meskipun baru berdiri di ambang pintu lobi, suara dentuman musik sudah terdengar cukup keras, "Orangnya sih enak, udah tampan di tambah dengan penampilan yang menunjang aura kharismanya. Lah sedangkan saya seperti orang ngelindur." 

Aldo melangkahkan kakinya dengan terpaksa mengikuti kemana arah kaki Bara melangkah, bahkan ia harus mengesampingkan setiap mata yang menatap aneh ke arahnya. Bagaimana tidak, terlihat aneh, ia pergi ke club malam mengenakan baju tidur. 

"Dari pengalaman yang sudah-sudah, sepertinya ini yang paling jauh," gumam Aldo. 

Bara duduk di kursi bar bersama Aldo, "Kamu tidak minum, Do?"  

"Kalau saya minum dan ikutan mabuk, siapa yang akan membawa anda pulang?" sahut Aldo. 

Bara mengangguk dan kembali menyesap koktail yang berada di gelas dalam genggamannya. 

"Bara bukan?"  

Seorang wanita berpakaian cukup terbuka berdiri tak jauh dari Bara. Namun melihat raut wajah Bara, sepertinya ia tidak mengenali wanita itu. 

"Siapa? silahkan pergi saya tidak kenal!" ucap Bara to the point. 

"Kamu melupakan ku? Aku Meylani!" ucap wanita itu lagi 

Bara mencoba mengingat nama itu, ada satu nama yang terlintas di pikirannya namun seingatnya penampilan gadis itu tidak seperti ini. 

"Aku Meylani Lee, apa sudah mengingat ku?" tanya Meylani dengan senyumannya yang merekah. 

Dalam hati Bara sudah merasa sangat tidak enak, "Mau bikin ulah apa lagi ini?"  

** 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status