"Kenapa kau melihatku dengan pandangan seperti itu?" tanya Ralph dengan raut was-was. Pasalnya Samuel memandanginya dengan senyum mencurigakan.
"Sepertinya aku punya solusi untukmu." Ucap Samuel sambil menaik turunkan alisnya.Ralph mendesah lesu. "Apa yang akan kau tawarkan padaku?"Pria muda itu sungguh lelah dengan segala hal yang mengganggunya akhir-akhir ini. Memang orang tuanya tidak begitu menyetujui hubungannya dengan Abigail Bloom, tentunya bukan karena kasta, karena Abigail berasal dari keluarga terpandang juga. Hanya saja pekerjaan Abigail sebagai model itu mengharuskan dia bergaul dengan banyak model pria, bahkan terkadang dia juga menerima tawaran foto intim dengan lawan jenis. Bagi keluarga Ralph sendiri, hal tersebut bisa mencoreng nama baik keluarga. Oleh karenanya, keluarga Ralph tidak terlalu menyetujui hubungan keduanya.Walaupun hubungan Ralph dan Abigail telah berakhir sebulan yang lalu, dan Ralph juga sudah mulai melupakan Abigail, tapi bukan berarti dia akan dengan mudah mencari pengganti Abigail. Menurutnya cinta tidak bisa dipermainkan, dia selalu menjunjung tinggi hakikat cinta itu. Namun, bila sudah begini, apa yang harus dia lakukan?Samuel menegakkan tubuhnya dengan masih menatap lurus pada Ralph. "Kurasa aku bukan memiliki penawaran, karena aku tidak berniat menjual keponakanku. Tetapi kalian sama-sama butuh bantuan dan seharusnya bisa saling membantu."Dahi Ralph mengernyit. "Apa maksudnya? Bisakah kau berterus terang saja, Sam?""Well, Cassie, gadis tadi itu adalah keponakanku. Lebih tepatnya dia adalah anak dari kakak tiriku. Ibuku menikah dengan kakek Cassie tiga tahun lalu."Samuel melebarkan matanya. "Oh, bukan itu poinnya. Maksudku, Cassie ... Dia sudah lama dipaksa oleh kakak tiriku untuk pergi kencan buta. Dan tak terhitung lagi berapa banyak laki-laki yang dia tolak. Dia sudah berusaha menghentikan dan mencari alasan agar tidak menemui para lelaki itu. Tetapi ibunya memiliki beribu alasan agar dia bisa berangkat menemui lelaki yang sudah dijodohkan dengannya itu.""Singkatnya—""Aku dan dia bisa menjadi kekasih pura-pura?" Ralph memotong ucapan Samuel saat mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh pria berbeda enam tahun dengannya itu.Samuel tertawa sembari menjentikkan jarinya. "Exactly, dude."Jemari Ralph mengetuk gelas kacanya beberapa kali. Dia memikirkan solusi yang diberikan Samuel padanya. Gadis tadi memang menarik perhatiannya, tetapi ucapan Samuel sebelumnya yang mengatakan untuk tidak menjadikan gadis itu sebagai kekasih membuatnya kembali berpikir. Dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan, karena dia tidak tahu bagaimana sifat gadis itu. Sudut pandangnya yang membenci lelaki sedikit mengusiknya.Cassie, gadis itu tidak mempercayai laki-laki? Atau justru tidak mempercayai cinta?Ralph beralih pandang pada Samuel. "Di mana aku bisa bertemu keponakanmu?"Samuel menyunggingkan senyumannya. Sudah ia duga Ralph akan menyetujuinya. "Taman kota jam empat sore."****Sore ini, seperti dengan hari-hari sebelumnya. Meskipun dia sibuk sepanjang hari, tetapi Cassie selalu menyempatkan waktu di sore hari untuk berjalan-jalan bersama Cotton, anjing peliharaannya.Cassie akan jogging bersama dengan Cotton yang mengikutinya di belakang. Anjing betina itu sangat patuh dan sayang dengan pemiliknya. Seperti dengan namanya yang memiliki arti 'kapas', Cotton adalah anjing yang berhati lembut. Meski begitu, Cotton tidak akan membiarkan siapapun mengganggu Cassie, sekalipun badannya kecil karena dia adalah anjing jenis poodle.Seperti sekarang. Saat Cassie sedang asik berlari, seekor anjing jantan ras samoyed tiba-tiba saja menghalangi langkah Cassie. Cotton yang berlari di belakangnya sontak saja ikut mengerem. Dia berlari ke depan Cassie untuk melihat siapa yang mengganggu langkah berlari pemiliknya.Melihat ada seekor anjing lain, Cotton langsung menyerang anjing jantan tersebut, seakan-akan dia tidak takut bila samoyed itu akan mengigitnya. Sementara itu, Cassie yang panik seketika segera menggendong Cotton dan membiarkan samoyed itu terdiam sambil menatapnya. Sejujurnya Cassie tidak takut Cotton akan dimakan, karena sepengetahuannya, meski badan anjing samoyed itu besar, tetapi dia lemah lembut seperti hello kitty."Hai, tuan kecil. Kamu manis sekali," sapa Cassie pada anjing samoyed tersebut.Samoyed itu hanya berkedip tanpa menggonggong. Wajahnya yang lucu membuat Cassie gemas dan ingin mengelusnya. Tetapi sebelum tangannya membelai lembut bulu samoyed, suara seseorang menginterupsinya. "Kita bertemu lagi, nona."Cassie menoleh dan mendapati Ralph di sana. Lelaki yang dia temui di bar semalam dan membuatnya harus segera pergi dari bar, padahal dia masih ingin curhat dengan Samuel."Hai, tuan. Sebuah kebetulan," balas Cassie sambil memaksakan senyumannya.Ralph berjalan mendekati samoyed dan memanggilnya. "Come here, Rex," anjing samoyed itu langsung berlari memutari tubuh Ralph dan berakhir menggosok badannya di kaki kanan tuannya.Kedua mata Cassie membulat. Apa katanya tadi? Rex? Makhluk selucu itu diberi nama Rex? Kenapa tidak yang lain? Coco mungkin? Waffle? Atau Rocco supaya lebih terdengar macho."Bukan kebetulan, nona. Aku memang mencarimu," ucap Ralph kembali memfokuskan diri pada Cassie.Manik mata berwarna hijau zamrud itu kembali melebar. Sungguh, dia tidak pernah berpikir akan ada lelaki yang memiliki basa basi sejelek ini. Ralph terlihat sangat berterus terang padanya, ini berbeda dengan kebanyakan pria lainnya yang lebih memilih untuk memberikan alibi dan menebar kebohongan saat mendekati perempuan."A-ah, seperti itu ternyata. Ada keperluan apa tuan mencariku?" tanya Cassie berpura-pura ramah. Andai saja bisa, dia ingin segera pergi dari sini, seperti waktu semalam. Tetapi sayang sekali, Cassie menyadari etikanya akan berbeda bila dia tidak sedang berada di lingkungan gemerlap.Ralph mengambil tali yang terikat pada leher Rex. Kemudian melempar pandangan ke sekitar. "Bagaimana jika kita mengobrol di tempat yang lebih nyaman?" tanyanya. Kali ini dia sudah menatap Cassie sembari menunggu jawaban dari gadis itu.Dengan perlahan Cassie melangkah mundur sambil sesekali menatap jam tangan di tangan kirinya. "Sepertinya tidak bisa, tuan. Aku masih ada urusan dan sedang buru-buru.""Mungkin lain waktu, tuan. Permisi," lanjut Cassie lagi, kemudian berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Ralph bersama dengan Cotton yang anteng di dalam dekapannya."Kudengar kau sedang mencari jalan keluar dari kencan buta, nona!" seruan itu menghentikan langkah Cassie yang sudah menjauh dari tempat Ralph berdiri.'Sialan, pasti dia tahu semua itu dari Samuel!' batin Cassie.Melihat Cassie yang tidak bergerak dari tempatnya, Ralph berinisiatif mendekat bersama Rex yang ikut berjalan di sampingnya. "Aku akan menawarkan bantuan padamu," ucap Ralph setelah sampai di sebelah Cassie.Cassie memutar kepalanya ke samping. "Bantuan apa yang akan kau tawarkan?""Menjadi kekasih pura-pura."Cassie memutar kepalanya ke samping. "Bantuan apa yang akan kau tawarkan?" tanya Cassie dengan ragu-ragu. Sejujurnya dia memang tidak yakin dan tidak ingin berurusan dengan lelaki yang dia temui di bar ini, tapi dia penasaran dengan tawaran itu."Menjadi kekasih pura-pura." Ralph menjawab dengan santai. Tangan kirinya masuk ke dalam saku celana pendeknya, sedangkan tangan kanannya masih memegangi tali Rex.Dalam diam kedua mata Cassie bergerak memindai tubuh Ralph dari atas ke bawah, seolah mempertanyakan apakah Ralph pantas menjadi kekasih pura-puranya? Ehm, salah. Sepertinya lebih pada, apakah Cassie pantas menjadi kekasih pura-pura Ralph?Lihatlah, hari ini untuk mengajak Rex jalan-jalan saja Ralph memakai kaos polo berwarna putih dan celana pendek berwarna khaki. Jangan lupakan kepalanya yang ditutupi dengan topi berwarna senada dengan bajunya. Ralph nampak mahal dan keren."Bagaimana?" tanya Ralph setelah menunggu jawaban yang cukup lama dari Cassie.Mendeng
Bel apartemen berbunyi ketika Cassie baru saja selesai memasang kedua antingnya. Dia bergegas pergi untuk melihat siapa yang bertamu malam-malam.Sebelum membuka pintu apartemen, dia melirik pada jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Mungkinkah itu Ralph yang datang menjemputnya? Tetapi lelaki itu bahkan tidak mengetahui tempat tinggalnya.Cassie mengintip dari lubang pintu untuk melihat seseorang di depan sana. Seorang pria muda memakai tuxedo berwarna hitam berdiri di depan pintu apartemennya. Cassie tidak salah mengenali, itu memang Ralph.Gadis bergaun itu segera membuka pintu apartemennya. Kedua matanya langsung berserobok dengan sepasang mata berwarna biru laut milik pria di depannya ini. "Hai," sapa Cassie ringan. Sementara itu, Ralph hanya membalas dengan dehaman.Diam-diam Ralph memperhatikan penampilan Cassie malam ini. Gadis itu tampak cantik dengan gaun hitamnya. Rambut bergelombangnya dibiarkan tergerai di punggungnya. Riasan yan
Kedua pasangan itu berjalan bergandengan menuju sebuah ruangan yang terdapat di dalam mansion keluarga Holt. Mereka tampak serasi dengan pakaian berwarna hitam. Sesekali rambut bergelombang milik sang gadis terombang ambing seiring dengan langkahnya yang tegas dan percaya diri. "Selamat malam, Dad, Mom." Sapa Ralph saat mereka telah tiba di ruang makan. Cassie semakin mengeratkan genggaman tangannya, sementara tangan kanan Ralph mengusap permukaan tangan Cassie untuk menenangkan. Perilaku dua insan itu tidak luput dari semua pandangan manusia yang berada di dalam ruang makan. Charles Holt, selaku kepala keluarga Holt duduk di tengah menghadap pada pintu ruang makan. Dia tersenyum saat melihat putra sulungnya benar-benar menepati ucapannya. Ralph membawa seorang gadis malam ini dan yang lebih mengejutkan lagi adalah gadis yang dibawanya tidak setipe dengan para gadis sebelumnya. "Selamat malam, Kiddo. Silakan duduk," ujar Charles sembari m
Pagi ini Cassie sudah berada di studio lukisnya sendirian. Beberapa teman pelukis lain yang tergabung dalam studio lukisnya belum datang. Sembari menunggu, dia memakan sarapannya terlebih dahulu. Tadi sebelum berangkat Cassie sempat membuat sandwich. Dia duduk di sebuah sofa single, kemudian memakan sandwich-nya dengan tenang. Pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian semalam. Iya, dimana dia ikut makan malam bersama keluarga Holt. Entah harus dia syukuri atau tidak, tetapi dia senang diterima oleh keluarga Holt. Ngomong-ngomong soal itu, setelah mengantarnya pulang semalam, Ralph tidak menghubunginya lagi. Dunianya nampak kembali tenang seperti sedia kala. Dia merasa seperti seorang cinderella yang datang di pesta dansa. Tidak sadar jika sedari tadi dia melamun, teman Cassie—Terra Amore yang baru datang merasa heran, tidak biasanya Cassie melamun sambil makan. "Selamat pagi, nona Roosevelt." Sapanya dengan suara dibuat seformal mungkin. Sapaan itu menarik Cassie yang tenggelam
Di salah satu gedung pencakar langit, Ralph duduk di kursi kebesarannya dan disibukkan dengan berbagai dokumen penting yang bertumpuk di atas mejanya. Terus menerus dia membuka dokumen, membacanya, lalu membubuhkan tanda tangan di sana. Bagi sebagian orang mungkin kegiatan itu terlihat monoton dan tidak membutuhkan otak, tetapi pada kenyataannya Ralph harus benar-benar memeriksa dan memastikan dokumen yang ditanda tangani olehnya tidak akan merugikan perusahaan.Terhitung sudah lima tahun sejak dia lulus menjadi sarjana arsitektur, dia sudah berkiprah dan menjabat sebagai CEO Paradiso Architecture Corp. Muda, kaya dan berbakat adalah tiga kata yang dapat menggambarkan Ralph. Semenjak PA Corp dikendalikan olehnya, perusahaan ini telah berkembang jauh lebih pesat dari sebelumnya. Hingga sekarang PA Corp telah menduduki peringkat pertama perusahaan terbaik di Eropa.Suara ketukan pintu mengambil atensi Ralph dari dokumennya. "Masuk," ucap Ralph dengan suara baritonnya yang berat dan ding
Ralph mengernyit. "Cassie?" gumam Ralph tidak menyangka.Gadis ber-jumpsuit itu benar-benar kekasih pura-puranya. Apa hubungan antara Cassie dengan sahabatnya? Mengapa James tidak pernah menceritakan bila dia sedang dekat dengan seorang perempuan?"Tuan Ralph," panggilan dari Carlo mengambil seluruh kesadaran Ralph. Dia tidak lagi memikirkannya lantas memasuki mobil dan pergi meninggalkan CS Studio.Di sisi lain, Cassie masih bersama dengan James di kafe CS Studio. Mereka duduk di meja yang sebelumnya James tempati bersama Ralph. "Kapan kau pulang ke Roma?" tanya Cassie penasaran.James menyilangkan kakinya. "Dua hari lalu. Kenapa? Kau merindukanku, kan?" James tertawa penuh percaya diri.Melihat reaksi James yang kepedean itu membuat Cassie malas. Dia memutar bola matanya dan bersedekap dada. "Rugi besar bila aku merindukanmu."Tawa James semakin keras saat mendengar jawaban Cassie. Gadis keturunan Asia itu selain cantik juga lucu dan menarik."Jadi, bagaimana tour konsermu ke Amerik
Cassie mengernyit. "Apa maksud dari situasi diluar kendali? Dan—" "Haruskah berkencan setiap minggu?" Cassie menatap Ralph dengan perhatian penuh. Sementara itu Ralph terkekeh kecil, tawanya terdengar dipaksakan. "Tentu saja untuk menghindari kecurigaan. Kau tentu tidak mau ketahuan kita hanya kekasih kontrak, kan?" Cassie terdiam setelah mendengar jawaban Ralph. Dalam hati dia menyetujuinya. "Oke. Aku setuju." Setelah itu mereka pun memesan makanan dan makan malam bersama. Tidak ada obrolan yang menarik di sana. Baik Cassie maupun Ralph hanya diam seraya menyantap pizza. Selesai makan malam, Cassie dan Ralph berjalan bersama keluar dari restoran pizza tersebut. Di belakang mereka terdapat Carlo dan beberapa pengawal yang setia menemani Ralph kemanapun lelaki itu pergi. "Kau pernah ke air mancur Trevi?" tanya Cassie saat mereka telah berada di depan restoran. Ralph menaikkan salah satu alisnya. Bukan dia tidak tahu air mancur yang satu itu, bahkan air mancur itu tidak jauh dari
"Kita sudah sampai!" pekik Cassie gembira.Gadis itu mendongak untuk menatap Ralph, dan kedua manik mata mereka berserobok. "Cantik." Ralph berujar lirih.Tubuh Cassie menegang, tidak menyangka Ralph akan mengatakan hal itu. Apalagi dia berbicara sambil menatapnya. "Iya, air mancurnya memang cantik. Ayo kita ke sana!" ajak Cassie.Dia menggeret Ralph hingga mereka berdiri di dekat air mancur Trevi. Genggaman tangan mereka terlepas. Sekarang Cassie memandangi bangunan seperti kastil di depannya ini. Tidak ada yang berbicara. Tidak ada orang lain juga di sini selain mereka. Selama beberapa menit, hanya suara air yang terdengar."Apakah kau sering datang ke sini?" tanya Ralph memecah keheningan di antara mereka.Cassie mengalihkan perhatiannya pada Ralph, kemudian mengangguk dan tersenyum tipis. "Aku akan menyempatkan datang setelah mengantar lukisanku, atau setelah lukisanku berhasil dilelang dengan harga tinggi."Kening Ralph terlihat berkerut. "Semacam tradisi, huh?"Tawa kecil keluar