Share

Murka

Penulis: Emmy Liana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi-pagi sekali nyonya Greta berusaha untuk bangun dan segera membersihkan diri. Sepertinya dia tak ingin penyakit yang sekarang menggerogoti tubuhnya, membuat dia terpaku di tempat tidur. Setidaknya pagi ini dia bangun dan turun ke lantai bawah, menikmati sarapan di meja makan.

"Selamat pagi kak," sapa Niko yang juga baru saja turun dari lantai atas.

Melihat kini kakaknya sudah bisa bangun dan duduk di meja makan membuat hati Niko sedikit lega.

"Selamat pagi juga," balas nyonya Greta.

Ibu Siti dan Nita yang sudah sejak tadi duduk di meja makan di abaikan oleh Niko. Dia malas melihat anggota keluarga yang pada saat ini sudalh mulai berani memanfaatkan kekayaan kakaknya.

"Lho ibu, mas Bram kemana? Sejak kemarin dia tak nampak. Apa dia tak pulang dari kemarin ya?"

"I--tu nak Greta, Bram masih tidur di kamar ibu," jawab ibu Siti terbata.

Takut jika dia salah berbicara, dan nyonya Greta akan marah pada mereka.

"Kok, mas Bram tidur di kamar ibu?" Tanya nyonya Greta tak suka.

Seharusnaya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kejutan di Rumah Majikan   Dengarkan

    "Di mana Hani?"Tanya nyonya Greta tak sabar.Niko mengernyitkan dahi, heran atas sikap kakaknya seperti itu.Tidak biasanya nyonya Greta mengeluarkan amarah tanpa alasan. Niko melihat ke arah Bram, dan curiga sesuatu telah terjadi."Kenapa kakak mencari Hani?""Kamu adikku Niko, jangan pernah sekali pun tergoda dengan wanita tak tahu diri itu. Hanya gara-gara Hani, kamu memukul mas Bram hingga wajahnya penuh lebam begitu," ujar nyonya Greta penuh emosi.Tak suka jika seseorang menyakiti suaminya, apa lagi adik kandungnya sendiri."Aku memukulnya karena memiliki alasannya kak.""Iya kakak tahu, apa alasan kamu masuk ke kamar pelayan, Niko. Kakak tak mengerti jalan pikiran kamu. Kalau mas Bram tak mengambil foto kalian semalam, kakak tak akan mempercayai perkataannya.""Apa yang kakak katakan, Bram mengambil foto kami berdua?"Nyonya Greta mengangguk."Di mana Bram sekarang?" Geram Niko tak suka jika Bram kini sedang mengadu domba dirinya."Ada di kamar ibu mertua.""Dasar pria licik,

  • Kejutan di Rumah Majikan   Mulai berani

    Nyonya Greta menghela napas panjang. Tak menyangka jika sikap Niko mulai kurang ajar apa lagi pada suaminya. Harusnya Niko bisa menghargai mas Bram. Nyonya Greta sangat heran tak biasanya seperti ini.Hani yang sejak tadi mendengar semua pertengkaran mereka memilih menghindar. Takut jika dia akan memicu pertengkaan yang lainnya."Sudah Hani, tenangkah. Mbok Rumi tahu kamu tak bersalah."Hani membalikkan badannya lalu dengan cepat mengusap pipinya. Mbok Rumi tersenyum, lalu mengelus lembut punggung Hani."Semalam mbok mendengar keributan di kamar kamu. Tapi mbok sangat takut, apa lagi ada tuan Bram dan tuan Niko yang ribut. Maafkan mbok yang tak bisa membantu kamu.""Makasih mbok, sudah percaya sama Hani."Mbok Rumi memeluk Hani dengan erat."Ya sudah, ayo kita kembali bekerja. Nyonya Greta mungkin sudah kembali ke kamarnya."Hani mengangguk menyetujui.Dia lalu bergegeas melakukan rutinitasnya, mencuci pakaian.Tapi Hani sadari, tiba-tiba Bram sudah ada di belakangnya."Hani," panggil

  • Kejutan di Rumah Majikan   Rencana Bram

    "Ikuti aku!" Perintah Bram menggengam pergelangan tangan Hani.Langkah Bram yang tergesa-gesa menarik dirinya denggan sangat kasar."Lepaskan mas, sakit," teriak Hani kesakitan.Tapi sayang Bram tak mengindahkan rasa sakit Hani.Dia terus menyeret Hani dengan langkah panjangnya menuju ke kamar Hani melewati taman belakang. Agar tak dicurigai para pelayan yang sedang berada di dapur."Sakit mas, lepaskan aku bilang, " ujar Hani. Dia sudah tak tahan lagi, pergelangan tangannya kini memerah akibat cengkraman tangan Bram yang sangat kuat."Buka pintunya!" Perintah Bram dengan kasar lagi. Saat mereka tiba di depan pintu kamar Hani.Hani tak berdaya, tangannya merogoh isi saku celemeknya, dan mengeluarkan kunci kamar. Sekali putaran kunci, pintu kamar Hani pun terbuka lebar-lebar."Masuk!"Bram mendorong tubuh Hani masuk, dan membuat Hani terjungkal jatuh ke lantai.Dengan kasarnya, Bram mulai membuka dan membongkar lemari Hani. Satu per satu pakaian Hani di keluarkan dari lemari. Setiap

  • Kejutan di Rumah Majikan   Kopi untuk Niko

    "Kerja bagus, adikku," ucap Bram puas dengan hasil kerja adiknya.Nita tersenyum saat Bram turut masuk ke kamar Niko. Tanpa permisi Bram mengacak semua isi kamar Niko. Mencari seluruh benda yang akan mengancam hidup mereka dalam rumah mewah milik istrinya ini. Harus didapatkan secepatnya."Bagaimana kak, sudah dapat?" Tanya Nita pelan.Takut suaranya didengar oleh Niko.Bram tak menjawab, dia subuk mencari di sela-sela baju Niko dalam lemari.Nita jiga sesekali membantu kakaknya."Ketemu kak," teriak Nita.Bram menoleh ke arah adiknya.Ternyata ponsel Niko berada di bawah laci meja kerjanya.Bram mendekati adiknya. Sedang Nita memperhatikan ponsel Niko dengan seksama. Ponselnya menggunakan layar kunci. Membuat Bram sedikit kecewa. Tak tahu bagaimana cara membukanya. Namun Nita tak kehilangan akal. Dia lalu mengambil jari Niko dengan perlahan, dan menempelkan ke latar ponsel milik Niko. Terbuka seperti harapannya "Berhasil kak," teriak Nita kegirangan."Kerja bagus adikku, kamu mema

  • Kejutan di Rumah Majikan   Aku ingin bicara kak

    Semalam Hani sudah memastikan jika tuan Niko tertidur. Jadi dia memilih untuk kembali ke kamarnya. Malam berganti pagi, saat penghuni rumah akan sarapan. Mbok Rumi tergopoh berlari kecil dari kamar nyonya Greta, mencari tuan Bram yang sepertinya sejak pagi sudah turun ke kamar ibunya."Tuan, nyonya Greta kesakitan di kamarnya, sepertinya dia pingsan," ujar mbok Rumi merasa panik, pada Bram.Ketiganya berada di kamar ibu Siti, yang kebetulan pintunya terbuka lebar. Sehingga memudahkan mbok Rumi untuk memanggil suami dari majikannya itu."Kenapa dengan istriku mbok?"Tanya Bram tak kalah panik."Tuan, tolong segera bawa nyonya ke rumah sakit," pinta mbok Rumi khawatir.Tanpa berbicara lagi Bram berlari menuju ke kamar istrinya."Kamu kenapa sayang?"Bram mendekati nyonya Greta dan memegang tangannya. Tubuh istrinya kaku, dan tak bisa menjawab pertanyaan suaminya.Tanpa banyak bicara Bram dengan lincah mengangkat tubuh istrinya lalu menggendongnya. Keluar dari kamar, dan turun menuju

  • Kejutan di Rumah Majikan   Memperlihatkan bukti

    "Ayo sayang kita ke kamar, kamu jangan marah-marah dahulu, biarkan Niko membenciku sayang. Aku bisa menerima perkataan kasarnya. Yang penting sekarang kamu sehat dulu yah," ajak Bram menaiki anak tangga. Berpura-pura ikhlas menerima perkaataa Niko.Keduanya lalu masuk ke kamar, tak lupa Bram lalu mengunci pintu. Niko memandang penuh kemarahan pada Bram dengan tatapan kebencian. "Maafkan perkataan adikku ya mas," ungkap nyonya Greta saat dia sudah berbaring di atas ranjang."Tentu sayang sudah aku maafkan," jawab Bram datar.Niko mengeratkan rahangnya, harusnya kakaknya Greta lebih mempercayainya, dan mendengarkan penjelasannya. Akhirnya Niko memilih kembali ke kamarnya. Sejak tadi ponselnya berada dia atas meja kerjanya. Niko lalu mengambilnya kemudian menghubungi asisten pribadinya. Menanyakan keadaan perusahaan tanpa kehadirannya hari ini di perusahaan.["Aman bos, jangan khawatir. Aku sudah menghandlle semuanya. Jadi bos tenang aja, beristirahat di rumah. Itu karena bos telalu kel

  • Kejutan di Rumah Majikan   Maaf tuan

    Berulang kali Niko mencari rekaman di file ponselnya namun tak kunjung ditemukan olehnya. Sengaja Niko menyimpan data di ponselnya. Agar memudahkan dia menyembunyikannya. Jika di taruh di tempat lain, Niko khawatir akan ditemukan oleh orang lain. Bram mulai tersenyum puas. Saat melihat Niko seperti kebingungan mencari sesuatu di ponselnya. Sedang nyonya Greta terlihat menunggu. Apa yang sedang adik satu-satunya itu lakukan. Apa yang ingin dia tunjukkan, hingga harus melayangkan kata kasar pada suaminya."Carilah sampai dapat rekaman itu," gumam Bram dalam hatinya.Wajah Niko memerah, saat melihat raut wahjah nyonya Greta yang masih menunggu."Mana buktinya, kakak ingin melihatnya," ucap nyonya Greta menadahkan tangannya ke arah Niko. Bram tersenyum mengejek Niko."Apa ini ada hubungannya dengan kemarin malam, saat Nita membawakan secangkir kopi panas ke kamarnya?" Tanya Niko dalam hatinya. Sambil melihat wajah puas dari Bram dan ibunya serta Nita yang baru saja masuk ke ruang makan.

  • Kejutan di Rumah Majikan   Semua Karena Hani

    Hani bergegas menuju ke ruang makan, nyonya Greta sudah berkumpul. Semua mata menatap ke arah dirinya. Hani menjadi risih dengan pandangan mata tak suka ke arahnya, kecuali Niko.Niko mengikuti langkah Hani dari belakang. Dia sangat yakin, jika Bram dan keluarganya sudah melakukan sesuatu yang buruk. Sehingga membuat kakaknya, memanggil Hani dengan cara seperti ini.Para pelayan rekan Hani hanya bisa menatap Hani dengan perasaan sedih. Mereka juga tak bisa melakukan apa pun. Apa lagi mereka khawatir pekerjaan mereka juga akan terancam jika berani membela Hani.Diantara para pelayan, mbok Rumi saja yang merasa sangat bersalah. Malam itu dia mendengar kejadian yang sebenarnya. Tuan Bram memang sangat licik. Ternyata tuan Bram memergoki mbok Rumi yang belum tidur saat itu, lalu dia mengancam mbok Rumi."Berani kamu membuka mulut, akan aku pastikan kamu akan ku depak dari sini tanpa mendapatkan sepeser pun upah dari istriku," ancam Bram di malam itu.Mbok Rumi tak berdaya, mau tak mau dia

Bab terbaru

  • Kejutan di Rumah Majikan   Kenyataan pahit

    Niko mendekati mbok Rumi, menantikan jawaban pasti darinya. Sesuatu yang sangat berharga milik kakaknya sudah dibongkar."Katakan padaku mbok, apa yang hilang," pinta Niko menekankan.Mbok Rumi semakin ketakutan, saat ibu Siti dan Nita juga turut masuk ke dalam kamar majikannya."Kalian sedang ingin tahu tentang apa? Bertanyalah padaku atau Nita. Kami bisa menjawabnya."Tiba-tiba ibu Siti bersuara, dan masuk ke kamar.Niko mendekati kedua wanita ular itu, lalu menatap wajah mereka satu per satu dengan tatapan tak suka."Jelaskan padaku, kemana semua barang-barang milik kakakku!" Cecar Niko pada ibu Siti."Kalau semua barang-barang milik Greta hilang bukan salah kami, dong. Kamu sebagai adiknya yang harusnya bertanggung jawab."Jawab ibu Siti dengan enteng."Maksud kamu apa?""Semua barang-barang milik Greta sudah dijual.""Semuanya salah kamu nak Niko, semua aset dan kekayaan milik menantuku kamu ambil alih, hanya tersisa perusahaan yang keuntungannya per tahun tak seberapa. Jadi wajar

  • Kejutan di Rumah Majikan   Meminta maaf

    "Nak Hani," panggil ibu Siti.Hani menoleh ke arah suara, dan memandang tajam ke arah ibu Siti. Wajah ibu Siti menampakan senyum terbaiknya. Membuat hati Hani sedikit lega. Pastinya ibu Siti tak mendengarkan perbincangan mereka barusan."Ayo kita makan siang nak, mbok Rumi sudah menyiapkan hidangan spesial untuk menyambut kedatangan kalian di rumah ini."Ibu Siti mengajak Hani dengan nada yang begitu lembut, seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Melihat tindakan ibu Siti yang tak biasa seperti ini, Hani sudah bisa menebak. Sepertinya ada sesuatu yang diinginkan oleh Ibu Siti yang mulai baik padanya. Dengan telaten ibu Siti menyendukkan nasi ke piring milik Hani. Hanya pada piring Hani, dia tak perduli dengan wajah cemberut Nita. Bram malah tersenyum melihat kelembutan ibunya."Makan yang banyak ya nak Hani, masakan mbok Rumi sangat enak lho," ucap ibu Siti.Seolah Hani tak tahu itu.Hani memutar bola matanya, rasanya malas sekali mendengar wanita penjahat ini tiba-tib

  • Kejutan di Rumah Majikan   Obat yang salah

    "Di mana kak Greta?Mata Niko memandang sekeliling ruangan itu, tapi kakaknya tak ada.Niko segera berdiri lalu berniat mencari keberadaan kakaknya."Niko, tunggu!"Suara Bram menghentikan langkah Niko. Tapi tak diindahkan olehnya. Niko melangkahkan kakinya menuju lantai atas, di mana kamar kakaknya.Wajah ibu Siti dan Nita berubah memucat. Mereka saling berpegangan tangan. Mungkin mereka sedang melakukan sebuah kesalahan, hingga wajah mereka ketakutan seperti itu. Apa lagi Bram tak kalah paniknya.Saat sudah tiba di depan pintu kamarnya, Niko tampak ragu membuka pintu kamar milik kakaknya itu. Belum juga di meraih handle pintu, seorang wanita dengan riasan berantakan, dan rambut kusut keluar dari kamar itu."Hei, siapa kamu?"Bentak Niko pada wanita itu, sehingga dia menjadi kaget setengah mati.Sedetik kemudian dia memandang wajah Niko, lalu mendekatinya."Tanyakan saja pada pria yang sudah membayar jasa saya semalam."Jawab wanita itu ketus, tak perduli lalu pergi tak menghiraukan

  • Kejutan di Rumah Majikan   Mbak Via

    Semua yang berada di dalam ruangan saling bergantian memberikan selamat pada Hani dan Niko. Bapak terlihat meneteskan air mata, saat melihat Hani. Begitu pun dengan ibu, tak berhenti mengucapkan doa agar Hani dan Niko merasa bahagia.Keputusan telah dibuat, satu bulan lagi mereka akan menikah. "Bapak dan ibu tenang saja. Semua urusan pernikahan, aku yang akan siapkan."Ucap Niko pada kedua calon mertuanya."Terima kasih nak, bapak dan ibu mempercayakan semuanya pada nak Niko."Jawab Bapak.Dia merasa tenang, sepertinya Niko adalah pria yang baik. Apa pun yang menjadi keputusan Hani adalah yang terbaik bagi dirinya. Ibu memeluk Hani, merasa terharu. Hani sudah mendapatkan kepahitan di masa lalunya.Dia berhak menemukan kebahagiaannya saat ini. Dan Niko adalah pria yang tepat baginya. Ponsel Niko berdering, layar ponselnya menyala. Sepertinya panggilan dari nomor telpon rumah nyonya Greta kakaknya."Halo, tuan Niko."Suara mbok Rumi terdengar pelan sekali."Mbok Rumi ada apa menelpon?

  • Kejutan di Rumah Majikan   Lamaran

    Hani pulang dengan rasa bahagia. Momen terindah yang tak dapat dilupakan olehnya. Niko benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Tak ada alasan bagi Hani untuk menolak dirinya.Bahkan Hani tak bisa memejamkan mata, mengingat setiap kata yang diucapkan oleh Niko tadi saat melamar dirinya. Ini bukan mimpi, dan inilah kenyataannya. Hani memandang tangannya, yang saat ini cincin berlian bertahta indah melingkar di jarinya.Entah apa yang dipikirkan oleh Niko. Kenapa permintaannya terlalu mendadak seperti ini. Sudahlah, Hani tak ingin banyak berpikir, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela kamar Hani. Bunyi ponselnya yang berisik membangunkannya. Tangan Hani meraih ponsel di atas nakas, lalu menggeser layarnya."Halo sayang," sapa Niko terdengar sangat gembira dari seberang."Apa kamu sudah bangun? Cepatlah bersiap, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat." Hani mengernyitkan dahinya."Mau ke mana?""Sudah jangan banyak bertanya, ha

  • Kejutan di Rumah Majikan   Cincin berlian

    Tepat pukul 19.00 mobil Niko sudah masuk ke halaman rumah Hani. "Hani, nak Niko sudah datang, cepatlah keluar."Pinta ibu sambil mengetuk pintu kamar Hani berulang kali.CeklekPintu kamar Hani terbuka.Melihat Hani keluar dari kamar membuat bapak dan ibu takjub.Hani mengenakan gaun berwarna hitam panjang, dengan belahan samping hingga sampai di paha. Memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus. Gaun yang sangat pas di tubuh ramping miliknya. Polesan make up yang sedikit berbeda malam ini membuat penampilannya semakin memukau."Cantik sekali putri ibu," ucap ibu memuji putrinya."Bapak mengira kamu ini bidadari nak. Kamu cantik sekali." Bapak juga tak ingin kalah, memuji penampilan putrinya."Jika Niko melihat kamu, bapak yakin dia tak akan mengantarkan kamu pulang nak. Bisa gawat ini."Ucap bapak berkelakar.Membuat ibu dan Hani tertawa."Sudah pak, cukup guyonannya. Kasihan nak Niko kalau menunggu terlalu lama di luar." Ucap ibu meminta berhenti.Bapak dan ibu mengantar Hani keluar

  • Kejutan di Rumah Majikan   Berdandan

    Hani mengajak Niko naik ke panggung. Niko sangat tak menginginkan situasi seperti ini. Sementara Ayunda tersenyum penuh kemenangan. Karena bujukkannya pada Hani berhasil.Hani berniat mendekati Ayunda, agar tak ada jarak di antara mereka. Tiba-tiba Hans mengikuti langkah Niko. Lalu berbisik pada Niko, membuat Niko bernapas lega. Hans pun menganggukkan kepala ke arah Hani."Terima kasih Hani, kamu sudah mewujudkan keinginanku malam ini," ucap Ayunda tersenyum."Siapa bilang aku mengijinkan kamu untuk bertunangan dengan Niko?"Pertanyaan Hani sontak membuat Ayunda terperangah kaget.Seorang pria berbadan kurus dan tinggi berpakaian jas berwarna hitam masuk ke dalam ruangan. Hani tersenyum ke arah pria itu."Harusnya aku yang akan memberikan kejutan untuk kamu Ayunda."Ucap Hani tenang, melihat wajah Ayunda memerah menahan amarah saat pria itu sudah berdiri di sampingnya."Ayunda, aku bawakan kejutan untuk kamu."Pria berjas hitam itu menyerahkan sebuah amplop pada Ayunda.Segera Ayund

  • Kejutan di Rumah Majikan   Undangan

    "Hentikan!"Niko berteriak emosi.Melihat Ayunda begitu lihai membujuk Hani agar mau mengikuti keinginannya.Niko mendekati mereka, lalu memegang pergelangan tangan Hani. Kemudian mengajak Hani pergi dari sana."Niko!"Teriak Ayunda. Niko enggan untuk sekedar berbalik untuk melihatnya. Langkahnya semakin panjang, mengajak Hani pergi dari sana lalu masuk ke dalam mobil.Lalu memerintahkan Hans untuk melajukan mobilnya. Niko meminta Hans untuk membawa mereka kembali ke hotel.***"Hani, kamu kemana saja, sejak semalam kamu pergi dan tak memberi kabar. Apa kamu tahu aku sangat mencemaskan kamu?"Tanya Niko, yang sudah duduk berdampingan dengan Hani di sofa ruangan tengah.Hani menatap manik mata elang Niko dalam.Niko mengambil tangan Hani dan menggenggamnya. Sungguh dia sangat khawatir, karena Niko sangat tahu sifat Ayunda yang sangat ekstrim. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginanya. Bahkan kalau bisa dia mengingankan mencelakakan seseorang pasti akan dia lakukan.Hani

  • Kejutan di Rumah Majikan   Bujukan

    Ayunda wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model yang cukup terkenal. Pertemuannya dengan Niko saat acara peresmian perusahaan baru ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan Niko. Keduanya lalu bertukar nomor. Dan Niko berpikir itu hanya sebatas urusan bisnis saja.Saat Ayunda menghubungi Niko, dan memintanya bertemu Niko, pikir Ayunda sudah menjadi bagian dari perusahaan ayahnya. Yang mau belajar tentang bisnis dan berbagi ilmu, itu saja.Semakin hari kedekatan Ayunda dengannya semakin membuat risih. Niko yang saat itu pikirannya sedang terbagi, antara pekerjaan dan mencari keberadaan Hani. Sikap cuek dan dingin dari Niko malah membuat Ayunda tertantang.Setiap hari Ayunda selalu memiliki alasan agar bisa bertemu Niko. Meminta Niko melakukan ini dan itu untuknya. Niko tak ingin kehidupannya terganggu oleh Ayunda berulang kali menolak Ayunda. Penolakan Niko membuat Ayunda tak pernah patah semangat."Semua pria bertekuk lutut, untuk bisa tiba di atas ranjang bersamaku. Kini

DMCA.com Protection Status