"Ma ... maaf, Bos," kata lelaki setengah wanita itu merasa bersalah.
"Perbaiki sekarang, atau kau ku pecat!" ancam Ariel.
"Ba ... baik, Bos," jawabnya gemetaran.
"Lakukan yang benar!" sentak Ariel lagi.
Ariel kesal karena Mandy karyawan barunya itu tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Ia pikir hanya urusan rias saja, semua orang salon pasti bisa melakukannya. Nyatanya, ia hanya sreg dengan riasan Aisyah. Apa-apa harus sama persis dengan cara kerja Aisyah. Mungkinkah Ariel memang sudah terobsesi dengan Aisyah.
Dimana-mana bayangan wanita itu selalu mengikutinya. Bahkan di alam pikirannya sudah penuh untuk memikirkan Aisyah. Hubungannya yang kurang baik dengan Aisyah merusak moodnya dalam berakting.
"Cut!"
"Cut!"
"Apa-apaan ini, Ariel. Kau artis papan atas. Baru saja kemarin dapat penghargaan, tapi kenapa aktingmu hari ini buruk sekali," keluh sang sutradara.
"Aku lelah," jawab Ariel pendek. Ia ngeloyor pergi lalu dud
"Loh, kamu kok pulang lagi?" tanya Bu Marni mendapati putrinya sudah berdiri di depan pintu."Kok, ibu sepertinya tidak senang aku pulang," ujar Aisyah cemberut."Bukan begitu, hanya saja ibu pikir kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu, jadi tidak bisa sering pulang," kata Bu Marni."Ya, sudah masuk yuk. Kebetulan tadi ibu buat nasi gudangan kesukaanmu," ucap Bu Marni.Wajah Aisyah tampak sedikit lesu, ia membawa koper pakaiannya masuk ke dalam kamar. Bu Marni melihat ada yang tidak beres dengan putrinya. Namun, ia tidak ingin terburu-buru untuk bertanya. Karena kelihatannya Aisyah masih lelah.Selesai membersihkan tubuhnya, Aisyah menuju meja makan mendekati Bu Marni yang tengah sibuk menata makanan di atas piring sajiannya."Loh, kok ibu masak banyak hari ini?" tanya Aisyah."Iya, hari ini nanti ada tamu. Katanya sih, kangen ibu. Makanya datang kesini," tutur Bu Marni."Kangen ibu?" Dahi Aisyah mengernyit heran men
"Maaf, Bu. Aisyah masih lelah, belum berpikir ke arah sana," tutur Aisyah. "Aisy, pamit istirahat di kamar Bu," ucap Aisyah. Bu Marni sedikit bingung melihat sikap Aisyah yang tidak seperti biasanya. Hampir saja ia mencegah Aisyah, namun Gilang memberi isyarat berupa gelengan. "Sudah, Bu. Tidak apa-apa. Saya akan menunggu," kata Gilang selepas Aisyah pergi ke kamarnya. Sepeninggal Gilang, Aisyah mengurung diri di kamar. Kata-kata Gilang masih terngiang-ngiang di telinganya. Aisyah mengambil nafas berat, ia melamun matanya nanar menatap langit-langit. Persoalan dirinya dan Ariel belum kelar mengapa ada masalah baru lagi. Aisyah tidak bisa melupakan wajah ibunya yang terlihat begitu bahagia ketika Gilang melamarnya. "Jika ditanya, aku ingin membahagiakan ibu. Tapi, sebelum kebahagiaan itu datang kau sudah menghancurkannya." Aisyah berbicara sendiri, ia merasa tidak punya pilihan. Ariel sudah merusak semua masa depannya. Ia juga tidak tahu sekarang perasaan dan hatinya untuk siap
Kepergian Aisyah membuat Ariel merasa kesepian luar biasa. Tak ada lagi wajah polos yang menghiasi hari-harinya. Aisyah adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat hari-hari Ariel terasa berwarna.Tak ada cara lain lagi, Ariel nekat mengendarai mobil sportnya menuju ke rumah Aisyah. Semua jadwal syuting ia cancel demi menemui Aisyah. Entah sejak kapan dirinya bisa segila itu. Meninggalkan pekerjaannya hanya demi seorang wanita.Panggilan telepon berulang kali di reject Aisyah. Ariel bertambah gelisah, ia tidak menyangka jika Aisyah semarah itu. Ia semakin mempercepat kemudi setirnya, tak sabar rasanya agar cepat bertemu dengan pujaan hatinya.Bu Marni yang tengah membereskan meja tamu, terkejut dengan suara mobil menderu masuk ke pekarangannya. Ia melongok keluar, mobil itu tak asing baginya. Tidak seperti biasanya Bu Marni mengacuhkan tamu yang datang. Ia lebih memilih masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.Ariel kaget melihat pintu rumah Bu Marni di tutup waktu dia datang.
"Tidak bisa, kau tidak bisa menikah sekarang. Kontrak yang kamu tanda tangani berjalan dengan syarat statusmu belum menikah selama syuting film itu berlanjut. Penggemar lebih suka seorang artis yang masih muda dan melajang. Mereka akan bertambah ngefans berat," tukas manager Ariel."Kalau begitu, batalkan semua kontrak itu," jawab Ariel seenaknya."Tidak boleh, kita akan rugi besar," tolak managernya."Lalu, pikirkan caranya biar aku tetap menikah dengan Aisyah," kata Ariel. Ia sudah gundah memikirkan karirnya yang terancam dan pernikahannya."Begini saja, pernikahan kalian lakukan diam-diam. Aku akan mengundang penghulu dan mengurus semua administrasinya," kata manajer Ariel."Ya, sudah. Lakukan yang menurutmu baik. Jangan sampai pernikahanku dengan Aisyah gagal," ancam Ariel."Tenang saja," ujar manajernya menepuk pundak Ariel."Singkirkan tanganmu dari pundakku. Aku bukanlah anak kecil.""Ya, Bos," jawab manajernya lesu.Di hadapan bawahannya Ariel tetaplah seperti singa yang menye
Ariel kehabisan akal, entah bagaimana lagi ia meluluhkan hati Aisyah. Wanita itu memang sulit di tebak, jika suasana hatinya sedang marah maka akan terlihat sangat menakutkan. "Aisyah, aku ingin memelukmu. Boleh?" tanya Ariel. Tak ada sahutan. Ariel mencoba memberanikan diri menengok wajah Aisyah. "Sial, dia sudah tidur rupanya. Berarti aku dari tadi ngomong sendiri," keluh Ariel. ** Pagi hari Ariel tidak mendapati Aisyah di tempat tidurnya. Tapi ia mencium bau harum masakan dan sedikit suara gaduh di dapur. "Jam berapa sekarang?" Ariel melihat ke arah jam weker di atas nakasnya. "Jam delapan? Selama itukah aku tertidur? Kenapa dia tidak membangunkanku?" gumam Ariel. Ia pun segera bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. "Belum malam pertama saja sudah telat bangunnya. Apalagi kalau tadi malam lembur," kata Ariel pada dirinya sendiri sambil gosok gigi. Ia pun berkumur-kumur yang di lanjutkan dengan ritual mandinya. Tak ingin berlama-lama di kamar mandi, Ari
Tak ada yang tahu memang jika Ariel dan Aisyah sudah menikah. Hanya manajer Ariel yang mengetahui rahasia pernikahan mereka. Keberadaan Aisyah bersama Ariel di sangka hanya sebatas sepasang kekasih atau pun asisten make up. Beruntung dua hari ini Ariel berhasil mendapatkan cuti. Meskipun sebelumnya mengalami kesulitan dalam pembagian jadwalnya yang super ketat.Terlihat Aisyah tengah membereskan piring-piring bekas makan mereka tadi. Ariel menunggu Aisyah menyelesaikan tugasnya, baru kali ini dalam rumahnya ada seorang wanita yang memasak untuknya.Ariel merasa di perhatikan meskipun sikap Aisyah terkadang dingin padanya. Buat Ariel tidak masalah yang penting setiap hari ia bisa melihat Aisyah. Tubuh ramping dengan memakai baju tidur itu membalikkan badannya. Melihat Ariel yang cengar-cengir masih menatapnya. Aisyah membalas dengan senyum hambarnya. Ia lalu memilih untuk meninggalkan Ariel sendiri. Tak ingin di tinggalkan, buru-buru Ariel mengejar Aisyah."Eh, mau kemana?" tanya Ari
Aisyah tidak menjawab ia masih sibuk menyisir rambutnya. Karena gemas Ariel memutar kursi Aisyah menghadap pada dirinya. "Istriku sayang, apa kau ingin ku cium lagi," ancam Ariel. Kaget dengan pernyataan Ariel, buru-buru Aisyah mengeluarkan suaranya. "Apaan sih," ujarnya. "Nah, gitu kan lebih baik," kata Ariel. Ia menempelkan dahinya di dahi Aisyah, hidung mereka bergesekan. Tinggal berapa senti saja bibir Aisyah bertemu dengan bibir Ariel. "Santai saja, istriku sayang. Aku hanya menggodamu saja," kata Ariel memundurkan tubuhnya. Hampir saja jantung Aisyah melompat keluar, tindakan Ariel membuat dirinya salah tingkah. "Kamu kenapa sih, mengerjaiku terus?" rutuk Aisyah. "Mukamu lucu kalau di kerjain. Lagi pula kalau aku mau juga tidak masalah. Kau istri sahku, kan," ucap Ariel. "Tidak boleh, aku tidak mau. Aku masih trauma di terkam harimau waktu itu," keluh Aisyah mengingatkan kejadian waktu di kontrakan Marini. "Hei, kata ibu kalau istrinya mau dapet pahala, loh," goda Ariel
Cuti Ariel dua hari sudah usai. Mereka tidak jadi bulan madu, Aisyah masih enggan melakukannya dengan Ariel. Pernikahan sembunyi-sembunyi itu hanya mereka dan manager Ariel yang tahu. "Mau syuting dimana hari ini?" tanya Aisyah menyiapkan koper untuk suaminya."Di pantai Kuta Bali," jawab Ariel. "Ooh."Dalam pikiran Aisyah bisa membayangkan di sana banyak sekali turis asing yang hanya memakai bikini dan pakaian minim bahan. Tapi ia tidak mau peduli. Aisyah berusaha menguatkan hatinya untuk tidak cemburu.'Biarkan saja, toh itu memang sudah menjadi pekerjaannya. Kenapa aku mikirnya enggak-enggak,' batin Aisyah."Kok diam, pasti melamun lagi," kata Ariel menoyor dahi istrinya."Apaan sih," ucap Aisyah cemberut.Melihat wajah istrinya yang cemberut , Ariel penasaran apa yang terlintas dalam pikiran Aisyah."Kamu sedang mikirin apa?" tanya Ariel."Enggak, nggak pa ... pa," jawab Aisyah berkelit. Ia lebih memilih menahan isi hatinya dengan berkutat memasukkan pakaian suaminya ke koper."
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat
"Dimana kau Aisyah," gumam Ariel.Pria berwajah tampan itu akhir-akhir ini sulit untuk tidur. Ia sering memikirkan isterinya yang pergi entah kemana. Ariel sudah membayar orang untuk mencari Aisyah, tapi belum ada kabar yang menggembirakan dari orang suruhannya.Di sela-sela jadwal syutingnya yang padat, dia juga sering menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Aisyah. Baginya, Aisyah seperti di telan bumi. Hilang tanpa jejak.Hal itu membuat Ariel kurang bersemangat, ia menjalankan ritinitas pekerjaannya serasa membosankan tanpa kehadiran Aisyah. Aisyah adalah penghilang dahaganya di oase. Tapi penghilang dahaga itu telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah terus saja menghantui hatinya. Ia sadar sudah melukai hati Aisyah terlalu dalam. Lamunan Ariel buyar manakala ponselnya menyala. Bukan telepon yang masuk melainkan notifikasi pesan dari Marini. Ia kesal mengapa wanita itu terus mengganggunya. Dengan malas ia membuka pesan dari Marini. Wanita itu mengirimkan gambar tespek bergar
"Akhirnya kau datang juga," kata Marini. Ariel tidak menggubris perkataan Marini. Ia langsung membuka pintu mobilnya tanpa banyak kata."Masuk!"Marini berjalan melanggang masuk ke dalam mobil Ariel. Lelaki itu mulai menyetir mobilnya, entah kemana Ariel membawa Marini pergi. Marini tersenyum melihat wajah tampan pria yang duduk di sampingnya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta sepanjang waktu."Apa kita mau ke hotel?" tanya Marini percaya diri. "Tidak, ke neraka!" Ariel semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Marini pias. Ia takut kalau Ariel akan membuktikan ucapannya."Jangan main-main, aku tidak mau mati sekarang!" teriak Marini. "Kau sudah membuatku terpisah dengan orang yang aku cintai, apa bedanya kematian bagiku," ancam Ariel."Tidak, aku tidak mau mati!""Tolong hentikan mobilnya! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Marini."Hahaha, kau takut mati juga!""Katamu, kau cinta mati padaku. Tapi tidak mau mati bersamaku. Cintamu omong kosong!" ledek Ariel."Sekara
Ariel melihat Wildan di lokasi syuting sendirian tanpa Aisyah. Itu berarti Aisyah kemarin tidak pergi bersama Wildan. Lalu kemana Aisyah sebenarnya, mengapa pergi tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya sehingga dia buru-buru pulang? Berbagai spekulasi muncul dalam benak Ariel. Namun ia belum menemukan jawaban yang benar, semua itu hanya perkiraannya saja.Syuting berjalan agak alot tidak seperti biasanya, karena Ariel selalu saja salah memerankan adegan tokohnya. Ia cenderung suka melamun tidak seperti biasanya. Hingga Sang Sutradara sering marah dan tidak sabaran dengan ulah Ariel."Kita sedang kejar tayang, kalau kamu punya masalah pribadi aku harap tidak usah kamu bawa-bawa dalam peranmu," kata Sutradara lirih sembari menepuk pundak Ariel. Wildan juga terlihat galau, ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah mengapa tiba-tiba tidak mau bekerja padanya lagi. Apakah ada kesalahan yang pernah di perbuatnya hingga Aisyah tidak kerasan beker