Kepergian Aisyah membuat Ariel merasa kesepian luar biasa. Tak ada lagi wajah polos yang menghiasi hari-harinya. Aisyah adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat hari-hari Ariel terasa berwarna.Tak ada cara lain lagi, Ariel nekat mengendarai mobil sportnya menuju ke rumah Aisyah. Semua jadwal syuting ia cancel demi menemui Aisyah. Entah sejak kapan dirinya bisa segila itu. Meninggalkan pekerjaannya hanya demi seorang wanita.Panggilan telepon berulang kali di reject Aisyah. Ariel bertambah gelisah, ia tidak menyangka jika Aisyah semarah itu. Ia semakin mempercepat kemudi setirnya, tak sabar rasanya agar cepat bertemu dengan pujaan hatinya.Bu Marni yang tengah membereskan meja tamu, terkejut dengan suara mobil menderu masuk ke pekarangannya. Ia melongok keluar, mobil itu tak asing baginya. Tidak seperti biasanya Bu Marni mengacuhkan tamu yang datang. Ia lebih memilih masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.Ariel kaget melihat pintu rumah Bu Marni di tutup waktu dia datang.
"Tidak bisa, kau tidak bisa menikah sekarang. Kontrak yang kamu tanda tangani berjalan dengan syarat statusmu belum menikah selama syuting film itu berlanjut. Penggemar lebih suka seorang artis yang masih muda dan melajang. Mereka akan bertambah ngefans berat," tukas manager Ariel."Kalau begitu, batalkan semua kontrak itu," jawab Ariel seenaknya."Tidak boleh, kita akan rugi besar," tolak managernya."Lalu, pikirkan caranya biar aku tetap menikah dengan Aisyah," kata Ariel. Ia sudah gundah memikirkan karirnya yang terancam dan pernikahannya."Begini saja, pernikahan kalian lakukan diam-diam. Aku akan mengundang penghulu dan mengurus semua administrasinya," kata manajer Ariel."Ya, sudah. Lakukan yang menurutmu baik. Jangan sampai pernikahanku dengan Aisyah gagal," ancam Ariel."Tenang saja," ujar manajernya menepuk pundak Ariel."Singkirkan tanganmu dari pundakku. Aku bukanlah anak kecil.""Ya, Bos," jawab manajernya lesu.Di hadapan bawahannya Ariel tetaplah seperti singa yang menye
Ariel kehabisan akal, entah bagaimana lagi ia meluluhkan hati Aisyah. Wanita itu memang sulit di tebak, jika suasana hatinya sedang marah maka akan terlihat sangat menakutkan. "Aisyah, aku ingin memelukmu. Boleh?" tanya Ariel. Tak ada sahutan. Ariel mencoba memberanikan diri menengok wajah Aisyah. "Sial, dia sudah tidur rupanya. Berarti aku dari tadi ngomong sendiri," keluh Ariel. ** Pagi hari Ariel tidak mendapati Aisyah di tempat tidurnya. Tapi ia mencium bau harum masakan dan sedikit suara gaduh di dapur. "Jam berapa sekarang?" Ariel melihat ke arah jam weker di atas nakasnya. "Jam delapan? Selama itukah aku tertidur? Kenapa dia tidak membangunkanku?" gumam Ariel. Ia pun segera bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. "Belum malam pertama saja sudah telat bangunnya. Apalagi kalau tadi malam lembur," kata Ariel pada dirinya sendiri sambil gosok gigi. Ia pun berkumur-kumur yang di lanjutkan dengan ritual mandinya. Tak ingin berlama-lama di kamar mandi, Ari
Tak ada yang tahu memang jika Ariel dan Aisyah sudah menikah. Hanya manajer Ariel yang mengetahui rahasia pernikahan mereka. Keberadaan Aisyah bersama Ariel di sangka hanya sebatas sepasang kekasih atau pun asisten make up. Beruntung dua hari ini Ariel berhasil mendapatkan cuti. Meskipun sebelumnya mengalami kesulitan dalam pembagian jadwalnya yang super ketat.Terlihat Aisyah tengah membereskan piring-piring bekas makan mereka tadi. Ariel menunggu Aisyah menyelesaikan tugasnya, baru kali ini dalam rumahnya ada seorang wanita yang memasak untuknya.Ariel merasa di perhatikan meskipun sikap Aisyah terkadang dingin padanya. Buat Ariel tidak masalah yang penting setiap hari ia bisa melihat Aisyah. Tubuh ramping dengan memakai baju tidur itu membalikkan badannya. Melihat Ariel yang cengar-cengir masih menatapnya. Aisyah membalas dengan senyum hambarnya. Ia lalu memilih untuk meninggalkan Ariel sendiri. Tak ingin di tinggalkan, buru-buru Ariel mengejar Aisyah."Eh, mau kemana?" tanya Ari
Aisyah tidak menjawab ia masih sibuk menyisir rambutnya. Karena gemas Ariel memutar kursi Aisyah menghadap pada dirinya. "Istriku sayang, apa kau ingin ku cium lagi," ancam Ariel. Kaget dengan pernyataan Ariel, buru-buru Aisyah mengeluarkan suaranya. "Apaan sih," ujarnya. "Nah, gitu kan lebih baik," kata Ariel. Ia menempelkan dahinya di dahi Aisyah, hidung mereka bergesekan. Tinggal berapa senti saja bibir Aisyah bertemu dengan bibir Ariel. "Santai saja, istriku sayang. Aku hanya menggodamu saja," kata Ariel memundurkan tubuhnya. Hampir saja jantung Aisyah melompat keluar, tindakan Ariel membuat dirinya salah tingkah. "Kamu kenapa sih, mengerjaiku terus?" rutuk Aisyah. "Mukamu lucu kalau di kerjain. Lagi pula kalau aku mau juga tidak masalah. Kau istri sahku, kan," ucap Ariel. "Tidak boleh, aku tidak mau. Aku masih trauma di terkam harimau waktu itu," keluh Aisyah mengingatkan kejadian waktu di kontrakan Marini. "Hei, kata ibu kalau istrinya mau dapet pahala, loh," goda Ariel
Cuti Ariel dua hari sudah usai. Mereka tidak jadi bulan madu, Aisyah masih enggan melakukannya dengan Ariel. Pernikahan sembunyi-sembunyi itu hanya mereka dan manager Ariel yang tahu. "Mau syuting dimana hari ini?" tanya Aisyah menyiapkan koper untuk suaminya."Di pantai Kuta Bali," jawab Ariel. "Ooh."Dalam pikiran Aisyah bisa membayangkan di sana banyak sekali turis asing yang hanya memakai bikini dan pakaian minim bahan. Tapi ia tidak mau peduli. Aisyah berusaha menguatkan hatinya untuk tidak cemburu.'Biarkan saja, toh itu memang sudah menjadi pekerjaannya. Kenapa aku mikirnya enggak-enggak,' batin Aisyah."Kok diam, pasti melamun lagi," kata Ariel menoyor dahi istrinya."Apaan sih," ucap Aisyah cemberut.Melihat wajah istrinya yang cemberut , Ariel penasaran apa yang terlintas dalam pikiran Aisyah."Kamu sedang mikirin apa?" tanya Ariel."Enggak, nggak pa ... pa," jawab Aisyah berkelit. Ia lebih memilih menahan isi hatinya dengan berkutat memasukkan pakaian suaminya ke koper."
"Sejak kapan kamu kenal Daniel Bagaskara?" tanya Ariel di hotel."Baru saja," jawab Aisyah cuek."Tidak mungkin," sanggah Ariel."Terserah kalau tidak percaya. Lagian ngapain sih kamu cariin aku? Bukannya tadi kamu sama si Amoral itu?" jawab Aisyah julid."Si Amoral?" tanya Ariel makin tidak mengerti dengan perkataan Aisyah. Tapi sesaat setelah paham Ariel tertawa. Bagaimana mungkin Aisyah menjuluki Amora dengan Amoral. Ariel makin gemes saja dengan Aisyah."Cemburu nih ye," goda Ariel."Ya enggaklah, ngapain cemburu sama di bebek yang kerjaannya hanya nyosor aja tiap ketemu," balas Aisyah.Lagi-lagi Ariel di buat tertawa terpingkal-pingkal dengan perkataan Aisyah. Wanita itu asal bicara saja tapi buat Ariel sangat lucu."Ih, ketawa terus. Aku lagi sebel, Mas malah ketawain aku," balas Aisyah."Kamu lucu sih, sini aku cium biar marahnya ilang," bujuk Ariel."Ogah, ah. Bibir Mas kan bekas Amora, aku gak mau," tolak Aisyah."Tadi kan cuman akting, Aisyh. Gak beneran," balas Ariel."Sama
Aisyah tampak malu waktu berpapasan dengan Ariel. Ia ingat bagaimana tadi malam hampir saja ia pasrah menyerahkan dirinya pada suaminya. Ia memukul kepalanya sendiri, merasa dirinya manusia paling bodoh sedunia. Bagaimana bisa dengan polosnya ia menerima semua sentuhan pria itu tanpa perlawanan sama sekali."Kau kenapa memukuli kepalamu sendiri?" tanya Ariel."Tidak apa-apa," sahut Aisyah. Ia tidak ingin Ariel tahu apa yang tengah di pikirkannya."Benar, tidak apa-apa?" tanya Ariel sekali lagi."Bener, lagian ngapain sih tanya-tanya terus," gerutu Aisyah."Kali aja kamu masih keinget kejadian pas itu," goda Ariel."Apaan sih, kan kamu yang mulai duluan," tangkis Aisyah."Tapi kamu menikmatinya, kan?" goda Ariel."Berhenti, tidak usah menyebut kejadian itu lagi. Memikirkannya saja aku nyesel!" seru Aisyah."Kok nyesel, perasaan kamu menikmatinya. Bahkan ingin lanjut," sambung Ariel."STOP jangan lanjutkan lagi!" "Kenapa? Kau terlihat sangat seksi, dan aku juga belum menuntaskannya," k