"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Benarkah kamu akan ke kota untuk mencari pekerjaan?" tanya Bu Marni pada putri semata wayangnya."Iya, Bu. Apa kita akan terus hidup seperti ini," kata Aisyah mengemasi pakaiannya dalam tas besar."Tapi, kamu hanya lulusan sekolah menengah jurusan kecantikan, apa ijazahmu akan laku di sana?" tanya ibunya ragu."Nanti aku akan kerja di salon Bu. Di Jakarta Aisyah akan meminta tolong pada Marini untuk mencarikan pekerjaan," terang Aisyah."Ya, sudah. Kamu menginap dulu di kontrakan Marini. Setelah dapat pekerjaan kamu cari kosan, jangan merepotkan orang lain," nasehat Bu Marni."Iya, Bu. Aisyah mengerti. Kalau begitu Aisyah pamit, jaga diri ibu baik-baik." Aisyah mencium punggung tangan ibunya. Wanita itu meneteskan air matanya, ia sebenarnya berat melepas kepergian putri semata wayangnya. Tapi, Aisyah bersikeras untuk bekerja di kota. Marni juga kasihan jika Aisyah menjadi bahan gunjingan tetangga karena setelah lulus hanya menjadi pengangguran. Ap
Aisyah merasa dirinya sangat kotor, ia membungkus tubuhnya yang polos dengan selimut. Sementara Ariel keluar dari kamar Marini karena ketakutan. Baru kali ini ia merasa takut menodai anak orang. Karena semua wanita yang di gaulinya memang sudah tidak virgin. Dan ini pertama kalinya ia mengambil keperawanan seorang gadis. Kepalanya sangat pusing, saat ia berjalan keluar tiba-tiba ia bertabrakan dengan Marini."Sayang, mau kemana?" tanya Marini."Tidak, aku ... aku, aku pergi dulu," kata Ariel terburu-buru. Ia bingung harus berkata apa. Ia hanya ingin menenangkan dirinya untuk sementara waktu. Marini bingung dengan tingkah kekasihnya. Ia baru ingat jika Aisyah hari ini datang, langsung Marini bergegas mencari Aisyah di dalam rumah.Marini mendapati Aisyah menangis terisak-isak di kamarnya. Kamar masih gelap Marini segera menyalakan lampunya. Matanya membelalak kaget melihat Aisyah duduk berbalut selimut dalam keadaan mengenaskan. Dan bercak darah merah yang
Marini berjalan mendekat ke arah Ariel. Tiba-tiba tangannya melayang ke arah pipi Ariel.“PLAAK!”Ariel meringis kesakitan meraba pipinya sendiri. Matanya membulat marah melihat ke arah Marini."Kamu tahu, wajahku ini adalah aset. Berani sekali kau menamparku!" balas Ariel."Itu pantas buatmu karena telah menodai temanku!" jawab Marini ketus."Bukan aku yang salah, dia sendiri yang tidur di kamarmu! Aku pikir dia adalah dirimu, dan kondisiku sedang mabuk jadi aku tidak bisa membedakan itu kamu atau bukan. Jadi, kau tidak bisa seenaknya menyalahkanku!" bantah Ariel. Ia membela diri jika itu bukan semata-mata kesalahannya."Tapi, jangan Aisyah. Dia gadis polos yang datang dari desa. Kau boleh berulang kali tidur denganku, tidak Aisyah. Dia berbeda!" sentak Marini.Wanita itu terduduk di sofa, ia menangis dadanya terasa sesak menghadapi kenyataan jika Ariel yang telah merenggut kehormatan sahabatnya."Lalu, apa yang ha
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat
"Dimana kau Aisyah," gumam Ariel.Pria berwajah tampan itu akhir-akhir ini sulit untuk tidur. Ia sering memikirkan isterinya yang pergi entah kemana. Ariel sudah membayar orang untuk mencari Aisyah, tapi belum ada kabar yang menggembirakan dari orang suruhannya.Di sela-sela jadwal syutingnya yang padat, dia juga sering menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Aisyah. Baginya, Aisyah seperti di telan bumi. Hilang tanpa jejak.Hal itu membuat Ariel kurang bersemangat, ia menjalankan ritinitas pekerjaannya serasa membosankan tanpa kehadiran Aisyah. Aisyah adalah penghilang dahaganya di oase. Tapi penghilang dahaga itu telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah terus saja menghantui hatinya. Ia sadar sudah melukai hati Aisyah terlalu dalam. Lamunan Ariel buyar manakala ponselnya menyala. Bukan telepon yang masuk melainkan notifikasi pesan dari Marini. Ia kesal mengapa wanita itu terus mengganggunya. Dengan malas ia membuka pesan dari Marini. Wanita itu mengirimkan gambar tespek bergar
"Akhirnya kau datang juga," kata Marini. Ariel tidak menggubris perkataan Marini. Ia langsung membuka pintu mobilnya tanpa banyak kata."Masuk!"Marini berjalan melanggang masuk ke dalam mobil Ariel. Lelaki itu mulai menyetir mobilnya, entah kemana Ariel membawa Marini pergi. Marini tersenyum melihat wajah tampan pria yang duduk di sampingnya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta sepanjang waktu."Apa kita mau ke hotel?" tanya Marini percaya diri. "Tidak, ke neraka!" Ariel semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Marini pias. Ia takut kalau Ariel akan membuktikan ucapannya."Jangan main-main, aku tidak mau mati sekarang!" teriak Marini. "Kau sudah membuatku terpisah dengan orang yang aku cintai, apa bedanya kematian bagiku," ancam Ariel."Tidak, aku tidak mau mati!""Tolong hentikan mobilnya! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Marini."Hahaha, kau takut mati juga!""Katamu, kau cinta mati padaku. Tapi tidak mau mati bersamaku. Cintamu omong kosong!" ledek Ariel."Sekara
Ariel melihat Wildan di lokasi syuting sendirian tanpa Aisyah. Itu berarti Aisyah kemarin tidak pergi bersama Wildan. Lalu kemana Aisyah sebenarnya, mengapa pergi tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya sehingga dia buru-buru pulang? Berbagai spekulasi muncul dalam benak Ariel. Namun ia belum menemukan jawaban yang benar, semua itu hanya perkiraannya saja.Syuting berjalan agak alot tidak seperti biasanya, karena Ariel selalu saja salah memerankan adegan tokohnya. Ia cenderung suka melamun tidak seperti biasanya. Hingga Sang Sutradara sering marah dan tidak sabaran dengan ulah Ariel."Kita sedang kejar tayang, kalau kamu punya masalah pribadi aku harap tidak usah kamu bawa-bawa dalam peranmu," kata Sutradara lirih sembari menepuk pundak Ariel. Wildan juga terlihat galau, ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah mengapa tiba-tiba tidak mau bekerja padanya lagi. Apakah ada kesalahan yang pernah di perbuatnya hingga Aisyah tidak kerasan beker