Cuti Ariel dua hari sudah usai. Mereka tidak jadi bulan madu, Aisyah masih enggan melakukannya dengan Ariel. Pernikahan sembunyi-sembunyi itu hanya mereka dan manager Ariel yang tahu. "Mau syuting dimana hari ini?" tanya Aisyah menyiapkan koper untuk suaminya."Di pantai Kuta Bali," jawab Ariel. "Ooh."Dalam pikiran Aisyah bisa membayangkan di sana banyak sekali turis asing yang hanya memakai bikini dan pakaian minim bahan. Tapi ia tidak mau peduli. Aisyah berusaha menguatkan hatinya untuk tidak cemburu.'Biarkan saja, toh itu memang sudah menjadi pekerjaannya. Kenapa aku mikirnya enggak-enggak,' batin Aisyah."Kok diam, pasti melamun lagi," kata Ariel menoyor dahi istrinya."Apaan sih," ucap Aisyah cemberut.Melihat wajah istrinya yang cemberut , Ariel penasaran apa yang terlintas dalam pikiran Aisyah."Kamu sedang mikirin apa?" tanya Ariel."Enggak, nggak pa ... pa," jawab Aisyah berkelit. Ia lebih memilih menahan isi hatinya dengan berkutat memasukkan pakaian suaminya ke koper."
"Sejak kapan kamu kenal Daniel Bagaskara?" tanya Ariel di hotel."Baru saja," jawab Aisyah cuek."Tidak mungkin," sanggah Ariel."Terserah kalau tidak percaya. Lagian ngapain sih kamu cariin aku? Bukannya tadi kamu sama si Amoral itu?" jawab Aisyah julid."Si Amoral?" tanya Ariel makin tidak mengerti dengan perkataan Aisyah. Tapi sesaat setelah paham Ariel tertawa. Bagaimana mungkin Aisyah menjuluki Amora dengan Amoral. Ariel makin gemes saja dengan Aisyah."Cemburu nih ye," goda Ariel."Ya enggaklah, ngapain cemburu sama di bebek yang kerjaannya hanya nyosor aja tiap ketemu," balas Aisyah.Lagi-lagi Ariel di buat tertawa terpingkal-pingkal dengan perkataan Aisyah. Wanita itu asal bicara saja tapi buat Ariel sangat lucu."Ih, ketawa terus. Aku lagi sebel, Mas malah ketawain aku," balas Aisyah."Kamu lucu sih, sini aku cium biar marahnya ilang," bujuk Ariel."Ogah, ah. Bibir Mas kan bekas Amora, aku gak mau," tolak Aisyah."Tadi kan cuman akting, Aisyh. Gak beneran," balas Ariel."Sama
Aisyah tampak malu waktu berpapasan dengan Ariel. Ia ingat bagaimana tadi malam hampir saja ia pasrah menyerahkan dirinya pada suaminya. Ia memukul kepalanya sendiri, merasa dirinya manusia paling bodoh sedunia. Bagaimana bisa dengan polosnya ia menerima semua sentuhan pria itu tanpa perlawanan sama sekali."Kau kenapa memukuli kepalamu sendiri?" tanya Ariel."Tidak apa-apa," sahut Aisyah. Ia tidak ingin Ariel tahu apa yang tengah di pikirkannya."Benar, tidak apa-apa?" tanya Ariel sekali lagi."Bener, lagian ngapain sih tanya-tanya terus," gerutu Aisyah."Kali aja kamu masih keinget kejadian pas itu," goda Ariel."Apaan sih, kan kamu yang mulai duluan," tangkis Aisyah."Tapi kamu menikmatinya, kan?" goda Ariel."Berhenti, tidak usah menyebut kejadian itu lagi. Memikirkannya saja aku nyesel!" seru Aisyah."Kok nyesel, perasaan kamu menikmatinya. Bahkan ingin lanjut," sambung Ariel."STOP jangan lanjutkan lagi!" "Kenapa? Kau terlihat sangat seksi, dan aku juga belum menuntaskannya," k
Ketegangan itu teralihkan dengan kedatangan seorang tamu penting. Dialah Daniel Bagaskara seorang CEO muda yang diam-diam mendanai film yang di perankan oleh Ariel. "Ssst, dia datang," bisik yang lainnya. Herannya, Daniel Bagaskara justru berjalan mendekati Aisyah yang tengah sibuk merapikan alat make upnya. "Halo Nona, kita bertemu lagi," sapanya ramah. Ariel geram, baru saja ia menyingkirkan Wildan sebagai pesaingnya. Kini datang rival yang lain. Dan ia sadar rivalnya kali ini jauh lebih kuat dari rival yang lainnya. Karena ia tahu siapa sebenarnya Daniel Bagaskara. "Apa keperluanmu kemari?" serbu Ariel. Ia tidak mau Daniel mengganggu Aisyah. Aisyah adalah miliknya. Tak ada seorang pun yang boleh mengambil miliknya. "Tentu saja menyapa temanku," jawab Daniel santai sembari menatap wajah ayu Aisyah. Wanita itu memilih menundukkan wajahnya. "Aisyah, bagaimana kalau sehabis ini kita makan siang," ajak Daniel. Aisyah melirik pada Ariel. Ia yakin laki-laki itu tidak akan mengijin
"Maaf, tidak menyuruhmu masuk. Aku tinggal di hotel untuk sementara waktu ini," ucap Aisyah setelah turun dari mobil Daniel. "Oh, iya. Aku harap lain waktu kau tidak menolak tawaranku untuk makan malam," ucap Daniel tersenyum ramah.'Tentu saja aku menolak Tuan Tampan, aku sudah menikah. Apa kata suamiku nanti. Bisa-bisa dia akan membunuhku,' batin Aisyah.Aisyah hanya menjawab dengan senyuman. Ia tidak mau memberi harapan pada Daniel Bagaskara. Lagi pula posisinya sebagai seorang istri membuat Aisyah urung untuk menerima tawaran dari pria lain.Di kamar atas, Ariel membuka tirai gorden. Ia melihat percakapan Aisyah dengan Daniel Bagaskara. Amarahnya semakin meletup-letup karena istrinya berbicara dengan rivalnya. Setelah itu ia menutup gordennya lagi. Ia memikirkan cara bagaimana memberikan hukuman pada Aisyah yang telah berani main di belakangnya. Ariel yang di penuhi api cemburu tak tahan ingin melabrak Aisyah.CeklekPintu kamar hotel di buka, pandangan Aisyah mengedar ke seluru
"Kau bisa datang kan hari ini ke rumah sakit?" tanya seseorang di telepon."Tidak, biarkan saja dia mendapatkan ganjarannya," balas Ariel."Kau tidak bisa terus-menerus seperti itu. Bagaimanapun dia adalah papamu, orang yang turut andil kau bisa ada di dunia ini," ucap penelepon."Terserah apa katamu, sudah kubilang orang itu sudah ku anggap mati semenjak menikahi wanita lain. Dia adalah penyebab mama meninggal!" balas Ariel ketus. Ia pun mengakhiri teleponnya. Ada rasa kesal di hatinya. Harusnya ia tidak mengangkat telepon itu. Aisyah tidak sengaja mendengar pembicaraan Ariel. Ia penasaran, siapakah yang menelepon Ariel sebenarnya. Mengapa suaminya itu terlihat sangat kesal."Siapa sih?" celetuk Aisyah tiba-tiba.Ariel kaget, ia pun menoleh ke belakang sembari menggenggam erat ponselnya."Sejak kapan kamu di situ?" Ariel malahan balik bertanya."Sejak tadi, tapi tenang saja aku nggak menguping semuanya kok," sahut Aisyah. Ia takut Ariel akan marah bila privasinya di ketahui orang l
Seorang pria paruh baya terlihat sedang tertidur. Tangannya di infus, dan Aisyah makin tidak mengerti mengapa Daniel membawanya ke rumah sakit untuk menemui seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya."Ss ... siapa dia?" ucap Aisyah lirih."Dia adalah Devon Bagaskara, papaku dan Ariel," terang Daniel yang cukup mengejutkan Aisyah.Ariel tidak pernah menceritakan padanya selama ini tentang keluarganya. Dan ... Daniel, bukankah mereka sudah beberapa kali bertemu, mengapa Ariel tidak pernah mengatakan sebelumnya jika keduanya bersaudara.Daniel tahu Aisyah cukup terkejut mendengar pengakuannya. Terlihat jelas di wajah gadis ayu itu."Kami berdua memang saudara, tapi beda ibu. Ariel adalah pemilik sah dari perusahaan yang di miliki papanya. Karena dia anak dari istri pertama papa yang sudah meninggal. Sedangkan aku, aku hanya saudara tirinya yang merupakan pewaris kedua kekayaan keluarga Bagaskara," terang Daniel.Aisyah belum sempat memberikan komentarnya. Lelaki paruh baya yang terbar
Canda Ariel berhenti manakala ada sebuah ketukan pintu dari luar. Mereka berdua saling menatap satu sama lain seolah keduanya memikirkan hal yang sama."Siapa yang mengetuk pintu?" tanya Aisyah."Entahlah, apa kau pesan makanan?" tanya balik Ariel."Enggak, tuh," jawab Aisyah."Kalau begitu kamu sembunyi di kamar mandi sana, takutnya ada yang melihat," balas Ariel. Pernikahan mereka yang sembunyi-sembunyi membuat mereka harus bersikap ekstra hati-hati.Setelah Aisyah masuk ke dalam kamar mandi, Ariel membukakan pintunya. Ia kaget dengan sosok wanita paruh baya yang berdiri di depannya."Untuk apa kau kemari?" tanya Ariel dingin."Boleh aku masuk?" tanya wanita itu."Tidak boleh, cukup katakan saja apa kepentinganmu!" balas Ariel ketus.Wanita paruh baya itu menatap Ariel dengan tatapan memelas. Seakan mengharapakan sesuatu dari Ariel. "Pulanglah," jawab wanita itu."Kemana?" tanya Ariel sinis."Ke rumah," jawab wanita itu dengan bibir gemetar."Rumah? Rumah mana yang kau maksudkan?!"