Aku malah memanggil Lina terlebih dahulu, "Kak Lina, aku datang sekarang. Apa aku buka pintu sendiri atau kamu yang buka pintunya untukku?""Buka saja pintunya dan masuk, aku di kamar," kata Lina di telepon."Oke."Aku langsung mengeluarkan kunci, membuka pintu dan masuk.Lina melambai padaku di kamar tidur, "Edo, di sini."Aku berjalan ke kamar tidur sambil membawa kotak peralatan.Lina tengkurap di ranjang.Tanpa sadar aku bertanya, "Kak Lina, kamu kenapa?""Saat aku naik ke atas tadi, pinggangku tiba-tiba terkilir," kata Lina dengan perasaan bersalah."Oh, biar kuurut."Aku membuka kotak peralatan dan mengeluarkan sebotol salep.Salep ini diracik oleh ayahku.Ini sangat efektif dalam mengobati memar dan cedera."Kak Lina, aku buka bajumu." Aku tidak berani menyinggung, jadi meminta pendapat Lina terlebih dahulu.Lina tersipu dan berkata, "Kamu, kamu buka saja."Lina mengenakan piama sutra, tapi tipe atasan dan bawahan terpisah.Atasannya adalah model suspender dan bagian bawah adala
Aku berkata dengan sedih, "Kak Lina, kamu yang bertanya padaku dulu, sekarang kamu bilang begitu."Lina tersipu dan berkata dengan malu, "Aku salah. Aku nggak seharusnya seperti ini. Edo, jangan marah, oke?"Lina ternyata membujukku.Ini membuatku tersanjung.Aku langsung tersenyum dan berkata, "Aku nggak akan marah pada Kak Lina.""Edo baik sekali.""Edo, bawakan aku selimut.""Oke."Aku membantu Lina mengambil selimut dari lemari.Saat aku berbalik, aku menemukan Lina berbaring di ranjang.Ini membuatku bertanya-tanya.Bukankah Lina bilang dia pinggangnya terkilir?Bagaimana dia berbalik?Selain itu, kenapa dia berbaring?Biarpun aku bingung, aku tidak bertanya lagi.Lina tersipu dan berkata, "Bantu aku tutupi dengan selimut."Dengan lembut aku membantu Lina menutupi tubuhnya dengan selimut.Lina pun berkata, "Edo, tolong pijat kakiku.""Kak Lina, apakah kakimu terkilir juga? Yang terkilir di bagian mana?""Kedua kakiku agak sakit, bantu aku pijat.""Oke."Aku duduk di samping ranjan
Meraba area pahanya.Ini membuatku sangat bersemangat dan jantungku berdebar kencang.Aku benar-benar menyentuh paha Lina.Ini sungguh luar biasa.Bagi Lina yang memiliki kepribadian konservatif, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.Aku menemukan bahwa ketika aku menyentuh pahanya, wajah Lina jelas-jelas lebih merah.Tapi, aku juga memperhatikan kedua tangan Lina ada di dalam selimut.Area di bawahnya juga tampak sedikit menggeliat.Sebuah ide yang sangat berani muncul di benakku.Mungkinkah Lina sedang ....Jantungku hampir copot karena kegembiraan.Aku pikir kalau ini masalahnya, mungkin aku bisa lebih berani dan mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Lina.Jadi, tanganku perlahan terus bergerak ke atas paha Lina.Asalkan naik sedikit lagi, maka akan mencapai bagian atas pahanya. Dengan begini, aku bisa tahu apakah tangannya ada di sana.Jantungku hampir copot.Aku menjadi lebih tegang.Pada saat aku terus naik ke tas, Lina tiba-tiba berkata, "Edo, jangan!"Suasana hatiku yang ba
Biarpun aku belum pernah makan daging burung, aku pernah melihat burung terbang.Kelicinan di tangan kanan Lina jelas sesuai dengan tebakanku tadi.Tiba-tiba aku bersemangat."Kak Lina, ternyata kamu menginginkannya. Kamu bisa memberitahuku, aku bisa memuaskanmu."Entah dari mana aku mendapat keberanian untuk meraih tangan Lina lagi dan berkata dengan penuh semangat.Lina sebaliknya ingin menemukan celah di tanah dan merangkak ke dalamnya.Benar saja, dia ketahuan.Dia ingin mati."Lepaskan aku, lepaskan aku!""Kamu melihatku dalam keadaan memalukan, lebih baik aku mati saja."Aku bertanya dengan bingung, "Kak Lina, kenapa kamu berpikir begitu?"Lina menatapku dengan mata merah dan berkata, "Bukankah begitu? Aku selalu bersikap sopan dan mulia di depanmu.""Tapi, barusan kamu mengetahui aku melakukan hal seperti itu. Apakah kamu nggak akan meremehkanku?"Aku segera berkata, "Bagaimana mungkin? Kenapa aku harus meremehkanmu?""Kamu punya kebutuhan dan suamimu nggak ada di rumah. Kamu me
"Jangan bicara lagi. Kalau kamu begini lagi, aku akan marah."Aku tahu dia sangat mempercayai suaminya, dia tidak mau mendengarkan apa pun yang aku katakan sekarang.Lupakan saja, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi."Kak Lina, mandilah.""Ganti pakaian bersih, aku akan memijatmu dengan baik nanti."Lina akhirnya tersenyum dan berkata, "Edo, kamu benar-benar baik, tapi sayangnya aku hanya bisa menjadi kakakmu.""Tapi, jangan berkecil hati. Aku kenal banyak wanita, beberapa di antaranya masih lajang. Aku bisa memperkenalkan mereka padamu."Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Lupakan saja, aku nggak menginginkan siapa pun selain kamu.""Hei, kenapa kamu begitu keras kepala?"Lina mengatakan ini, tapi hatinya sedikit bahagia.Wanita mana yang tidak ingin pria mencintainya sepenuh hati?Seorang laki-laki adalah pemuda sampai dia mati.Seorang wanita tetap seorang gadis sampai dia meninggal!"Kalau begitu aku mandi dulu."Lina bangkit dan pergi ke kamar mandi.Sebelum pergi, dia mel
Kami berdua saling memandang, keduanya merah padam mukanya.Aku benar-benar tidak sabar untuk mencari tempat untuk bersembunyi.Aku tertangkap basah oleh Lina ketika melakukan hal semacam ini lagi.Ini sangat memalukan.Yang terpenting kali ini aku berada di rumah Lina dan di atas ranjangnya.Ditutupi oleh selimut yang baru saja dia pakai.Lina akan memarahiku habis-habisan.Tapi, kali ini entah kenapa, Lina tidak bergerak.Hal ini membuatku semakin tidak nyaman.Aku tergagap saat berbicara, "Kak Lina, jangan marah, tadi aku merasa nggak nyaman sekali, makanya ....""Kamu, kamu boleh memukul dan memarahiku, tapi jangan mengusirku.""Kak Lina, kumohon."Aku benar-benar ingin menyerbu dan meminta maaf kepada Lina, tapi aku belum memakai celana, jadi aku tidak bisa peri dengan telanjang.Akan aneh kalau Lina tidak menamparku sampai mati.Jadi aku cemas dan tidak berdaya.Aku sangat malu.Adapun Lina, dia tidak mengatakan apa pun kepadaku kali ini, dia hanya tersipu dan berjalan keluar.La
Lina buru-buru menarik tangannya kembali."Edo, apa yang kamu lakukan?""Biar kamu pukul aku. Dengan begini, kamu bisa melampiaskan amarahmu dan kamu nggak akan marah padaku."Lina tersipu dan berkata, "Siapa bilang aku marah padamu?"Saat aku mendengar Lina mengatakan ini, mataku langsung melebar.Karena aku sungguh tidak pernah menyangka kalau Lina tidak marah padaku kali ini.Saking gembiranya, tanpa sadar aku meraih tangan Lina."Kak Lina, baguslah kamu benar-benar nggak marah padaku."Tangan halus Lina dipegang erat olehku.Lina merasakan kekuatan di tanganku dan detak jantungnya bertambah cepat tanpa bisa dijelaskan.Dia awalnya bersemangat dan gelisah, sekarang dia merasakan kekuatan laki-laki dariku, jadi keinginan batinnya terpancing lagi.Apalagi dia bisa melihat otot dadaku di balik kaus.Dia hampir terjerumus."Edo ...." Lina bernapas cepat dan bergumam sambil menatapku.Saat itu aku masih sedikit bingung, sehingga tanpa sadar aku bertanya, "Kak Lina, ada apa?""Ah, nggak,
"Kak Lina, bagaimana bodiku?" Aku semakin berani menggoda Lina.Lina melirikku dengan cepat, lalu buru-buru memalingkan wajahnya.Ada dua rona merah di wajahnya."Kamu berani sekali, kamu berani menggodaku.""Percaya nggak, aku akan mengusirmu sekarang?"Aku tersenyum dan berkata, "Kak Lina nggak akan usir aku, karena Kak Lina nggak rela.""Siapa bilang aku nggak rela? Aku akan mengusirmu sekarang dan membiarkanmu keluar telanjang, coba lihat apa kamu malu?"Lina berkata dan datang untuk memegang lenganku.Dengan tangan dan kakinya yang kecil, bagaimana dia mampu melawanku?Awalnya aku ingin menggodanya, jadi aku menariknya pelan, tapi kakiku terpeleset dan pintu kamar mandi terhantam hingga terbuka olehku.Lina juga ditarik ke kamar mandi olehku.Dia bahkan langsung melompat ke pelukanku.Merasakan wanita lembut di pelukanku, seluruh tubuhku tiba-tiba menjadi tegang.Lina yang terbaring di pelukanku yang kuat juga tersipu.Airnya masih mengalir dari pancuran.Tak lama kemudian, Lina d
Helena hanyalah simpanan Tiano. Namun, dia bisa memperoleh kehormatan sebesar itu. Belum lagi jika Tiano sendiri yang berada di sini."Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kalau orang tua itu mempersulitmu?" Kiki tampak khawatir.Aku selalu takut pada Tiano. Bahkan saat aku mendengar nama Tiano, aku langsung ingin menjauh darinya.Namun, ketika momen itu benar-benar tiba, aku tidak begitu takut lagi.Tidak ada yang terjadi antara aku dan Helena. Kami tidak memiliki hubungan apa pun. Mengapa aku harus takut padanya?Aku berkata dengan tenang, "Saat musuh datang, aku akan melawannya. Saat mencapai puncak, pasti akan selalu ada jalan keluar. Tolong bantu aku mempersiapkan diri."Kiki buru-buru membantuku untuk mempersiapkan segalanya.Tak lama kemudian, kami mempersiapkan segala keperluan untuk pemijatan.Aku datang ke aula, lalu berkata kepada Tiano, "Pak Tiano, aku sudah siap. Silakan ikuti aku."Tiano berdiri, lalu mengikutiku ke dalam ruangan.Aku memintanya untuk berbaring di meja
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba, aku merasa ngeri.Tiano.Tiano?Melihat orang dengan aura yang begitu kuat dan bernama Tiano, orang pertama yang terlintas di pikiranku adalah Tiano yang aku kenal.Namun, Tiano adalah orang terkenal. Dia telah lama tinggal di ibu kota, jadi dia seharusnya tidak muncul di Kota Jimba.Aku menenangkan diri, lalu bertanya sambil tersenyum, "Pak Tiano, layanan apa yang ingin kamu pilih? Akupunktur? Pijat biasa? Atau pijat buta?"Tiano melirik orang-orang yang hadir. Akhirnya, tatapannya yang tajam itu tertuju pada wajahku. "Aku dengar pijat buta di Aula Damai sangat terkenal. Aku benar-benar ingin mencobanya. Tapi, aku menemukan hal aneh, yaitu tukang pijat buta kalian tampaknya nggak buta."Kebanyakan pelanggan yang biasanya datang ke toko adalah wanita. Sekalipun para pelanggan wanita ini tahu bahwa tukang pijat tuna netra kami tidak buta, mereka tidak akan langsung mengatakannya.Tentu saja, mungkin ada beberapa pelanggan pria yang memp
Aku langsung mengetahui apa yang sedang dipikirkan bocah ini."Nggak apa-apa. Kamu boleh tinggal di sini sesuka hatimu. Tapi, kamu bisa menaklukkannya atau nggak, itu tergantung pada kemampuanmu."Beberapa hari ini, aku kembali ke sini karena ada sesuatu yang harus aku lakukan. Setelah lukaku sedikit pulih besok, aku masih harus pergi ke rumah Harmin.Setelah menghitung hari, mandi obat Harmin akan selesai dalam dua hari.Aku hanya berharap pengobatan selanjutnya akan berjalan lancar. Jika Harmin sembuh, Yuna dan Aula Damai akan tenang.Setelah mengobati lukaku, aku sangat mengantuk hingga ingin tidur. Namun, Zudith terus berbicara padaku dan Kiki.Orang itu sangat bersemangat seolah-olah dia telah meminum obat energi. Akhirnya, aku kelelahan hingga tertidur di sofa.Keesokan paginya, aku dan Kiki pergi bersama. Kami takut setelah Zudith bangun, dia akan mengajak kami untuk mengobrol lagi.Tentu saja, Sharlina juga ikut bersama kami.Aku yang mengajak Zudith pulang. Aku tidak baik meni
Aku tidak pernah menyangka bahwa Zudith akan memecahkan masalah keuangan yang telah lama membuatku kewalahan."Zudith, nggak ada lagi yang perlu dikatakan. Ayo bersulang!"Aku mengobrol dengan Zudith untuk waktu lama. Kami seakan punya banyak hal untuk dibicarakan.Pria itu benar-benar pandai membanggakan diri. Terkadang, dia berkata pacarnya bernama Nesha, terkadang Miki dan terkadang Hilda.Mereka yang tidak tahu akan mengira bahwa dia memiliki banyak pacar. Faktanya, aku sudah mengetahui bahwa dia mungkin masih lajang.Malam harinya, Kiki juga datang.Kami bertiga mengobrol sebentar.Zudith juga mengatakan bahwa dia ingin pindah dan tinggal bersama kami.Aku segera menghentikannya. "Sekarang, rumah yang aku sewa hanya memiliki dua kamar tidur dan satu ruang tamu. Salah satu kamar disewakan pada seorang mahasiswi. Kiki dan aku tidur di kamar tidur dan ruang tamu. Kalau kamu datang, kamu tidur di mana?""Mahasiswi? Cantik nggak?" Pikiran Zudith sama sekali tidak tertuju pada kata-kata
Zudith melambaikan tangannya, lalu berkata, "Ada apa? Katakanlah.""Aku ingin kamu membantuku meminjam dana."Aku telah berkonsultasi dengan bank. Jika aku ingin mengambil pinjaman dalam jumlah besar, aku memerlukan penjamin yang memiliki kekuatan finansial.Keluarganya Zudith kaya-raya, jadi dia sangat tepat menjadi penjaminku."Berapa?""3 miliar."Aku berpikir untuk meminjam lebih banyak karena jika aku membuka usaha, pengeluaran tentu tidak akan sedikit. Aku perlu menyimpan sejumlah uang."Kenapa kamu meminjam begitu banyak uang?" tanya Zudith sambil makan.Aku menceritakan padanya bahwa Kiki dan aku berencana untuk membuka klinik bersama.Setelah mendengar ini, Zudith membanting meja dan berdiri. "Edo, kamu dan Kiki membuka klinik bersama, kamu bahkan nggak mengajakku? Apa kamu masih menganggapku sebagai teman?"Aku tertegun. Setelah beberapa saat, aku baru kembali sadar. "Aku nggak tahu kamu akan kembali ke Kota Jimba.""Sekarang, aku sudah kembali. Kamu mau mengajakku nggak?"Ak
Selain itu, keluarga Zudith berasal dari Kota Jimba.Aku mencari nomor telepon Zudith, kemudian meneleponnya.Zudith segera menjawab panggilan itu. "Halo, siapa?""Zudith, ini aku, Edo.""Edo? Ternyata kamu. Kenapa kamu tiba-tiba meneleponku?"Saat kami masih kuliah, orang-orang sering mengejek kami. Mereka mengatakan kami adalah teman tidak bermoral.Awalnya, aku keberatan. Namun, lama-kelamaan aku menyadari bahwa Zudith adalah orang yang baik. Dia suka mengajakku bersenang-senang. Jadi, lama-kelamaan aku pun menerimanya.Namun, pria itu putus kuliah. Konon katanya dia mengejar seorang gadis. Setelah dia keluar, kami jarang berkomunikasi.Beberapa hari yang lalu, aku melihat pesan di lingkaran pertemanannya yang mengatakan bahwa dia telah kembali ke Kota Jimba. Oleh karena itu, aku berpikir untuk menghubunginya."Aku menghubungimu karena alasan tertentu. Di mana kamu? Ayo ketemuan.""Aku nggak punya pekerjaan. Aku hanya makan, minum dan bersenang-senang sepanjang hari. Aku dikurung ol
Perlahan-lahan, aku merasa hal itu cukup menarik. Aku bahkan bertanya-tanya apakah aku harus membelinya.Setelah melihat semua produk itu, aku membantu Diana memilih tiga jenis."Bibi, beli tiga jenis ini saja. Menurutku, ini pasti bagus."Diana melihatnya, lalu berkata, "Oke, aku akan membeli ketiganya terlebih dahulu. Beri tahu aku alamatmu.""Untuk apa kamu meminta alamatku?""Aku akan mengirimkannya padamu terlebih dahulu untuk dicoba. Kalau kamu merasa bagus, aku akan membelinya lagi."Apakah dia menjadikanku sebagai kelinci percobaan?Kali ini, aku tidak menolaknya karena aku benar-benar ingin mencobanya.Aku memberi tahu alamatku padanya.Saat Diana baru selesai berbelanja, pintu ruang VIP dibuka. Kemudian, Bella masuk dari luar sambil mengenakan sepatu hak tinggi.Melihat aku dan ibunya bertingkah aneh, Bella langsung menatap kami dengan tatapan membunuh. "Apa yang kalian berdua lakukan?"Diana meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku meminta Edo untuk mengambil gambar untukku. K
Bella terus tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Aku akan menepati janjiku!""Kalau begitu, kita sepakat. Charlene, tunggu dan lihat saja. Aku pasti akan membuatmu mengejarku."Setelah berkata, aku berbalik dan pergi.Diana sedang mengambil foto di dalam ruang VIP. Saat dia melihatku masuk, dia memintaku untuk memfotonya.Aku tidak berkata apa-apa. Aku mengambil telepon, lalu bersiap mengambil foto.Namun, saat ini sebuah pesan WhatsApp muncul. Saat aku membaca isinya, wajahku langsung memerah.Diana bahkan bertanya di Internet bagaimana mempererat hubungan dengan pasangan di usia paruh baya?Orang di Internet merekomendasikan banyak alat kepadanya. Beberapa dari mereka bahkan mengirimkan gambar benda tersebut."Uhuk ... uhuk ...."Aku sangat terkejut.Diana menyadari keanehanku, lalu dia bertanya, "Ada apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba memerah?""Bibi, lihatlah sendiri." Aku menyerahkan ponselnya.Diana mengambil ponsel dan melihatnya, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Oh ini. Edo,
Diana merasa tidak nyaman. Dia melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, "Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Kamu masih muda, jadi belum punya banyak pengalaman. Wajar saja kalau kamu emosional.""Aduh, aku sangat senang hari ini. Ayo, kita makan malam bersama nanti. Aku akan mentraktirmu."Sebenarnya aku tidak ingin menyetujuinya karena aku ingin pergi mencari Nia.Namun, Bella melotot tajam ke arahku. "Aku khawatir seseorang datang ke sini dengan maksud tertentu."Aku segera menyangkalnya, "Apa maksudku? Bisakah kamu berhenti berpikiran buruk tentangku? Oke, oke. Bukankah hanya makan malam?"Mengapa wanita ini berbicara dengan nada menghina seperti itu?Diana memesan restoran mewah. Dia berkata bahwa dia ingin merayakan putrinya telah merasakan perasaan berhubungan dengan pria.Diana bahkan hampir mengadakan pesta perayaan.Untungnya, Bella menghentikannya."Bu, kalau Ibu berani mengadakan perayaan, aku akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa."Jika Diana merayakan hal ini, apakah Bella m