Kami berdua saling memandang, keduanya merah padam mukanya.Aku benar-benar tidak sabar untuk mencari tempat untuk bersembunyi.Aku tertangkap basah oleh Lina ketika melakukan hal semacam ini lagi.Ini sangat memalukan.Yang terpenting kali ini aku berada di rumah Lina dan di atas ranjangnya.Ditutupi oleh selimut yang baru saja dia pakai.Lina akan memarahiku habis-habisan.Tapi, kali ini entah kenapa, Lina tidak bergerak.Hal ini membuatku semakin tidak nyaman.Aku tergagap saat berbicara, "Kak Lina, jangan marah, tadi aku merasa nggak nyaman sekali, makanya ....""Kamu, kamu boleh memukul dan memarahiku, tapi jangan mengusirku.""Kak Lina, kumohon."Aku benar-benar ingin menyerbu dan meminta maaf kepada Lina, tapi aku belum memakai celana, jadi aku tidak bisa peri dengan telanjang.Akan aneh kalau Lina tidak menamparku sampai mati.Jadi aku cemas dan tidak berdaya.Aku sangat malu.Adapun Lina, dia tidak mengatakan apa pun kepadaku kali ini, dia hanya tersipu dan berjalan keluar.La
Lina buru-buru menarik tangannya kembali."Edo, apa yang kamu lakukan?""Biar kamu pukul aku. Dengan begini, kamu bisa melampiaskan amarahmu dan kamu nggak akan marah padaku."Lina tersipu dan berkata, "Siapa bilang aku marah padamu?"Saat aku mendengar Lina mengatakan ini, mataku langsung melebar.Karena aku sungguh tidak pernah menyangka kalau Lina tidak marah padaku kali ini.Saking gembiranya, tanpa sadar aku meraih tangan Lina."Kak Lina, baguslah kamu benar-benar nggak marah padaku."Tangan halus Lina dipegang erat olehku.Lina merasakan kekuatan di tanganku dan detak jantungnya bertambah cepat tanpa bisa dijelaskan.Dia awalnya bersemangat dan gelisah, sekarang dia merasakan kekuatan laki-laki dariku, jadi keinginan batinnya terpancing lagi.Apalagi dia bisa melihat otot dadaku di balik kaus.Dia hampir terjerumus."Edo ...." Lina bernapas cepat dan bergumam sambil menatapku.Saat itu aku masih sedikit bingung, sehingga tanpa sadar aku bertanya, "Kak Lina, ada apa?""Ah, nggak,
"Kak Lina, bagaimana bodiku?" Aku semakin berani menggoda Lina.Lina melirikku dengan cepat, lalu buru-buru memalingkan wajahnya.Ada dua rona merah di wajahnya."Kamu berani sekali, kamu berani menggodaku.""Percaya nggak, aku akan mengusirmu sekarang?"Aku tersenyum dan berkata, "Kak Lina nggak akan usir aku, karena Kak Lina nggak rela.""Siapa bilang aku nggak rela? Aku akan mengusirmu sekarang dan membiarkanmu keluar telanjang, coba lihat apa kamu malu?"Lina berkata dan datang untuk memegang lenganku.Dengan tangan dan kakinya yang kecil, bagaimana dia mampu melawanku?Awalnya aku ingin menggodanya, jadi aku menariknya pelan, tapi kakiku terpeleset dan pintu kamar mandi terhantam hingga terbuka olehku.Lina juga ditarik ke kamar mandi olehku.Dia bahkan langsung melompat ke pelukanku.Merasakan wanita lembut di pelukanku, seluruh tubuhku tiba-tiba menjadi tegang.Lina yang terbaring di pelukanku yang kuat juga tersipu.Airnya masih mengalir dari pancuran.Tak lama kemudian, Lina d
Kedua tanganku semakin berani.Adapun Lina, sepertinya dia sudah menyerah dan berusaha menikmatinya.Karena aku merasakan kedua tangannya tanpa sadar memeluk pinggangku.Dia benar-benar mengikuti iramaku.Ini membuatku semakin berani.Aku langsung membuka pakaian Lina.Tiba-tiba, pemandangan indah di balik pakaian itu langsung terlihat di hadapanku.Ketika aku melihat gunung kembar yang indah tanpa halangan, seluruh tubuhku gemetar karena kegembiraan.Aku mendorong Lina langsung ke dinding ....Tapi, saat aku ingin melakukan langkah terakhir, Lina mendorongku dengan putus asa."Edo, nggak boleh, kamu nggak boleh menyentuh sana.""Kenapa?" tanyaku bingung.Lina berkata, "Nggak ada alasan, pokoknya kamu nggak boleh menyentuh sana.""Tapi, kita sudah seperti ini, jadi apa bedanya sentuh atau nggak?""Tentu saja ada. Kalau kamu nggak menyentuh sana, aku nggak benar-benar berselingkuh. Tapi, begitu kamu menaklukkan tempat itu, aku benar-benar sudah berselingkuh.""Edo, kondisi kita sekarang
"Sudah, Edo, jangan membuat masalah, cepat pakai pakaian." Lina ingin menghentikanku.Aku memeluk erat pinggangnya, "Aku nggak mau pakai, aku hanya ingin memelukmu seperti ini.""Kak Lina, bolehkah aku tidur denganmu malam ini?" tanyaku hati-hati.Lina segera berkata, "Itu pasti nggak boleh. Kalau kamu tidur denganku malam ini, apa jadinya kalau kakak iparmu bertanya?""Aku akan bilang aku pergi mencari teman sekelasku, kakak iparku nggak akan tahu.""Itu juga nggak bisa. Bagaimana kalau kakak iparmu datang mengunjungi kita pada malam hari?""Nggak, kakak iparku nggak punya waktu.""Kak Lina, biarkan aku tidur denganmu malam ini. Aku ingin tidur dengan memelukmu."Aku memeluk Lina dan bertingkah manja.Lina sangat malu hingga dia tersipu."Nggak boleh, cepat lepaskan aku, aku mau keluar." Lina ingin melarikan diri.Tiba-tiba aku menggendongnya.Lina kaget dan berteriak."Edo, apa yang kamu lakukan? Cepat turunkan aku!"Aku tersenyum dan berkata, "Kak Nia, jangan berteriak. Semakin kamu
Aku terus bersikap manja, "Biarkan aku memelukmu sambil tidur sebentar, aku nggak akan melakukan apa pun.""Itu juga nggak boleh. Kamu cepat pakai baju atau aku akan marah."Melihat Lina memang agak marah, akhirnya aku tidak berani main-main lagi.Sementara Lina tidak memperhatikan, diam-diam aku mencium wajahnya lalu lari secepat yang aku bisa.Lina marah dan geli. Dia memelototiku dengan tajam, tapi selalu tersenyum.Aku kembali ke kamar mandi, memakai kausku dan memakai celana dalam baru yang dibawakan Lina untukku.Tapi, melihat celana Johan, aku sama sekali tidak ingin memakainya.Aku benci Johan, termasuk barang-barangnya.Aku kembali ke kamar tidur dan berkata pada Lina, "Kak Lina, tolong bantu cuci celana pendekku."Lina sudah berganti piama.Melihatku mengganggunya lagi, dia memutar matanya ke arahku dengan marah, "Kenapa kamu nggak cuci sendiri?""Aku ingin kamu cuci. Kalau kamu yang cuci, rasanya berbeda saat dipakai."Lina tidak berkata apa-apa dan pergi ke kamar mandi deng
"Kak Lina, tahun ini aku baru berusia 23 tahun, ini masa emasku."Aku mengingatkan Lina sambil tersenyum."Tetap saja banyak sekali. Saat suamiku seusiamu, dia nggak sekuat kamu."Mendengar Lina menyebut Johan, aku bertanya dengan penasaran, "Kak Lina, bagaimana kamu bertemu dengan suamimu?""Kami adalah teman sekelas kuliah dan kami satu kelas.""Kak Lina cantik sekali. Pasti suamimu yang saat itu mengejarmu 'kan?"Lina mengangguk."Sebenarnya aku awalnya nggak punya perasaan pada Johan.""Tapi, Johan sangat gigih dan mengejarku selama dua tahun.""Aku tersentuh oleh ketulusannya, jadi aku setuju untuk berkencan dengannya."Ternyata begitu.Tidak jauh berbeda dari apa yang aku pikirkan.Penampilan Johan biasa-biasa saja, kalau dia tidak mengenakan jas, dia adalah tipe orang yang bahkan tidak akan dilihat oleh siapa pun kalau dia dilempar ke tengah kerumunan.Sedangkan Lina kini berusia 30-an masih begitu cantik. Bisa dibayangkan ketika masih muda, dia pasti sangat cantik.Johan sama s
"Edo, kenapa kamu seperti ini lagi?" Ekspresi Lina tiba-tiba berubah."Kamu selalu menjelek-jelekkan suamiku di hadapanku. Apa yang ingin kamu lakukan?""Kamu ingin kami bercerai, jadi kamu punya kesempatan 'kan?"Aku segera menggelengkan kepalaku."Kak Lina, bukan itu maksudku.""Oke, jangan katakan hal seperti itu di hadapanku lagi."Lina menyelaku, tapi tidak memarahiku, melainkan dengan sabar membujukku.Biarpun tidak mencapai apa yang aku inginkan, ini juga menunjukkan bahwa Lina peduli terhadapku.Aku mengangguk dan berkata, "Oke, kali ini aku sudah ingat, aku nggak akan mengatakannya lagi."Lina mencuci celanaku dan menggantungnya di balkon.Tiba-tiba, dia menoleh ke arahku dan berkata sambil tersenyum, "Aku mencuci celanamu, apakah kamu harus mencuci celana dalamku juga?""Itu yang kuharapkan."Aku pikir Lina ingin aku membantunya mencuci celana dalam yang baru saja dia kotor.Aku tidak menyangka dia memintaku untuk mencuci pakaiannya yang aku nodai.Aku menggunakan celana dala