Share

Bab 65

Author: Galang Damares
"Edo, kenapa kamu seperti ini lagi?" Ekspresi Lina tiba-tiba berubah.

"Kamu selalu menjelek-jelekkan suamiku di hadapanku. Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Kamu ingin kami bercerai, jadi kamu punya kesempatan 'kan?"

Aku segera menggelengkan kepalaku.

"Kak Lina, bukan itu maksudku."

"Oke, jangan katakan hal seperti itu di hadapanku lagi."

Lina menyelaku, tapi tidak memarahiku, melainkan dengan sabar membujukku.

Biarpun tidak mencapai apa yang aku inginkan, ini juga menunjukkan bahwa Lina peduli terhadapku.

Aku mengangguk dan berkata, "Oke, kali ini aku sudah ingat, aku nggak akan mengatakannya lagi."

Lina mencuci celanaku dan menggantungnya di balkon.

Tiba-tiba, dia menoleh ke arahku dan berkata sambil tersenyum, "Aku mencuci celanamu, apakah kamu harus mencuci celana dalamku juga?"

"Itu yang kuharapkan."

Aku pikir Lina ingin aku membantunya mencuci celana dalam yang baru saja dia kotor.

Aku tidak menyangka dia memintaku untuk mencuci pakaiannya yang aku nodai.

Aku menggunakan celana dala
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ijan hasnah
edo sgt bijak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 66

    "Kak Lina, aku nggak bisa melihat titik akupunktur melalui pakaian. Bisakah kamu melepas pakaianmu?"Aku selalu merasa setelah melihat tubuh indah Lina, lalu menyentuhnya melalui pakaiannya agak kurang sensasional.Jadi aku terus membodohi Lina.Lina bereaksi dengan bingung, "Hei Edo, aku begitu percaya padamu, tapi kamu ternyata berbohong padaku."Aku tertawa dan memeluk Lina.Lina dibuat terkikik olehku.Saat kami sedang bermain-main, ponsel Lina tiba-tiba berdering.Lina segera memberi isyarat diam, "Ssst, kecilkan suaramu, itu dari suamiku."Aku merasa sangat kesal.Rasanya Johan seperti pengganggu.Aku ingin sekali Johan tidak pernah muncul lagi dan menghilang dari dunia Lina selamanya.Tapi, Lina terlihat sangat senang saat menerima panggilan telepon dari Johan."Johan, bagaimana dengan investor itu? Apa dia marah?"Lina bertanya dengan prihatin.Melihat Lina seperti ini, itu membuatku semakin merasa tidak nyaman.Aku langsung bangun dari ranjang, pergi ke balkon dan melepas cela

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 67

    Apalagi Kak Nia juga mengajariku banyak hal yang tidak berani kuucapkan.Dia seperti guruku.Tapi, sekarang aku berbohong kepada Kak Nia.Kak Nia menyuruhku duduk di kursi.Aku meletakkan barang-barangku dan duduk di hadapan Kak Nia.Kak Nia bertanya padaku, "Lalu kenapa kamu pergi lama sekali? Apa Lina menyulitkanmu lagi?"Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat.Kak Nia bertanya-tanya lagi, "Apa yang terjadi? Edo, apa yang terjadi?""Kak Nia, tolong jangan tanya."Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa, jadi aku hanya bisa berbohong.Tapi, Kak Nia tidak mau menyerah, "Itu nggak mungkin. Kalau kamu nggak memberitahuku, aku akan bertanya pada Lina."Aku segera meraih lengan Kak Nia, "Jangan, jangan pergi."Kak Nia meraih tanganku dan dengan lembut menepuk punggung tanganku sebanyak dua kali."Edo, aku kakak iparmu. Kalau kamu nggak memberitahuku, kepada siapa akan kamu ceritakan?""Biarpun kami memanfaatkanmu, kami nggak ingin melihatmu ditindas.""Kalau Lina benar-benar mengatak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 68

    Lina masih tidak menjawab.Kak Nia mulai mendesak, "Katakan! Katakan! Ayo katakana ...."Kak Nia mengirim belasan "katakana" berturut-turut.Lina tidak tahan lagi dengan desakan itu, jadi dia akhirnya menjawab, "Hmm.""Hmm? Apa maksudmu? Lina ini, kenapa butuh banyak usaha untuk berbicara?"Kak Nia bergumam sambil membalas Lina, "Aku nggak mau hmm, aku mau kamu memberitahuku dengan jelas, apakah kamu peduli padaku?"Biarpun aku tidak bisa melihat wajah Lina, aku tahu Lina pasti sangat malu saat ini.Lina akhirnya menjawab, "Aku peduli, Edo, aku peduli padamu."Kak Nia menjentikkan jarinya dan menunjukkan senyum bangga.Lalu menyerahkan ponsel itu padaku."Lina akhirnya mengatakannya. Gunakan kesempatan ini untuk terus menggodanya."Saat aku melihat balasan Lina, aku merasa sangat senang.Kabut sebelumnya sudah hilang.Aku tersenyum dan berkata pada Kak Nia, "Kak Nia, kalau begitu aku masuk kamar.""Pergilah."Aku segera membawa ponsel itu ke kamar.Aku berbaring di ranjang sambil denga

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 69

    Lina, "Suamiku yang baik, nggak baik bagi kesehatanmu kalau kamu minum terlalu banyak dalam sehari."Aku duduk dengan penuh semangat.Aku, "Katakan apa yang baru saja kamu ketik dengan suara. Aku ingin mendengarmu memanggilku suamiku."Kali ini Lina tidak ragu-ragu dan langsung mengulangi perkataannya menggunakan rekaman suara.Mendengarkan Lina memanggilku suamiku dengan rekaman suara, aku merasa sangat puas.Aku mengirimi Lina beberapa emotikon ciuman berturut-turut.Setelah mengobrol sebentar dengan Lina, dia bilang dia mau menyiapkan makan malam.Aku memintanya untuk mengambil foto makanan yang sudah disiapkan dan mengirimkannya kepadaku.Biarpun tidak bisa memakannya, aku bisa menikmati fotonya.Setelah selesai mengobrol dengan Lina, aku keluar dari kamar dengan penuh semangat.Kak Nia melihat ekspresiku dan bertanya sambil tersenyum, "Masalahnya sudah selesai, apa yang Lina katakan pada akhirnya?""Dia memanggilku suamiku." Aku merasa sangat bangga hingga membagi kebahagiaanku de

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 70

    "Edo, kapan kakakmu pulang?" tanya Kak Nia penuh semangat.Beraninya aku berkata jujur pada Kak Nia?Aku melihat Kak Nia masih sangat baik pada kakakku, tapi kakakku malah seperti ini.Aku hanya bisa berkata, "Kak Nia, kakak bilang akhir-akhir ini dia sangat sibuk dan harus kerja lembur, jadi jangan tunggu dia."Senyuman di wajah Kak Nia langsung hilang, "Kerja lembur lagi! Kerja lembur setiap hari, Dia capek setengah mati setiap hari, apa masih punya tenaga?"Ucap Kak Nia sambil menghela napas."Lupakan saja, ayo makan.""Kak Nia, biar aku bantu."Kak Nia sedang kesal saat ini, jadi aku ingin membantunya. Dengan begitu, kalau dia punya teman bicara, dia tidak akan berpikiran sembarangan."Oke, kalau begitu kupas bawang putihnya.""Oke, di mana bawang putihnya?""Di dalam."Dapurnya relatif kecil, Kak Nia sedang sibuk di depan kompor, sehingga aku harus masuk dari belakang Kak Nia.Tapi, Kak Nia menunggingkan pantatnya, jadi kalau aku desak masuk, maka pasti ada kontak fisik."Kak Nia,

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 71

    Ini semua salahku karena berulang kali melakukan hal seperti itu pada Kak Nia sehingga membuat Kak Nia tidak senang.Aku menyelesaikan makanku dalam diam dan mencuci piring.Berbaring di ranjang, aku berguling-guling dan tidak bisa tidur.Aku putuskan untuk pergi meminta maaf pada Kak Nia.Karena aku tidak ingin Kak Nia kesal.Jadi, aku memberanikan diri untuk pergi ke kamar Kak Nia."Tok tok tok." Aku mengetuk pintu kamar Kak Nia.Kak Nia tidak membukakan pintu.Apakah Kak Nia ketiduran?Kalau begitu, lupakan saja.Saat aku hendak pergi, aku mendengar suara terengah-engah dari dalam kamar.Setelah belajar dari pengalaman Lina, tanpa sadar aku berpikir kalau Kak Nia mungkin juga tidak nyaman di suatu tempat?Aku sangat cemas saat itu dan hendak mengetuk pintu, tapi pintu tidak tertutup rapat sama sekali.Aku bergegas masuk.Karena kelembaman, aku tidak bisa menghentikan tubuh dan langsung bergegas menuju ranjang Kak Nia.Lalu menindih Kak Nia.Aku dan Kak Nia sama-sama tercengang.Kare

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 72

    Kak Nia memeluk erat leherku dan mengikuti ritmeku.Hal ini membuat aku semakin bersemangat.Aku selalu punya pemikiran berani tentang Kak Nia, tapi Kak Nia menyuruhku untuk tidak punya pemikiran apa pun tentangnya.Tapi, malam ini Kak Nia justru memintaku untuk menciumnya dan aktif bekerja sama denganku.Bagaimana aku bisa peduli begitu banyak?Aku hanya ingin menundukkan wanita di depanku.Tak puas hanya dengan mencium mulut Kak Nia, aku perlahan bergerak ke bawah.Kak Nia pun tidak menolak.Hal ini membuat aku lebih berani.Aku langsung melepas baju Kak Nia.Kak Nia adalah tipe yang montok, berbeda sekali dengan Lina yang bertubuh langsing.Dua wanita, dua kesan yang sangat berbeda.Semuanya membuatku sangat bersemangat.Tapi, saat hendak mengambil langkah terakhir, aku dihentikan oleh Kak Nia."Ada apa Kak Nia?"Kak Nia memegang wajahku dengan kedua tangannya dan berkata dengan sangat serius, "Sampai di sini saja malam ini. Kamu harus segera kembali.""Hah? Kenapa?"Aku hampir tida

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 73

    "Aku akan memberimu ciuman hadiah."Ucap Nia dan berinisiatif menciumku.Lalu dia berkata kepadaku, "Baiklah, bisakah kamu bangun?""Aku nggak mau."Bagaimana ciuman bisa memuaskanku?Yang kuinginkan adalah berhubungan intim dengannya!Tangan cantik Nia tiba-tiba mencubit pahaku.Sakit sekali hingga aku menjerit.Aku segera melepaskannya."Cepat kembali ke kamarmu dan anggaplah apa yang terjadi malam ini nggak pernah terjadi."Aku merasa sangat kecewa.Hal ini terjadi dua kali.Menurut para wanita ini, aku ini apa? Apakah itu sesuatu yang bisa kutahan kalau aku ingin tahan?Biarpun aku sangat tidak senang, aku tidak berani mengatakan apa pun.Karena aku sangat merindukannya.Kalau aku membuatnya marah dan dia tidak pernah berbicara dengan aku lagi, lalu siapa yang akan kusentuh di masa depan?"Baiklah, kalau begitu aku pergi."Aku memandang Nia dengan enggan dan berbicara dengan berani untuk terakhir kalinya."Kalau begitu, bisakah kamu membiarkan aku melihat bagian bawahmu?""Apa kata

Latest chapter

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 752

    Setelah Bella memarahi mereka, dia berbalik dan berjalan keluar.Lalu, Bella bersandar ke dinding dengan ekspresi masam."Ada apa denganmu?" Barusan, Bella begitu tegas. Kenapa dia tiba-tiba menjadi seperti ini?Bella menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku khawatir dengan Yuna. Apa yang akan Yuna lakukan kalau Harmin benar-benar mati?"Bella memang seperti ini. Dia memiliki lidah yang tajam, tetapi hatinya sangat lembut.Bella selalu terlihat dingin. Namun, sebenarnya dia sangat peduli pada semua sahabatnya.Untuk sesaat, aku tidak tahu harus berkata apa.Aku juga tetap diam.Bella tiba-tiba menatapku, hingga membuatku merasa tidak nyaman."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?"Bella memelototiku dan berkata, "Aku peringatkan kamu. Nggak peduli Harmin baik-baik saja atau nggak, kamu nggak boleh mendekati Yuna.""Kalau kamu berani mendekatinya, aku akan membunuhmu!""Sialan, menurutmu aku bajingan? Harmin adalah bosku. Dia sangat baik padaku. Bagaimana mun

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 751

    Begitu mendengar apa yang aku katakan, keduanya tertawa.Akhirnya, suasana sedikit membaik."Oke, oke, berhentilah menangis. Kalian sudah dewasa, tapi kalian masih menangis. Kalau orang lain tahu, itu akan sangat memalukan."Hasan adalah orang pertama yang tertawa. Dia tertawa sambil membantu Harmin menyeka air matanya.Aku merasa Hasan memperlakukan Harmin seperti putranya sendiri.Saat kami sedang mengobrol, dua sosok berlari masuk dengan tergesa-gesa.Keduanya berpakaian cukup elegan. Mereka mungkin berusia sekitar 50 tahun.Begitu mereka memasuki bangsal, mereka bergegas ke samping ranjang Harmin. "Harmin, bagaimana kabarmu? Apa tubuhmu sakit?"Saat bertanya, wanita paruh baya yang sedang berbicara itu tidak dapat menahan air matanya.Saat ini, aku melihat Yuna juga berlari tergesa-gesa."Ayah, Bu ...."Yuna tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis.Ternyata kedua orang ini adalah orang tuanya Yuna. Mereka adalah ayah mertua dan ibu mertuanya Harmin. Mereka juga adalah ayah da

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 750

    Sebenarnya, aku ingin menahannya.Bagaimanapun juga, gadis ini datang ke sini bersama Hasan. Jadi, dia kemungkinan besar adalah putrinya Hasan.Aku memiliki hubungan yang baik dengan Hasan. Jika aku mengatakan sesuatu pada putrinya, itu tidak hanya akan mempermalukan gadis itu, tetapi juga Hasan.Namun, gadis itu semakin lama semakin berlebihan. Saat bermain game, dia terus berteriak, "Jalur tengah, jalur tengah, jalur tengah .... Sialan, kamu nggak tahu cara bermain, ya .... Dasar bodoh ...."Suaranya sangat keras. Selain itu, dia terus mengumpat.Aku melihat Harmin tampak sangat kesal.Harmin adalah pria yang sangat elegan dan sopan. Dia tidak pernah berbicara kata-kata kasar.Sekarang, dia jatuh sakit. Gadis itu terus mengumpat. Tindakannya benar-benar keterlaluan.Tepat saat aku hendak berbicara, Hasan telah berkata, "Dona, keluar!""Apa kamu nggak lihat Harmin sakit parah? Kamu masih bermain game. Apa kamu punya hati nurani?"Dona berkata dengan nada tidak setuju, "Dia sakit. Kala

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 749

    Aih!"Edo."Saat aku menghela napas, aku tiba-tiba mendengar Harmin memanggilku.Aku bergegas ke samping ranjang."Edo, duduklah. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."Aku duduk di kursi."Pak, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu."Harmin tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Jangan terlalu serius. Aku hanya mengobrol santai denganmu.""Mengenai penyakitku, sebenarnya aku selalu optimis. Aku merasa bahwa selama aku memiliki bersikap tenang, aku pasti dapat mengatasi penyakit ini.""Tapi, penyakit datang bagai gunung yang runtuh. Hanya ketika kita benar-benar jatuh, kita baru menyadari betapa dekatnya kematian dengan kita.""Sejak aku kecil, aku adalah seorang yatim piatu. Ayah mertuaku mengangkat dan membesarkanku.""Aku dan Yuna tumbuh bersama. Kami selalu memiliki hubungan yang baik."Aku mendengarkan cerita Harmin dengan tenang."Sewaktu kecil, aku pikir Tuhan memberkatiku. Dia mengizinkan aku berte

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 748

    Yuna ingin mendekat, tetapi dia tidak berani.Aku melihat Yuna ketakutan. Jadi, aku maju selangkah dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi pasien?""Untungnya, kondisinya sudah stabil."Mendengar dokter mengatakan ini, semua orang menghela napas lega.Yuna sangat bahagia hingga dia menangis. Dia menutup mulutnya dengan tangannya dan menangis tersedu-sedu.Terlihat jelas bahwa Yuna telah menahan emosinya tadi. Namun, sekarang dia telah rileks, jadi Yuna tidak dapat mengendalikan emosinya.Melihat penampilan Yuna yang menyedihkan, aku merasa sangat sedih.Setelah beberapa saat, Harmin didorong keluar dari ruang gawat darurat.Yuna bergegas ke depan dan berkata, "Harmin, Harmin ....""Bu Yuna, Pak Harmin masih koma. Dia butuh waktu lama untuk sadar. Mari kita ke bangsal dulu."Setelah menenangkan Harmin dan Yuna, aku meminta yang lain untuk kembali ke klinik terlebih dahulu.Aku tinggal di rumah sakit. Dia menemani Yuna untuk mengurus Harmin.Yuna terus memegang tangan Harmin dengan erat

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 747

    "Kalau kamu nggak berani bermain atau nggak bisa bermain, kamu pasti akan tersingkir dari lingkaran itu.""Lingkaran itu terkait dengan pencapaian politikku. Katakan padaku, bagaimana aku bisa sukses tanpa menderita kerugian apa pun?"Meskipun aku tidak mengerti, aku memahami bahwa lingkaran itu seperti jaring laba-laba.Satu gerakan saja dapat memengaruhi seluruh hal.Jika Nancy tidak melakukan ini, dia tidak akan mempunyai prestasi politik apa pun. Cepat atau lambat, dia akan disingkirkan.Sementara Nancy bukanlah wanita yang bisa menjadi ibu rumah tangga.Jika dipikir-pikir, ini benar-benar seperti lingkaran setan.Tepat saat pikiranku sedang kacau, aku melihat Nancy tiba-tiba mulai menanggalkan pakaiannya.Tindakannya itu benar-benar membuatku takut."Kak Nancy, kamu ...."Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, Nancy menciumku dengan bibirnya yang merah.Aku sudah lama tidak melakukan ini. Tiba-tiba, sepasang bibir hangat melingkari bibirku hingga membuatku gelisah.Aku tidak tahu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 746

    "Kak Nancy, aku ...."Nancy melipat tangannya di dada sambil menatapku. "Kenapa denganku? Apa aku bukan pelangganmu? Atau kamu ingin menolak pelangganmu?"Aku menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak. Aku hanya sedang nggak enak badan sekarang. Kamu lihatlah lenganku masih digips.""Bukankah kamu masih punya tangan yang lain?" Nancy mengangkat alisnya dan menatapku.Aku hendak menolak. Namun, Nancy tiba-tiba datang dan mencengkeram kerah bajuku. "Jangan mencari alasan. Hari ini, aku datang menemuimu."Saat berbicara, Nancy menyeretku ke ruang pribadi.Nancy bahkan mengunci pintu.Aku merasa sangat gugup."Kak Nancy, apa yang kamu lakukan?"Aku tidak menyangka Nancy akan tiba-tiba menerkamku dan menciumku dengan kuat.Aku bingung. Aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?Aku segera mendorong Nancy dan berkata, "Kak Nancy, kamu gila? Kamu lupa kamu baru saja diselidiki?"Nancy berkata dengan marah, "Aku nggak gila! Tapi, kalau aku nggak melakukan ini, aku akan ditertawakan oleh wanita

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 745

    "Omong-omong, apa kamu ada kegiatan besok?"Aku berkata, "Aku nggak begitu sibuk. Aku hanya kerja sambilan di klinik. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja.""Ini tentang Agnes. Aku selalu bilang akan membawanya ke dokter. Tapi, aku sangat sibuk di kantor sehingga belum sempat menemaninya.""Bisakah kamu meluangkan waktu untuk membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan?"Aku ... tidak bisa menyetujui masalah ini.Meskipun aku dan Kiki memiliki hubungan yang baik, Agnes adalah pacarnya. Apa gunanya aku mengantar pacarnya ke rumah sakit untuk pemeriksaan ginekologi?Jadi, aku langsung menolak permintaan Kiki.Kiki meraih lenganku dan berkata, "Edo, tolong bantu aku. Aku benar-benar sibuk.""Kalau aku mengambil cuti sehari, gajiku akan dipotong jutaan. Aku nggak ingin dipotong gaji.""Jalan yang ditempuh masih panjang, kenapa kamu memedulikan momen ini? Kamu bahkan nggak peduli dengan pacarmu. Kamu ingin aku peduli padanya. Aku nggak tahu apa yang ada di pikiranmu."Aku berteka

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 744

    Di salah satu vila.Helena memandang Larto yang berdiri di belakangnya dan bertanya, "Cantik nggak?"Ekspresi Larto tampak sangat tidak wajar. "Nona Helena, aku nggak sengaja. Pak Tiano memintaku untuk menjagamu.""Aku tahu. Aku bertanya padamu, apa aku cantik?" Helena mengerjap ke arah Larto.Larto segera membuang muka.Helena terkekeh, "Lihatlah perilakumu. Kamu begitu tegas di hadapan orang lain, tapi kamu begitu pengecut di hadapanku."Helena berdiri, lalu dia berjalan menuju kamar mandi. "Ambilkan jubah mandiku. Aku ingin mandi dengan bersih. Aku akan pergi ke Kota Jimba sore ini."Saat Helena berjalan, dia tiba-tiba berhenti di pintu kamar mandi. Kemudian, dia menoleh ke arah Larto dan berkata sambil tersenyum, "Apa kamu mau ikut denganku?"Larto menatap kamar mandi di belakang Helena, lalu rona merah pun muncul di wajahnya yang sangar."Nona Helena, jangan bercanda lagi denganku. Kamu adalah pacarnya Pak Tiano. Bagaimana aku berani mandi denganmu?""Apa yang kamu pikirkan? Aku b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status