Meraba area pahanya.Ini membuatku sangat bersemangat dan jantungku berdebar kencang.Aku benar-benar menyentuh paha Lina.Ini sungguh luar biasa.Bagi Lina yang memiliki kepribadian konservatif, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.Aku menemukan bahwa ketika aku menyentuh pahanya, wajah Lina jelas-jelas lebih merah.Tapi, aku juga memperhatikan kedua tangan Lina ada di dalam selimut.Area di bawahnya juga tampak sedikit menggeliat.Sebuah ide yang sangat berani muncul di benakku.Mungkinkah Lina sedang ....Jantungku hampir copot karena kegembiraan.Aku pikir kalau ini masalahnya, mungkin aku bisa lebih berani dan mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Lina.Jadi, tanganku perlahan terus bergerak ke atas paha Lina.Asalkan naik sedikit lagi, maka akan mencapai bagian atas pahanya. Dengan begini, aku bisa tahu apakah tangannya ada di sana.Jantungku hampir copot.Aku menjadi lebih tegang.Pada saat aku terus naik ke tas, Lina tiba-tiba berkata, "Edo, jangan!"Suasana hatiku yang ba
Biarpun aku belum pernah makan daging burung, aku pernah melihat burung terbang.Kelicinan di tangan kanan Lina jelas sesuai dengan tebakanku tadi.Tiba-tiba aku bersemangat."Kak Lina, ternyata kamu menginginkannya. Kamu bisa memberitahuku, aku bisa memuaskanmu."Entah dari mana aku mendapat keberanian untuk meraih tangan Lina lagi dan berkata dengan penuh semangat.Lina sebaliknya ingin menemukan celah di tanah dan merangkak ke dalamnya.Benar saja, dia ketahuan.Dia ingin mati."Lepaskan aku, lepaskan aku!""Kamu melihatku dalam keadaan memalukan, lebih baik aku mati saja."Aku bertanya dengan bingung, "Kak Lina, kenapa kamu berpikir begitu?"Lina menatapku dengan mata merah dan berkata, "Bukankah begitu? Aku selalu bersikap sopan dan mulia di depanmu.""Tapi, barusan kamu mengetahui aku melakukan hal seperti itu. Apakah kamu nggak akan meremehkanku?"Aku segera berkata, "Bagaimana mungkin? Kenapa aku harus meremehkanmu?""Kamu punya kebutuhan dan suamimu nggak ada di rumah. Kamu me
"Jangan bicara lagi. Kalau kamu begini lagi, aku akan marah."Aku tahu dia sangat mempercayai suaminya, dia tidak mau mendengarkan apa pun yang aku katakan sekarang.Lupakan saja, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi."Kak Lina, mandilah.""Ganti pakaian bersih, aku akan memijatmu dengan baik nanti."Lina akhirnya tersenyum dan berkata, "Edo, kamu benar-benar baik, tapi sayangnya aku hanya bisa menjadi kakakmu.""Tapi, jangan berkecil hati. Aku kenal banyak wanita, beberapa di antaranya masih lajang. Aku bisa memperkenalkan mereka padamu."Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Lupakan saja, aku nggak menginginkan siapa pun selain kamu.""Hei, kenapa kamu begitu keras kepala?"Lina mengatakan ini, tapi hatinya sedikit bahagia.Wanita mana yang tidak ingin pria mencintainya sepenuh hati?Seorang laki-laki adalah pemuda sampai dia mati.Seorang wanita tetap seorang gadis sampai dia meninggal!"Kalau begitu aku mandi dulu."Lina bangkit dan pergi ke kamar mandi.Sebelum pergi, dia mel
Kami berdua saling memandang, keduanya merah padam mukanya.Aku benar-benar tidak sabar untuk mencari tempat untuk bersembunyi.Aku tertangkap basah oleh Lina ketika melakukan hal semacam ini lagi.Ini sangat memalukan.Yang terpenting kali ini aku berada di rumah Lina dan di atas ranjangnya.Ditutupi oleh selimut yang baru saja dia pakai.Lina akan memarahiku habis-habisan.Tapi, kali ini entah kenapa, Lina tidak bergerak.Hal ini membuatku semakin tidak nyaman.Aku tergagap saat berbicara, "Kak Lina, jangan marah, tadi aku merasa nggak nyaman sekali, makanya ....""Kamu, kamu boleh memukul dan memarahiku, tapi jangan mengusirku.""Kak Lina, kumohon."Aku benar-benar ingin menyerbu dan meminta maaf kepada Lina, tapi aku belum memakai celana, jadi aku tidak bisa peri dengan telanjang.Akan aneh kalau Lina tidak menamparku sampai mati.Jadi aku cemas dan tidak berdaya.Aku sangat malu.Adapun Lina, dia tidak mengatakan apa pun kepadaku kali ini, dia hanya tersipu dan berjalan keluar.La
Lina buru-buru menarik tangannya kembali."Edo, apa yang kamu lakukan?""Biar kamu pukul aku. Dengan begini, kamu bisa melampiaskan amarahmu dan kamu nggak akan marah padaku."Lina tersipu dan berkata, "Siapa bilang aku marah padamu?"Saat aku mendengar Lina mengatakan ini, mataku langsung melebar.Karena aku sungguh tidak pernah menyangka kalau Lina tidak marah padaku kali ini.Saking gembiranya, tanpa sadar aku meraih tangan Lina."Kak Lina, baguslah kamu benar-benar nggak marah padaku."Tangan halus Lina dipegang erat olehku.Lina merasakan kekuatan di tanganku dan detak jantungnya bertambah cepat tanpa bisa dijelaskan.Dia awalnya bersemangat dan gelisah, sekarang dia merasakan kekuatan laki-laki dariku, jadi keinginan batinnya terpancing lagi.Apalagi dia bisa melihat otot dadaku di balik kaus.Dia hampir terjerumus."Edo ...." Lina bernapas cepat dan bergumam sambil menatapku.Saat itu aku masih sedikit bingung, sehingga tanpa sadar aku bertanya, "Kak Lina, ada apa?""Ah, nggak,
"Kak Lina, bagaimana bodiku?" Aku semakin berani menggoda Lina.Lina melirikku dengan cepat, lalu buru-buru memalingkan wajahnya.Ada dua rona merah di wajahnya."Kamu berani sekali, kamu berani menggodaku.""Percaya nggak, aku akan mengusirmu sekarang?"Aku tersenyum dan berkata, "Kak Lina nggak akan usir aku, karena Kak Lina nggak rela.""Siapa bilang aku nggak rela? Aku akan mengusirmu sekarang dan membiarkanmu keluar telanjang, coba lihat apa kamu malu?"Lina berkata dan datang untuk memegang lenganku.Dengan tangan dan kakinya yang kecil, bagaimana dia mampu melawanku?Awalnya aku ingin menggodanya, jadi aku menariknya pelan, tapi kakiku terpeleset dan pintu kamar mandi terhantam hingga terbuka olehku.Lina juga ditarik ke kamar mandi olehku.Dia bahkan langsung melompat ke pelukanku.Merasakan wanita lembut di pelukanku, seluruh tubuhku tiba-tiba menjadi tegang.Lina yang terbaring di pelukanku yang kuat juga tersipu.Airnya masih mengalir dari pancuran.Tak lama kemudian, Lina d
Kedua tanganku semakin berani.Adapun Lina, sepertinya dia sudah menyerah dan berusaha menikmatinya.Karena aku merasakan kedua tangannya tanpa sadar memeluk pinggangku.Dia benar-benar mengikuti iramaku.Ini membuatku semakin berani.Aku langsung membuka pakaian Lina.Tiba-tiba, pemandangan indah di balik pakaian itu langsung terlihat di hadapanku.Ketika aku melihat gunung kembar yang indah tanpa halangan, seluruh tubuhku gemetar karena kegembiraan.Aku mendorong Lina langsung ke dinding ....Tapi, saat aku ingin melakukan langkah terakhir, Lina mendorongku dengan putus asa."Edo, nggak boleh, kamu nggak boleh menyentuh sana.""Kenapa?" tanyaku bingung.Lina berkata, "Nggak ada alasan, pokoknya kamu nggak boleh menyentuh sana.""Tapi, kita sudah seperti ini, jadi apa bedanya sentuh atau nggak?""Tentu saja ada. Kalau kamu nggak menyentuh sana, aku nggak benar-benar berselingkuh. Tapi, begitu kamu menaklukkan tempat itu, aku benar-benar sudah berselingkuh.""Edo, kondisi kita sekarang
"Sudah, Edo, jangan membuat masalah, cepat pakai pakaian." Lina ingin menghentikanku.Aku memeluk erat pinggangnya, "Aku nggak mau pakai, aku hanya ingin memelukmu seperti ini.""Kak Lina, bolehkah aku tidur denganmu malam ini?" tanyaku hati-hati.Lina segera berkata, "Itu pasti nggak boleh. Kalau kamu tidur denganku malam ini, apa jadinya kalau kakak iparmu bertanya?""Aku akan bilang aku pergi mencari teman sekelasku, kakak iparku nggak akan tahu.""Itu juga nggak bisa. Bagaimana kalau kakak iparmu datang mengunjungi kita pada malam hari?""Nggak, kakak iparku nggak punya waktu.""Kak Lina, biarkan aku tidur denganmu malam ini. Aku ingin tidur dengan memelukmu."Aku memeluk Lina dan bertingkah manja.Lina sangat malu hingga dia tersipu."Nggak boleh, cepat lepaskan aku, aku mau keluar." Lina ingin melarikan diri.Tiba-tiba aku menggendongnya.Lina kaget dan berteriak."Edo, apa yang kamu lakukan? Cepat turunkan aku!"Aku tersenyum dan berkata, "Kak Nia, jangan berteriak. Semakin kamu
Setelah Bella memarahi mereka, dia berbalik dan berjalan keluar.Lalu, Bella bersandar ke dinding dengan ekspresi masam."Ada apa denganmu?" Barusan, Bella begitu tegas. Kenapa dia tiba-tiba menjadi seperti ini?Bella menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku khawatir dengan Yuna. Apa yang akan Yuna lakukan kalau Harmin benar-benar mati?"Bella memang seperti ini. Dia memiliki lidah yang tajam, tetapi hatinya sangat lembut.Bella selalu terlihat dingin. Namun, sebenarnya dia sangat peduli pada semua sahabatnya.Untuk sesaat, aku tidak tahu harus berkata apa.Aku juga tetap diam.Bella tiba-tiba menatapku, hingga membuatku merasa tidak nyaman."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?"Bella memelototiku dan berkata, "Aku peringatkan kamu. Nggak peduli Harmin baik-baik saja atau nggak, kamu nggak boleh mendekati Yuna.""Kalau kamu berani mendekatinya, aku akan membunuhmu!""Sialan, menurutmu aku bajingan? Harmin adalah bosku. Dia sangat baik padaku. Bagaimana mun
Begitu mendengar apa yang aku katakan, keduanya tertawa.Akhirnya, suasana sedikit membaik."Oke, oke, berhentilah menangis. Kalian sudah dewasa, tapi kalian masih menangis. Kalau orang lain tahu, itu akan sangat memalukan."Hasan adalah orang pertama yang tertawa. Dia tertawa sambil membantu Harmin menyeka air matanya.Aku merasa Hasan memperlakukan Harmin seperti putranya sendiri.Saat kami sedang mengobrol, dua sosok berlari masuk dengan tergesa-gesa.Keduanya berpakaian cukup elegan. Mereka mungkin berusia sekitar 50 tahun.Begitu mereka memasuki bangsal, mereka bergegas ke samping ranjang Harmin. "Harmin, bagaimana kabarmu? Apa tubuhmu sakit?"Saat bertanya, wanita paruh baya yang sedang berbicara itu tidak dapat menahan air matanya.Saat ini, aku melihat Yuna juga berlari tergesa-gesa."Ayah, Bu ...."Yuna tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis.Ternyata kedua orang ini adalah orang tuanya Yuna. Mereka adalah ayah mertua dan ibu mertuanya Harmin. Mereka juga adalah ayah da
Sebenarnya, aku ingin menahannya.Bagaimanapun juga, gadis ini datang ke sini bersama Hasan. Jadi, dia kemungkinan besar adalah putrinya Hasan.Aku memiliki hubungan yang baik dengan Hasan. Jika aku mengatakan sesuatu pada putrinya, itu tidak hanya akan mempermalukan gadis itu, tetapi juga Hasan.Namun, gadis itu semakin lama semakin berlebihan. Saat bermain game, dia terus berteriak, "Jalur tengah, jalur tengah, jalur tengah .... Sialan, kamu nggak tahu cara bermain, ya .... Dasar bodoh ...."Suaranya sangat keras. Selain itu, dia terus mengumpat.Aku melihat Harmin tampak sangat kesal.Harmin adalah pria yang sangat elegan dan sopan. Dia tidak pernah berbicara kata-kata kasar.Sekarang, dia jatuh sakit. Gadis itu terus mengumpat. Tindakannya benar-benar keterlaluan.Tepat saat aku hendak berbicara, Hasan telah berkata, "Dona, keluar!""Apa kamu nggak lihat Harmin sakit parah? Kamu masih bermain game. Apa kamu punya hati nurani?"Dona berkata dengan nada tidak setuju, "Dia sakit. Kala
Aih!"Edo."Saat aku menghela napas, aku tiba-tiba mendengar Harmin memanggilku.Aku bergegas ke samping ranjang."Edo, duduklah. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."Aku duduk di kursi."Pak, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu."Harmin tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Jangan terlalu serius. Aku hanya mengobrol santai denganmu.""Mengenai penyakitku, sebenarnya aku selalu optimis. Aku merasa bahwa selama aku memiliki bersikap tenang, aku pasti dapat mengatasi penyakit ini.""Tapi, penyakit datang bagai gunung yang runtuh. Hanya ketika kita benar-benar jatuh, kita baru menyadari betapa dekatnya kematian dengan kita.""Sejak aku kecil, aku adalah seorang yatim piatu. Ayah mertuaku mengangkat dan membesarkanku.""Aku dan Yuna tumbuh bersama. Kami selalu memiliki hubungan yang baik."Aku mendengarkan cerita Harmin dengan tenang."Sewaktu kecil, aku pikir Tuhan memberkatiku. Dia mengizinkan aku berte
Yuna ingin mendekat, tetapi dia tidak berani.Aku melihat Yuna ketakutan. Jadi, aku maju selangkah dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi pasien?""Untungnya, kondisinya sudah stabil."Mendengar dokter mengatakan ini, semua orang menghela napas lega.Yuna sangat bahagia hingga dia menangis. Dia menutup mulutnya dengan tangannya dan menangis tersedu-sedu.Terlihat jelas bahwa Yuna telah menahan emosinya tadi. Namun, sekarang dia telah rileks, jadi Yuna tidak dapat mengendalikan emosinya.Melihat penampilan Yuna yang menyedihkan, aku merasa sangat sedih.Setelah beberapa saat, Harmin didorong keluar dari ruang gawat darurat.Yuna bergegas ke depan dan berkata, "Harmin, Harmin ....""Bu Yuna, Pak Harmin masih koma. Dia butuh waktu lama untuk sadar. Mari kita ke bangsal dulu."Setelah menenangkan Harmin dan Yuna, aku meminta yang lain untuk kembali ke klinik terlebih dahulu.Aku tinggal di rumah sakit. Dia menemani Yuna untuk mengurus Harmin.Yuna terus memegang tangan Harmin dengan erat
"Kalau kamu nggak berani bermain atau nggak bisa bermain, kamu pasti akan tersingkir dari lingkaran itu.""Lingkaran itu terkait dengan pencapaian politikku. Katakan padaku, bagaimana aku bisa sukses tanpa menderita kerugian apa pun?"Meskipun aku tidak mengerti, aku memahami bahwa lingkaran itu seperti jaring laba-laba.Satu gerakan saja dapat memengaruhi seluruh hal.Jika Nancy tidak melakukan ini, dia tidak akan mempunyai prestasi politik apa pun. Cepat atau lambat, dia akan disingkirkan.Sementara Nancy bukanlah wanita yang bisa menjadi ibu rumah tangga.Jika dipikir-pikir, ini benar-benar seperti lingkaran setan.Tepat saat pikiranku sedang kacau, aku melihat Nancy tiba-tiba mulai menanggalkan pakaiannya.Tindakannya itu benar-benar membuatku takut."Kak Nancy, kamu ...."Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, Nancy menciumku dengan bibirnya yang merah.Aku sudah lama tidak melakukan ini. Tiba-tiba, sepasang bibir hangat melingkari bibirku hingga membuatku gelisah.Aku tidak tahu
"Kak Nancy, aku ...."Nancy melipat tangannya di dada sambil menatapku. "Kenapa denganku? Apa aku bukan pelangganmu? Atau kamu ingin menolak pelangganmu?"Aku menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak. Aku hanya sedang nggak enak badan sekarang. Kamu lihatlah lenganku masih digips.""Bukankah kamu masih punya tangan yang lain?" Nancy mengangkat alisnya dan menatapku.Aku hendak menolak. Namun, Nancy tiba-tiba datang dan mencengkeram kerah bajuku. "Jangan mencari alasan. Hari ini, aku datang menemuimu."Saat berbicara, Nancy menyeretku ke ruang pribadi.Nancy bahkan mengunci pintu.Aku merasa sangat gugup."Kak Nancy, apa yang kamu lakukan?"Aku tidak menyangka Nancy akan tiba-tiba menerkamku dan menciumku dengan kuat.Aku bingung. Aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?Aku segera mendorong Nancy dan berkata, "Kak Nancy, kamu gila? Kamu lupa kamu baru saja diselidiki?"Nancy berkata dengan marah, "Aku nggak gila! Tapi, kalau aku nggak melakukan ini, aku akan ditertawakan oleh wanita
"Omong-omong, apa kamu ada kegiatan besok?"Aku berkata, "Aku nggak begitu sibuk. Aku hanya kerja sambilan di klinik. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja.""Ini tentang Agnes. Aku selalu bilang akan membawanya ke dokter. Tapi, aku sangat sibuk di kantor sehingga belum sempat menemaninya.""Bisakah kamu meluangkan waktu untuk membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan?"Aku ... tidak bisa menyetujui masalah ini.Meskipun aku dan Kiki memiliki hubungan yang baik, Agnes adalah pacarnya. Apa gunanya aku mengantar pacarnya ke rumah sakit untuk pemeriksaan ginekologi?Jadi, aku langsung menolak permintaan Kiki.Kiki meraih lenganku dan berkata, "Edo, tolong bantu aku. Aku benar-benar sibuk.""Kalau aku mengambil cuti sehari, gajiku akan dipotong jutaan. Aku nggak ingin dipotong gaji.""Jalan yang ditempuh masih panjang, kenapa kamu memedulikan momen ini? Kamu bahkan nggak peduli dengan pacarmu. Kamu ingin aku peduli padanya. Aku nggak tahu apa yang ada di pikiranmu."Aku berteka
Di salah satu vila.Helena memandang Larto yang berdiri di belakangnya dan bertanya, "Cantik nggak?"Ekspresi Larto tampak sangat tidak wajar. "Nona Helena, aku nggak sengaja. Pak Tiano memintaku untuk menjagamu.""Aku tahu. Aku bertanya padamu, apa aku cantik?" Helena mengerjap ke arah Larto.Larto segera membuang muka.Helena terkekeh, "Lihatlah perilakumu. Kamu begitu tegas di hadapan orang lain, tapi kamu begitu pengecut di hadapanku."Helena berdiri, lalu dia berjalan menuju kamar mandi. "Ambilkan jubah mandiku. Aku ingin mandi dengan bersih. Aku akan pergi ke Kota Jimba sore ini."Saat Helena berjalan, dia tiba-tiba berhenti di pintu kamar mandi. Kemudian, dia menoleh ke arah Larto dan berkata sambil tersenyum, "Apa kamu mau ikut denganku?"Larto menatap kamar mandi di belakang Helena, lalu rona merah pun muncul di wajahnya yang sangar."Nona Helena, jangan bercanda lagi denganku. Kamu adalah pacarnya Pak Tiano. Bagaimana aku berani mandi denganmu?""Apa yang kamu pikirkan? Aku b