Share

Bab 4

Author: Galang Damares
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Celana dalam ini lembut dan halus dan sepertinya masih ada sisa aroma Kak Nia di dalamnya.

Merasakan pakaian dalam di tanganku, mau tak mau aku memikirkan tentang apa yang kudengar di pagi hari.

Hal ini membuat aku semakin antusias dan bersemangat.

Aku tidak bisa benar-benar terjadi apa-apa dengan Kak Nia, tapi aku bisa saja berfantasi dengan barangnya 'kan?

Berpikir seperti ini, aku melepaskan ikat pinggangku dan memasukkan celana dalamku ke dalamnya.

Tepat ketika aku hendak menggunakan kelima jariku untuk melampiaskan hasratku, tiba-tiba ada ketukan di pintu.

Aku ketakutan sampai rohku hampir melayang dan aku hampir muncrat.

Di rumah hanya ada dua orang, Kak Nia dan aku.

Aku segera mengeluarkan celana dalam itu dan menaruhnya di rak handuk.

Lalu berkata dengan perasaan bersalah, "Kak Nia, ada apa?"

"Edo, apa kamu berbuat jahat di dalam sana?" tanya Kak Nia.

"Hah? Aku, aku nggak." Aku merasa sangat bersalah.

"Lalu kenapa suaramu bergetar?"

Kak Nia membuatku takut hanya dengan satu kalimat.

Aku merasa berkeringat dingin.

Biarpun Kak Nia berpikiran terbuka, dia dengan jelas mengatakan kepadaku bahwa aku tidak boleh mengincar dia.

Kalau dia mengetahui apa yang aku lakukan dengan celana dalamnya tadi, dia pasti akan beranggapan aku tidak patuh dan akan mengusir aku.

Tapi, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, jadi aku hanya bisa berkata tanpa daya, "Benaran nggak, aku hanya sakit perut dan berkeringat ...."

"Kenapa berkeringat? Apa kamu sakit?" Suara Kak Nia menjadi khawatir.

Aku berkata, "Aku nggak tahu, aku hanya merasa nggak nyaman."

"Buka pintunya, biar kulihat."

"Ini, ini nggak pantas."

"Apa yang nggak pantas? Kamu hanya anak kecil bagiku. Cepat buka pintunya."

Aku merasa kecewa. Ternyata aku hanya anak kecil di mata Kak Nia. Pantas saja Kak Nia berpikiran terbuka di hadapanku.

Mungkin dia tidak pernah berpikir untuk memintaku melakukan hal semacam itu.

Aku membungkuk dan membuka pintu kamar mandi. Saat Kak Nia masuk, dia tidak langsung menatapku, melainkan melihat ke rak handuk.

Aku panik, apakah Kak Nia menemukan sesuatu?

Aku merasa sangat bersalah hingga tidak berani menatap mata Kak Nia.

Sedangkan Kak Nia berjalan menuju rak handuk dan bertanya padaku sambil tersenyum, "Apakah kamu menyentuh celana dalamku?"

"Nggak, nggak ada." Aku terus menggelengkan kepalaku.

"Benaran nggak? Lalu kenapa wajahmu memerah? Katakan sejujurnya, apakah kamu tadi berencana melakukan sesuatu yang buruk dengan celana dalamku? Tapi, aku menyela kamu, kamu merasa bersalah dan takut, jadi nggak berani membiarkan aku masuk?"

Aku sangat meragukan kalau Kak Nia itu waskita. Kenapa dia tahu semua yang aku lakukan dan pikirkan?

Kak Nia menatapku dari atas ke bawah, saat melihat aku membungkuk dan tak berani berdiri tegak, kecurigaan di matanya semakin kentara.

"Berdiri tegak." Kak Nia menatapku dan berkata.

Aku tidak berani membangkang Kak Nia.

Ketika aku berdiri tegak, bagian di bawah tubuhku yang memalukan langsung terlihat.

Aku tahu, aku ketahuan oleh Kak Nia.

Aku memejamkan mata, tidak berani menghadapi Kak Nia.

Lalu, aku merasakan Kak Nia perlahan berjongkok di depanku.

Jantungku hampir copot.

Terutama karena aku tidak tahu apa yang ingin Kak Nia lakukan?

Apalagi posisi Kak Nia yang berjongkok saat ini terlalu ambigu sehingga membuatku berpikir lebih jauh.

Aku diam-diam membuka mataku.

Aku melihat Kak Nia memandangi tempatku dengan tergila-gila dan dengan tulus menghela napas, "Alangkah baiknya kalau kakakmu bisa sekuat kamu!"

Saat dia berbicara, ada hasrat tiada tara di matanya.

Pikiranku kosong saat ini dan hatiku merasa tidak tenang. Aku sama sekali tidak tahu harus berkata apa.

Kak Nia memandanginya sebentar, lalu bangkit kembali.

Aku pun menutupinya dengan tanganku.

"Simpan keinginanmu, agar kamu punya motivasi untuk menghadapi Lina."

Ucap Kak Nia tiba-tiba menghampiriku, "Sebenarnya aku sengaja merangsangmu. Kak Nia tahu itu salah, tapi demi kakakmu, Kak Nia terpaksa melakukan ini."

"Kamu terlalu pemalu, Kak Nia terpaksa mencari cara untuk membuka pikiranmu dulu."

"Singkirkan tanganmu, Kak Nia adalah orang yang berpengalaman. Apa yang belum pernah Kak Nia lihat?"

Aku berpikir dalam hati bahwa cara kamu membuka pikiranku begitu istimewa, rasanya bisa membunuhku seketika itu juga.

"Keluarlah, aku akan menelepon Lina, kita pergi jalan-jalan, aku akan membantu mendekatkan kalian."

"Mari kita lihat apakah dia akan mengizinkanmu pergi ke rumahnya pada siang hari ini, biar kita bisa menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Perusahaan kakakmu juga bisa pulih secepatnya."

Setelah Kak Nia selesai berbicara, dia memutar pinggangnya dan pergi.

Aku mengikutinya dengan patuh keluar dari kamar mandi, telapak tanganku sudah berkeringat.

Kutahan.

Digoda Kak Nia berulang kali, tapi belum bisa melampiaskannya, hasratku hampir meledak.

Tapi, demi kakakku, aku hanya bisa menahannya untuk saat ini.

Kak Nia duduk di sofa dan menghubungi nomor telepon Lina, ".... Nggak mau keluar? Kenapa? Nggak bisa, aku mau kamu menemaniku. Kalau kamu nggak pergi, aku akan meminta adikku untuk menggendongmu turun."

"Hah? Apa aku keterlaluan? Aku memang keterlaluan. Apa yang bisa kamu lakukan padaku?"

"Kalau begitu beres, kutunggu di pintu lima menit lagi."

Kak Nia menutup panggilan teleponnya, lalu tersenyum dan berkata padaku, "Beres. Kamu ganti baju, nanti kamu bawa mobil."

"Ingat, lihatlah lebih jauh, akan ada kejutan menunggumu."

Aku berkata "Oh" dan pergi berganti pakaian.

Aku sangat menantikannya dan penasaran dengan kejutan yang Kak Nia bicarakan?

Segera, aku mengganti pakaianku.

Aku dan Kak Nia menunggu di depan pintu sebentar, lalu Lina pun datang.

Lina berganti gaun merah, yang membuat kulitnya terlihat lebih cerah.

Apalagi gaun ini memiliki leher V yang memperlihatkan bagian dada Lina.

Aku langsung tercengang.

Di luar dugaan, bodi Lina ternyata lebih bagus dari yang aku bayangkan.

Mata Lina sepertinya sengaja menghindariku, dia tidak mau menatap langsung ke arahku.

Dia merangkul lengan Kak Nia dan berjalan lewat di depanku.

Aku sangat bingung dan agak sedih.

Saat aku memijatnya tadi, dia jelas-jelas berkesan baik terhadapku. Kenapa dia begitu dingin sekarang? Bahkan tidak menatapku.

Apa aku bertindak keterlaluan? Membuatnya tidak senang?

Kami turun dari lantai atas.

Sepanjang proses, Lina berbincang dan tertawa dengan Kak Nia, tapi aku seperti udara.

Awalnya aku sangat tertekan, tapi setelah masuk ke dalam mobil, tiba-tiba aku teringat perkataan Kak Nia yang memintaku untuk memperhatikan bagian belakang setelah masuk ke dalam mobil, ada kejutan yang menungguku.

Aku penasaran apa kejutannya?

Jadi aku terus melihat ke kaca spion.

Kak Nia dan Lina sedang mengobrol dan tertawa, aku tidak melihat ada kejutan apa pun.

"Kak Nia, kita mau ke mana?" Aku menanyakan arah dan sengaja menoleh ke belakang, tapi tetap tidak menemukan kejutan apa pun.

Tapi, mataku dan mata Lina secara tidak sengaja bertatapan. Wajah Lina tiba-tiba memerah, lalu dia membuang muka dengan salah tingkah.

Aku menangkap tatapan bingung, gelisah dan canggungnya.

Jantungku pun "berdebar" satu kali.

Aku curiga Lina tidak marah, tapi ragu-ragu dan bingung apakah dia harus bersikap ambigu padaku, jadi dia terus mengabaikanku.

Aku sangat senang.

Karena ini menunjukkan bahwa dia tertarik padaku.

"Ke Wanda Plaza," ujar Kak Nia.

Aku mengiyakan, lalu menggunakan ponsel untuk mencari rute, menyalakan mobil dan menuju ke Wanda Plaza.

Sepanjang perjalanan aku masih sesekali melihat ke kaca spion.

Aku hanya ingin tahu kejutan apa yang Kak Nia bicarakan.

Saat mobil sampai di jalan yang padat, mobil melaju sangat lambat. Aku melihat ke kaca spion lagi.

Ini pemandangan yang luar biasa, kebetulan aku melihat Lina melepas celana dalamnya.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Monica Monica
lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Oyon Kanedi
mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
Dazul Yusra
makin penasaran, lanjut.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 5

    Setelah Lina melepas celana dalamnya, dia memasukkannya ke dalam tas dan melihat ke luar jendela seolah tidak terjadi apa-apa.Tapi, wajahnya yang cantik memerah dan kakinya dijepit erat.Aku kebetulan bisa melihat penampilannya secara keseluruhan di kaca spion.Penampilannya yang pemalu dan gelisah itu terlalu menawan.Terutama di antara kedua kakinya, itu membuatku berfantasi.Kak Nia luar biasa, entah apa yang dia katakan dengan Lina hingga membuat Lina melakukan hal seperti itu."Drrt drrt." Ponsel tiba-tiba bergetar.Aku membuka WhatsApp dan menemukan bahwa itu adalah pesan dari Kak Nia.Kak Nia, "Sudah lihat?"Aku malu dan bersemangat, juga tidak tahu harus berkata apa, jadi aku mengirim ekspresi tersenyum pada Kak Nia.Pesan Kak Nia segera terkirim, "Lina sedikit pemalu sepertimu, tapi aku akan membiarkan pikiran dia terbuka perlahan, kamu harus memanfaatkan kesempatan."Aku menjawab, "Oke."Aku sangat bersemangat, Kak Nia sangat mahir dalam membantu.Sesampainya di mal, Kak Nia

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 6

    "Ahhh ...."Awalnya, saat aku melampiaskannya sendiri, perasaannya tidak begitu kuat, mungkin perlu beberapa saat sebelum aku bisa melampiaskannya.Tapi, setelah melihat Lina memata-mataiku melakukan itu, entah kenapa aku menjadi terangsang, antusias dan bersemangat.Cairan pun segera disemprotkan.Karena aku melakukan hal semacam itu tanpa menutup-nutupi, pada dasarnya tidak mengotori celana, tapi membuat kursi pengemudi kotor.Di mana pun.Aku panik.Alangkah memalukannya kalau Kak Nia mengetahui hal tersebut.Ini adalah mobil favoritnya.Saat dia dan Kak Wiki mengantarku kemarin, dia tidak memperbolehkan Kak Wiki mengemudikan mobilnya. Kak Wiki mengatakan bahwa Kak Nia membeli mobil itu sendiri. Kak Nia sudah lama mengincarnya dan sangat menyayanginya.Aku segera mengambil tisu dari sisi penumpang dan membersihkannya.Tapi, masih ada bekasnya, aku tidak tahu apakah bisa kering setelah makan?Akan memalukan kalau meninggalkan jejak.Kak Nia menyuruhku belajar, tapi aku malah melakuka

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 7

    "Baiklah, kalau begitu kamu istirahat." Kak Nia menutup panggilan teleponnya.Aku segera bertanya, "Apa yang Kak Lina katakan?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Lina nggak mau berkata apa pun. Dia hanya bilang dia nggak enak badan dan pulang istirahat dulu."Aku menghela napas lega dan berkata, "Untung saja."Kak Nia mengetuk keningku, "Apa yang untung saja?"Aku tidak mengerti jadi berkata, "Kak Lina nggak mengatakan apa-apa, jadi aku nggak begitu malu.""Kalau dia nggak bilang, lalu apakah yang terjadi barusan nggak terjadi?""Biar kuberi tahu, semakin dia nggak membicarakannya, hal itu akan semakin tertanam dalam pikirannya.""Bahkan setiap kali bertemu denganmu, adegan kamu melakukan hal semacam itu di dalam mobil akan muncul di pikirannya."Tiba-tiba aku merasa perkataan Kak Nia masuk akal.Ini seperti tiba-tiba aku mendengar kakakku dan Kak Nia melakukan itu.Setiap kali Kak Nia melakukan tindakan ambigu ke arahku, mau tidak mau aku teringat membayangkan Kak Nia di ranjang.A

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 8

    Ide berani itu muncul lagi di benak aku.Aku setiap saat dipancing dan digoda oleh Kak Nia, tapi aku tidak pernah melawan.Bagaimana kalau aku melawan sekali?Bukankah Kak Nia selalu menyuruhku untuk membuka diri?Bagaimana aku bisa membuka diri kalau aku tidak mencobanya?Jadi, aku menarik celanaku setengah dan tiba-tiba berkata kepada Kak Nia, "Kak Nia, aku merasa nggak nyaman sekali. Bukankah kamu bilang kalau aku merasa nggak nyaman, kamu bisa membantuku."Setelah mengatakan itu, jantungku berdetak lebih cepat dan aku sangat ketakutan.Terutama karena ini pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata berani seperti itu kepada Kak Nia, aku merasa tidak yakin."Aku mau masak." Kulihat Kak Nia tersipu malu.Ini mengejutkan dan menyenangkan bagiku.Kak Nia tidak menolakku secara langsung, jadi itu ada peluang.Aku terus berkata dengan berani, "Nggak apa-apa, tinggal dicuci saja nanti."Sambil berkata begitu, dengan berani aku menarik lagi tangan Kak Nia.Saat aku menyentuh tangan Kak Nia,

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 9

    "Kamu nggak boleh memberitahu kakakku apa yang baru saja terjadi."Kak Nia berkata sambil membantuku mengangkat celanaku, "Tentu saja aku nggak akan memberitahu kakakmu, tapi aksimu tadi sangat bagus.""Kamu nggak hanya harus melakukan ini di depanku, tapi kamu juga harus melakukan ini di depan Lina.""Semakin cabul seorang pria, semakin dia dicintai oleh wanita.""Bahkan kalau perlu, biarpun kamu harus menggunakan trik, itu nggak masalah."Aku sedikit kecewa dan bertanya, "Kak Nia, apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk membantuku membuka hati?""Kalau nggak apa? Kamu nggak berpikir aku ingin melakukan sesuatu denganmu 'kan?"Hatiku langsung mencelos.Aku menggeleng lemah, "Nggak."Aku tahu aku tidak seharusnya kecewa, tapi saat ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.Secara khusus, Kak Nia membantu aku mengangkat celana dan menata pakaian aku seperti tidak terjadi apa-apa.Seolah-olah semua reaksiku seperti reaksi anak-anak.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Jelas-jelas

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 10

    Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.Dia benar-benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah-engah.....Tadinya aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 11

    Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 12

    "Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny

Latest chapter

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 474

    Melihat istrinya seperti ini, Carmin sangat puas.Dia termasuk hebat, sanggup memuaskan istrinya.Umumnya, wanita yang sudah terpuaskan tidak akan sembarangan di luar.Aku kurang nyaman mendengar percakapan mereka dan memutuskan untuk pergi.Di dalam mobil Chevrolet, Nancy berbaring di pelukan suaminya sambil berkata, "Kok tiba-tiba pulang? Bukannya kamu bilang dua hari lagi baru pulang?""Aku kangen kamu. Pulang buat ketemu kamu." Sembari berbicara, Carmin mengecup kening Nancy.Tanpa sengaja, Carmin melihat bekas cupang di leher Nancy.Carmin pun curiga. "Apa itu yang ada di lehermu?"Nancy mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Malam itu, kami sangat bergairah dan dia menyuruhku mengisap lehernya.Dia memandang Carmin sambil menjawab, "Buatan berondong, kamu percaya?""Tentu nggak. Kamu bukan orang macam itu. Tapi, aku penasaran dari mana datangnya bekas ini."Nancy memutar bola matanya yang indah. "Hari ini, aku pergi pijat seluruh badan. Tukang pijat bilang bagian dalam tubu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 473

    "Kak Nancy masih di mobil. Aku nggak bisa bawa begitu banyak orang sekaligus, jadi aku bawa Kak Nia dan Kak Lina naik terlebih dahulu.""Kalau begitu, kamu jaga mereka. Aku pergi jemput istriku.""Mobil Kak Nia, Chevrolet, nomor pelatnya ...."Setelah aku selesai berbicara, Carmin turun ke bawah.Entah mengapa aku merasa agak kecewa.Aku berharap Carmin tidak pulang.Namun, mereka adalah suami istri. Bukankah wajar kalau mereka tinggal serumah?Mengapa aku berharap Carmin tidak pulang?Aku duduk di sofa dengan linglung.Tiba-tiba, aku teringat akan kondom yang kusiapkan masih di mobil. Kalau sampai dilihat Carmin, dia mungkin akan mencurigaiku.Setelah memastikan Kak Nia dan Kak Lina sudah berbaring, aku berlari ke bawah.Aku harus mengejar Carmin dan menyembunyikan kondom itu.Namun, ketika aku turun, aku sudah tidak melihat Carmin. Dia mungkin sudah sampai di mobil.Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya.Lampu di dalam mobil Chevrolet menyala.Aku melihat Carmin dan Kak Nancy

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 472

    "Aku juga panas, mau buka baju."Sepertinya Kak Lina tertular Nancy. Dia hendak mengikuti Nancy melepas pakaian.Aku segera menghentikan Kak Lina. "Kak Lina, jangan!"Kak Nancy sangat liar, Kak Lina tidak boleh mencontohi Nancy. Aku tidak ingin Kak Lina terpengaruhi.Namun, Kak Lina malah bergumam, "Tapi, aku kepanasan. Sangat tersiksa."Malam ini, Kak Lina memang minum banyak bir. Efek alkohol dan ruang gerak terbatas di dalam mobil membuatnya kepanasan.Aku segera menurunkan jendela. "Kalian jangan lepaskan baju. Aku buka jendela, nanti bakal sejuk kalau mobil sudah jalan."Sembari berbicara, aku menyalakan mobil.Angin malam cukup kencang. Begitu mobil berjalan, suasana di dalam mobil lebih sejuk.Aku menoleh ke belakang dan ketiga wanita itu tidak merengek ingin melepas pakaian lagi.Aku mengembuskan napas lega.Aku pernah pergi ke rumah Kak Nancy, jadi aku mengetahui di mana rumahnya berada.Aku langsung berkendara menuju kompleks tersebut.Di antara mereka bertiga, Kak Nancy yang

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 471

    Sekarang, Kak Nia agak linglung. Namun, dia tampak sangat gembira.Aku tidak ingin merusak suasana, jadi aku berkata pada Wiki, "Dalam dua hari ini, bersabarlah."Mendengar jawabanku, Wiki pun lega. "Benarkah? Bagus sekali! Edo, bilang ke kakak iparmu. Dua hari ini, aku nggak pergi ke kantor. Aku tunggu dia di rumah.""Begitu kakakmu pulang, aku mau langsung minta maaf padanya. Dengan begitu, dia bisa merasakan ketulusanku."Aku berpikir dalam hati, 'Sekarang baru tahu salah?'Kak Nia begitu cantik dan memiliki tubuh ideal. Kamu bukannya menyayanginya, malah selingkuh di luar.Setelah semuanya terbongkar, kamu baru memikirkan segala cara untuk meminta maaf.Kamu tidak patut dikasihani.Tentu, aku tidak akan mengucapkan kata-kata ini pada Wiki. Kak Nia menyuruhku untuk tidak mencampuri urusan mereka, aku akan menuruti permintaan Kak Nia.Aku mengiakan dengan pelan, lalu mengakhiri panggilan.Namun, aku penasaran. Apa malam ini Kak Nia akan pulang?"Kak Nia."Aku tidak bisa menahan diri

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 470

    "Nggak boleh. Selain itu, singkirkan semua pikiran jahatmu. Mulai sekarang, jangan mengincarku lagi."Kak Nia memperingatkanku dengan tegas.Hatiku sangat gundah, aku berpikir, 'Apa ini ujian bagiku?'Aku bukan makhluk suci, hanya manusia biasa. Bagaimana mungkin aku tidak bereaksi pada godaan Kak Nia?Terlebih lagi, aku tahu Kak Nia butuh perhatian lebih dalam hal seperti ini.Aku tidak menyerah dan terus membujuk Kak Nia. "Kalau begitu, ayo lakukan sekali lagi. Kujamin, kelak nggak bakal mengincarmu lagi.""Omongan pria nggak bisa dipercaya. Kamu kira aku bakal percaya?"Kak Nia sudah berpengalaman dan sulit dikelabui.Aku mencoba dengan berbagai cara, tetapi dia tidak luluh.Alhasil, aku menyerah."Baiklah, aku menurutimu, demi kamu dan aku."Aku tidak ingin membuat Kak Nia kesal. Akhirnya, aku memilih untuk menurutinya.Kak Nia tersenyum menawan. "Kalau begitu, aku kembali dulu. Kamu tunggu sebentar di luar. Kalau nggak, mereka pasti bakal merasa ada yang aneh dengan kita. Oh ya, b

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 469

    Kak Nia mendelikku dengan galak sambil berkata, "Apa aku harus mencari pria lain untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan?""Bukankah makan enak, tidur nyenyak, bersenang-senang juga adalah cara untuk menikmati hidup?"Ternyata ini yang dimaksud oleh Kak Nia.Namun, aku malah mengajukan pertanyaan sensitif. "Lalu, bagaimana kalau kamu punya keinginan? Kamu tahan?""Bisa kuatasi sendiri. Paling-paling beli alat dari internet."Mendengar ucapan ini, aku makin tidak tega.Demi aku, Kak Nia tidak memutus hubungan dengan Kak Wiki, tidak ingin mencari pria lain dan berencana untuk mengatasi hasrat sendiri.Teman-teman sekalian, apa kalian punya solusi?"Aku nggak mau melihatmu seperti itu. Kalau nggak, kamu coba minta bantuan Wiki."Aku mengalah demi kebaikannya.Kak Nia mengembuskan napas. "Sudahlah, kami sudah lama nggak harmonis, apalagi beberapa tahun belakangan ini.""Karena aku terlalu bergairah di masa muda dan sudah menunjukkan semua pesonaku.""Jadi, aku harus ingatkan kamu. Sebe

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 468

    Aku sangat tidak rela. Namun, mengingat ucapan Kak Nia, aku tidak berdaya.Semua orang di desa tahu Wiki baik padaku. Tanpa Wiki, aku tidak akan berada di sini.Kalau orang-orang di desa tahu aku berselingkuh dengan istri Wiki, aku dan orang tuaku akan dihujat habis-habisan.Aku tidak peduli dengan pandangan mereka, tetapi aku harus memikirkan orang tuaku.Kecuali aku sanggup membawa orang tuaku datang ke kota. Dengan begitu, mereka tidak akan mendengar hujatan-hujatan itu dan tersakiti.Aku diam-diam bersumpah. 'Aku akan kerja keras buat beli rumah.'Setelah membawa orang tuaku datang ke kota, aku akan menyuruh Kak Nia bercerai dengan Wiki.Aku melamun di depan pintu toilet. Ketika Kak Nia keluar dari toilet, aku masih belum pergi.Pipi Kak Nia memerah. Dia menatapku dengan linglung. "Kenapa belum pergi?"Aku tidak menanggapinya, hanya saja, aku sangat sedih.Kak Nia mendatangiku. Dia membelai pipiku dengan penuh kasih sayang. "Kita nggak mungkin bersama. Singkirkan niatmu, jalani hid

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 467

    Aku bertanya dengan gelisah, "Kak Nia, kalian makan malam bersama, kenapa nggak beri tahu ku?""Edo, aku nggak berencana mengajakmu, Nancy yang mengajakmu."Mendengar Kak Nia berkata demikian, hatiku sangat sakit.Mengapa Kak Nia tiba-tiba mengasingkanku?Aku bertanya dengan gugup, "Kenapa? Bukankah kita berhubungan baik? Kenapa aku merasa kamu berubah?""Masalah kita sudah berlalu. Ke depannya, jangan diungkit lagi. Lina dan Johan sudah bercerai, kelak, kamu bisa tinggal di rumah Lina."Kak Nia ingin mengusirku?Aku kebingungan. Ada apa dengannya? Mengapa seperti ini?Apa aku melakukan kesalahan?"Kak Nia, apa maksudmu?" Aku heran dan gugup, suasana hatiku sangat buruk.Kak Nia menatapku dengan linglung. "Nggak ada yang salah dengan ucapanku. Aku nggak mungkin menyuruhmu tinggal di rumahku dan lanjut berselingkuh denganmu.""Wiki nggak tahu masalah kita, bagaimana kalau ketahuan?""Dia berulah di luar, aku berulah di rumah? Apa pantas?"Aku berkata dengan kesal, "Berulah apaan? Aku tu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 466

    "Selamat datang di keluarga besarku, Nia."Nancy membuka tangannya ke arah Kak Nia, mereka pun berpelukan.Nancy memandang Kak Lina sambil berkata, "Lina, Nia pun sudah tersadar, kapan giliranmu?"Lina menggelengkan kepalanya. "Kalian bersenang-senanglah. Sekarang, aku sudah bahagia.""Bahagia apanya? Kamu begitu cantik, sayang sekali kalau nggak menikmati hidup."Nancy terus menghasut Kak Lina.Aku segera berkata dengan kesal, "Kak Nancy, bersenang-senanglah sendiri, jangan menghasut Kak Lina-ku."Kak Lina sangat polos dan manis, aku tidak ingin dia berubah menjadi seperti Nancy.Aku tidak berniat untuk menikahi Nancy. Jadi, aku tidak peduli dengan keliarannya.Berbeda dengan Kak Lina. Aku yakin akan menikahinya.Dia adalah wanita yang akan menemaniku di masa tua, bagaimana boleh begitu liar?Setelah menikah, aku hanya ingin menjalani hidup tenang."Aku menghasutnya? Aku hanya menyuruh sahabatku menikmati hidup.""Bukannya kamu juga menikmati hidup?""Kamu boleh, wanita nggak boleh?"

DMCA.com Protection Status