Share

Bab 4

Penulis: Galang Damares
Celana dalam ini lembut dan halus dan sepertinya masih ada sisa aroma Kak Nia di dalamnya.

Merasakan pakaian dalam di tanganku, mau tak mau aku memikirkan tentang apa yang kudengar di pagi hari.

Hal ini membuat aku semakin antusias dan bersemangat.

Aku tidak bisa benar-benar terjadi apa-apa dengan Kak Nia, tapi aku bisa saja berfantasi dengan barangnya 'kan?

Berpikir seperti ini, aku melepaskan ikat pinggangku dan memasukkan celana dalamku ke dalamnya.

Tepat ketika aku hendak menggunakan kelima jariku untuk melampiaskan hasratku, tiba-tiba ada ketukan di pintu.

Aku ketakutan sampai rohku hampir melayang dan aku hampir muncrat.

Di rumah hanya ada dua orang, Kak Nia dan aku.

Aku segera mengeluarkan celana dalam itu dan menaruhnya di rak handuk.

Lalu berkata dengan perasaan bersalah, "Kak Nia, ada apa?"

"Edo, apa kamu berbuat jahat di dalam sana?" tanya Kak Nia.

"Hah? Aku, aku nggak." Aku merasa sangat bersalah.

"Lalu kenapa suaramu bergetar?"

Kak Nia membuatku takut hanya dengan satu kalimat.

Aku merasa berkeringat dingin.

Biarpun Kak Nia berpikiran terbuka, dia dengan jelas mengatakan kepadaku bahwa aku tidak boleh mengincar dia.

Kalau dia mengetahui apa yang aku lakukan dengan celana dalamnya tadi, dia pasti akan beranggapan aku tidak patuh dan akan mengusir aku.

Tapi, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, jadi aku hanya bisa berkata tanpa daya, "Benaran nggak, aku hanya sakit perut dan berkeringat ...."

"Kenapa berkeringat? Apa kamu sakit?" Suara Kak Nia menjadi khawatir.

Aku berkata, "Aku nggak tahu, aku hanya merasa nggak nyaman."

"Buka pintunya, biar kulihat."

"Ini, ini nggak pantas."

"Apa yang nggak pantas? Kamu hanya anak kecil bagiku. Cepat buka pintunya."

Aku merasa kecewa. Ternyata aku hanya anak kecil di mata Kak Nia. Pantas saja Kak Nia berpikiran terbuka di hadapanku.

Mungkin dia tidak pernah berpikir untuk memintaku melakukan hal semacam itu.

Aku membungkuk dan membuka pintu kamar mandi. Saat Kak Nia masuk, dia tidak langsung menatapku, melainkan melihat ke rak handuk.

Aku panik, apakah Kak Nia menemukan sesuatu?

Aku merasa sangat bersalah hingga tidak berani menatap mata Kak Nia.

Sedangkan Kak Nia berjalan menuju rak handuk dan bertanya padaku sambil tersenyum, "Apakah kamu menyentuh celana dalamku?"

"Nggak, nggak ada." Aku terus menggelengkan kepalaku.

"Benaran nggak? Lalu kenapa wajahmu memerah? Katakan sejujurnya, apakah kamu tadi berencana melakukan sesuatu yang buruk dengan celana dalamku? Tapi, aku menyela kamu, kamu merasa bersalah dan takut, jadi nggak berani membiarkan aku masuk?"

Aku sangat meragukan kalau Kak Nia itu waskita. Kenapa dia tahu semua yang aku lakukan dan pikirkan?

Kak Nia menatapku dari atas ke bawah, saat melihat aku membungkuk dan tak berani berdiri tegak, kecurigaan di matanya semakin kentara.

"Berdiri tegak." Kak Nia menatapku dan berkata.

Aku tidak berani membangkang Kak Nia.

Ketika aku berdiri tegak, bagian di bawah tubuhku yang memalukan langsung terlihat.

Aku tahu, aku ketahuan oleh Kak Nia.

Aku memejamkan mata, tidak berani menghadapi Kak Nia.

Lalu, aku merasakan Kak Nia perlahan berjongkok di depanku.

Jantungku hampir copot.

Terutama karena aku tidak tahu apa yang ingin Kak Nia lakukan?

Apalagi posisi Kak Nia yang berjongkok saat ini terlalu ambigu sehingga membuatku berpikir lebih jauh.

Aku diam-diam membuka mataku.

Aku melihat Kak Nia memandangi tempatku dengan tergila-gila dan dengan tulus menghela napas, "Alangkah baiknya kalau kakakmu bisa sekuat kamu!"

Saat dia berbicara, ada hasrat tiada tara di matanya.

Pikiranku kosong saat ini dan hatiku merasa tidak tenang. Aku sama sekali tidak tahu harus berkata apa.

Kak Nia memandanginya sebentar, lalu bangkit kembali.

Aku pun menutupinya dengan tanganku.

"Simpan keinginanmu, agar kamu punya motivasi untuk menghadapi Lina."

Ucap Kak Nia tiba-tiba menghampiriku, "Sebenarnya aku sengaja merangsangmu. Kak Nia tahu itu salah, tapi demi kakakmu, Kak Nia terpaksa melakukan ini."

"Kamu terlalu pemalu, Kak Nia terpaksa mencari cara untuk membuka pikiranmu dulu."

"Singkirkan tanganmu, Kak Nia adalah orang yang berpengalaman. Apa yang belum pernah Kak Nia lihat?"

Aku berpikir dalam hati bahwa cara kamu membuka pikiranku begitu istimewa, rasanya bisa membunuhku seketika itu juga.

"Keluarlah, aku akan menelepon Lina, kita pergi jalan-jalan, aku akan membantu mendekatkan kalian."

"Mari kita lihat apakah dia akan mengizinkanmu pergi ke rumahnya pada siang hari ini, biar kita bisa menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Perusahaan kakakmu juga bisa pulih secepatnya."

Setelah Kak Nia selesai berbicara, dia memutar pinggangnya dan pergi.

Aku mengikutinya dengan patuh keluar dari kamar mandi, telapak tanganku sudah berkeringat.

Kutahan.

Digoda Kak Nia berulang kali, tapi belum bisa melampiaskannya, hasratku hampir meledak.

Tapi, demi kakakku, aku hanya bisa menahannya untuk saat ini.

Kak Nia duduk di sofa dan menghubungi nomor telepon Lina, ".... Nggak mau keluar? Kenapa? Nggak bisa, aku mau kamu menemaniku. Kalau kamu nggak pergi, aku akan meminta adikku untuk menggendongmu turun."

"Hah? Apa aku keterlaluan? Aku memang keterlaluan. Apa yang bisa kamu lakukan padaku?"

"Kalau begitu beres, kutunggu di pintu lima menit lagi."

Kak Nia menutup panggilan teleponnya, lalu tersenyum dan berkata padaku, "Beres. Kamu ganti baju, nanti kamu bawa mobil."

"Ingat, lihatlah lebih jauh, akan ada kejutan menunggumu."

Aku berkata "Oh" dan pergi berganti pakaian.

Aku sangat menantikannya dan penasaran dengan kejutan yang Kak Nia bicarakan?

Segera, aku mengganti pakaianku.

Aku dan Kak Nia menunggu di depan pintu sebentar, lalu Lina pun datang.

Lina berganti gaun merah, yang membuat kulitnya terlihat lebih cerah.

Apalagi gaun ini memiliki leher V yang memperlihatkan bagian dada Lina.

Aku langsung tercengang.

Di luar dugaan, bodi Lina ternyata lebih bagus dari yang aku bayangkan.

Mata Lina sepertinya sengaja menghindariku, dia tidak mau menatap langsung ke arahku.

Dia merangkul lengan Kak Nia dan berjalan lewat di depanku.

Aku sangat bingung dan agak sedih.

Saat aku memijatnya tadi, dia jelas-jelas berkesan baik terhadapku. Kenapa dia begitu dingin sekarang? Bahkan tidak menatapku.

Apa aku bertindak keterlaluan? Membuatnya tidak senang?

Kami turun dari lantai atas.

Sepanjang proses, Lina berbincang dan tertawa dengan Kak Nia, tapi aku seperti udara.

Awalnya aku sangat tertekan, tapi setelah masuk ke dalam mobil, tiba-tiba aku teringat perkataan Kak Nia yang memintaku untuk memperhatikan bagian belakang setelah masuk ke dalam mobil, ada kejutan yang menungguku.

Aku penasaran apa kejutannya?

Jadi aku terus melihat ke kaca spion.

Kak Nia dan Lina sedang mengobrol dan tertawa, aku tidak melihat ada kejutan apa pun.

"Kak Nia, kita mau ke mana?" Aku menanyakan arah dan sengaja menoleh ke belakang, tapi tetap tidak menemukan kejutan apa pun.

Tapi, mataku dan mata Lina secara tidak sengaja bertatapan. Wajah Lina tiba-tiba memerah, lalu dia membuang muka dengan salah tingkah.

Aku menangkap tatapan bingung, gelisah dan canggungnya.

Jantungku pun "berdebar" satu kali.

Aku curiga Lina tidak marah, tapi ragu-ragu dan bingung apakah dia harus bersikap ambigu padaku, jadi dia terus mengabaikanku.

Aku sangat senang.

Karena ini menunjukkan bahwa dia tertarik padaku.

"Ke Wanda Plaza," ujar Kak Nia.

Aku mengiyakan, lalu menggunakan ponsel untuk mencari rute, menyalakan mobil dan menuju ke Wanda Plaza.

Sepanjang perjalanan aku masih sesekali melihat ke kaca spion.

Aku hanya ingin tahu kejutan apa yang Kak Nia bicarakan.

Saat mobil sampai di jalan yang padat, mobil melaju sangat lambat. Aku melihat ke kaca spion lagi.

Ini pemandangan yang luar biasa, kebetulan aku melihat Lina melepas celana dalamnya.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
aidil aidilrubob
lanjut makin seru
goodnovel comment avatar
Kawi Kelana
lanjut seru
goodnovel comment avatar
Siti Fahreyza
lanjut cerita y
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 5

    Setelah Lina melepas celana dalamnya, dia memasukkannya ke dalam tas dan melihat ke luar jendela seolah tidak terjadi apa-apa.Tapi, wajahnya yang cantik memerah dan kakinya dijepit erat.Aku kebetulan bisa melihat penampilannya secara keseluruhan di kaca spion.Penampilannya yang pemalu dan gelisah itu terlalu menawan.Terutama di antara kedua kakinya, itu membuatku berfantasi.Kak Nia luar biasa, entah apa yang dia katakan dengan Lina hingga membuat Lina melakukan hal seperti itu."Drrt drrt." Ponsel tiba-tiba bergetar.Aku membuka WhatsApp dan menemukan bahwa itu adalah pesan dari Kak Nia.Kak Nia, "Sudah lihat?"Aku malu dan bersemangat, juga tidak tahu harus berkata apa, jadi aku mengirim ekspresi tersenyum pada Kak Nia.Pesan Kak Nia segera terkirim, "Lina sedikit pemalu sepertimu, tapi aku akan membiarkan pikiran dia terbuka perlahan, kamu harus memanfaatkan kesempatan."Aku menjawab, "Oke."Aku sangat bersemangat, Kak Nia sangat mahir dalam membantu.Sesampainya di mal, Kak Nia

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 6

    "Ahhh ...."Awalnya, saat aku melampiaskannya sendiri, perasaannya tidak begitu kuat, mungkin perlu beberapa saat sebelum aku bisa melampiaskannya.Tapi, setelah melihat Lina memata-mataiku melakukan itu, entah kenapa aku menjadi terangsang, antusias dan bersemangat.Cairan pun segera disemprotkan.Karena aku melakukan hal semacam itu tanpa menutup-nutupi, pada dasarnya tidak mengotori celana, tapi membuat kursi pengemudi kotor.Di mana pun.Aku panik.Alangkah memalukannya kalau Kak Nia mengetahui hal tersebut.Ini adalah mobil favoritnya.Saat dia dan Kak Wiki mengantarku kemarin, dia tidak memperbolehkan Kak Wiki mengemudikan mobilnya. Kak Wiki mengatakan bahwa Kak Nia membeli mobil itu sendiri. Kak Nia sudah lama mengincarnya dan sangat menyayanginya.Aku segera mengambil tisu dari sisi penumpang dan membersihkannya.Tapi, masih ada bekasnya, aku tidak tahu apakah bisa kering setelah makan?Akan memalukan kalau meninggalkan jejak.Kak Nia menyuruhku belajar, tapi aku malah melakuka

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 7

    "Baiklah, kalau begitu kamu istirahat." Kak Nia menutup panggilan teleponnya.Aku segera bertanya, "Apa yang Kak Lina katakan?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Lina nggak mau berkata apa pun. Dia hanya bilang dia nggak enak badan dan pulang istirahat dulu."Aku menghela napas lega dan berkata, "Untung saja."Kak Nia mengetuk keningku, "Apa yang untung saja?"Aku tidak mengerti jadi berkata, "Kak Lina nggak mengatakan apa-apa, jadi aku nggak begitu malu.""Kalau dia nggak bilang, lalu apakah yang terjadi barusan nggak terjadi?""Biar kuberi tahu, semakin dia nggak membicarakannya, hal itu akan semakin tertanam dalam pikirannya.""Bahkan setiap kali bertemu denganmu, adegan kamu melakukan hal semacam itu di dalam mobil akan muncul di pikirannya."Tiba-tiba aku merasa perkataan Kak Nia masuk akal.Ini seperti tiba-tiba aku mendengar kakakku dan Kak Nia melakukan itu.Setiap kali Kak Nia melakukan tindakan ambigu ke arahku, mau tidak mau aku teringat membayangkan Kak Nia di ranjang.A

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 8

    Ide berani itu muncul lagi di benak aku.Aku setiap saat dipancing dan digoda oleh Kak Nia, tapi aku tidak pernah melawan.Bagaimana kalau aku melawan sekali?Bukankah Kak Nia selalu menyuruhku untuk membuka diri?Bagaimana aku bisa membuka diri kalau aku tidak mencobanya?Jadi, aku menarik celanaku setengah dan tiba-tiba berkata kepada Kak Nia, "Kak Nia, aku merasa nggak nyaman sekali. Bukankah kamu bilang kalau aku merasa nggak nyaman, kamu bisa membantuku."Setelah mengatakan itu, jantungku berdetak lebih cepat dan aku sangat ketakutan.Terutama karena ini pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata berani seperti itu kepada Kak Nia, aku merasa tidak yakin."Aku mau masak." Kulihat Kak Nia tersipu malu.Ini mengejutkan dan menyenangkan bagiku.Kak Nia tidak menolakku secara langsung, jadi itu ada peluang.Aku terus berkata dengan berani, "Nggak apa-apa, tinggal dicuci saja nanti."Sambil berkata begitu, dengan berani aku menarik lagi tangan Kak Nia.Saat aku menyentuh tangan Kak Nia,

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 9

    "Kamu nggak boleh memberitahu kakakku apa yang baru saja terjadi."Kak Nia berkata sambil membantuku mengangkat celanaku, "Tentu saja aku nggak akan memberitahu kakakmu, tapi aksimu tadi sangat bagus.""Kamu nggak hanya harus melakukan ini di depanku, tapi kamu juga harus melakukan ini di depan Lina.""Semakin cabul seorang pria, semakin dia dicintai oleh wanita.""Bahkan kalau perlu, biarpun kamu harus menggunakan trik, itu nggak masalah."Aku sedikit kecewa dan bertanya, "Kak Nia, apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk membantuku membuka hati?""Kalau nggak apa? Kamu nggak berpikir aku ingin melakukan sesuatu denganmu 'kan?"Hatiku langsung mencelos.Aku menggeleng lemah, "Nggak."Aku tahu aku tidak seharusnya kecewa, tapi saat ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.Secara khusus, Kak Nia membantu aku mengangkat celana dan menata pakaian aku seperti tidak terjadi apa-apa.Seolah-olah semua reaksiku seperti reaksi anak-anak.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Jelas-jelas

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 10

    Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.Dia benar-benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah-engah.....Tadinya aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 11

    Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 12

    "Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny

Bab terbaru

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 931

    "Kenapa? Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya? Kenapa baru bilang sekarang?""Kamu seharusnya nggak menanyakan hal ini." Nancy mengenakan pakaiannya dengan perlahan. "Keputusan untuk menikah dibuat oleh kakak iparmu. Keputusan untuk nggak bercerai juga dibuat olehnya. Sebagai orang yang bersangkutan, dia nggak mengatakan apa pun. Kenapa kita sebagai orang luar harus ikut campur?""Aku menceritakan ini padamu sekarang, bukan untuk menolong Nia keluar dari penderitaannya, aku hanya ingin mencari seseorang untuk bermain-main denganku.""Sahabatku itu terlalu tertutup. Pikirannya bahkan lebih tertutup. Aku mustahil mengajaknya. Tapi, mengingat situasi Nia saat ini, aku pikir masih aku masih punya banyak harapan."Aku segera meraih lengan Nancy dan berkata, "Kamu nggak boleh menyakiti Kak Nia. Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau, tapi jangan lakukan itu pada Kak Nia.""Aduh, Teddy, kamu menyakitiku," kata Nancy mengingatkanku.Aku menarik tanganku dengan marah. Aku bertanya-tanya baga

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 930

    "Kak Nancy, kamu bercanda, 'kan? Kak Nia pernah dipenjara? Bagaimana mungkin?"Nia adalah orang yang sangat baik. Bagaimana mungkin dia dipenjara?Aku tidak percaya sama sekali.Nancy tidak terkejut sama sekali. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Pikirkan identitasku. Apa aku perlu berbohong padamu untuk hal seperti itu?"Saat aku memikirkan identitas Nancy, aku bahkan lebih terkejut lagi.Bagi Nancy, menyelidiki hal-hal ini tidaklah sulit. Hal itu berarti apa yang dia katakan tentang Nia pernah dipenjara kemungkinan besar benar."Apa yang terjadi? Kenapa Kak Nia dipenjara?""Sebenarnya itu bukan masalah besar. Sebelum Nia menikah, ada banyak orang yang mengejarnya. Kadang-kadang, dia pasti akan bertemu beberapa pria yang terlena akan kecantikannya hingga bahkan ingin melecehkannya.""Saat itu, Nia juga sangat berani. Dia menusuk pria itu sehingga dia dipenjara selama setahun.""Tapi, hal-hal seperti ini sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Coba pikirkan, siapa yang akan menikahi wan

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 929

    Perasaan tersebut membuat sekujur tubuhku mati rasa."Apa kamu merasa nyaman?" Nancy tersenyum dan berbaring di dadaku. Kemudian, dia menggaruk kulitku dengan kukunya yang panjang.Aku masih tenggelam dalam perasaan tadi. Aku tidak tersadar dari lamunanku untuk waktu yang lama."Kak Nancy, aku nggak bertemu denganku selama beberapa hari. Kamu hebat sekali lagi. Kenapa kamu begitu hebat? Bagaimana kamu begitu andal?"Ini adalah keterampilan unik dari Nancy.Aku punya pengalaman dengan banyak wanita. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat menyaingi Nancy.Dia tidak hanya memiliki bentuk tubuh yang bagus, tetapi yang lebih penting adalah dia sangat memahami keinginan pria dan tahu cara menggoda pria. Dia tahu bagaimana membuat pria bergairah. Bagaimana membuat pria terjerumus. Bagaimana membuat pria merasakan kebahagiaan.Dapat dikatakan bahwa setiap gerakannya akan memberiku pengalaman terbaik.Sekarang, Nancy benar-benar tidak memedulikan apa pun lagi. "Siapa tahu, mungkin aku seorang

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 928

    "Nggak." Nia tidak membuka suara. Dia tidak ingin mengatakannya.Nancy tidak terburu-buru. Dia berkata dengan perlahan, "Nggak masalah kalau kamu nggak mengatakannya. Kamu bukan kakak ipar kandung Edo. Secara logika, kamu nggak berhak mencampuri urusan Edo.""Teddy, aku memberimu pilihan sekarang. Kamu ingin tinggal atau pergi bersamaku?"Setelah Nancy selesai berbicara, dia berkata padaku dengan suara yang sangat pelan, "Keluarlah bersamaku. Aku akan memberitahumu kenapa Nia memilih nggak bercerai."Kata-kata Nancy begitu menggoda sehingga aku tersentuh.Selain itu, aku berpikir dalam hati. Mungkinkah Nia memiliki rahasia yang tidak terucapkan sehingga dia tidak ingin bercerai?Aku benar-benar ingin tahu mengapa Nia tidak ingin bercerai.Namun, jika aku keluar bersama Nancy sekarang, Nia pasti akan marah besar.Namun, Nancy terus mengedipkan mata padaku. Terlihat jelas dia sengaja mencoba memprovokasi Nia dengan cara ini.Meskipun aku sangat enggan seperti ini, aku sungguh ingin menge

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 927

    "Sebelum aku bosan denganmu, aku akan membiarkanmu memanfaatkanku beberapa kali lagi. Kalau suatu hari nanti aku bosan denganmu, kamu nggak akan punya kesempatan untuk memanfaatkanku lagi."Aku merasa seakan aku hampir kehilangan sesuatu yang awalnya menjadi milikku.Aku tanpa sadar memeluk pinggangnya. "Apa maksudmu? Aku sendiri nggak cukup? Kamu masih ingin mencari orang lain?"Nancy terkekeh. "Bagaimana mungkin aku merasa cukup? Aku ingin punya banyak pacar. Aku bisa bersama pria berbeda setiap harinya.""Dasar wanita jahat. Aku nggak akan membiarkanmu melakukan ini." Aku menariknya ke dalam pelukanku dengan erat.Nancy sengaja menggigit bahuku. Aku merasa sakit, tetapi juga bersemangat.Seketika, hasratku langsung bangkit."Dasar penggoda!""Aku ingin mengisap energimu, apa kamu bersedia?" Nancy menatapku sambil tersenyum. Bibirnya yang merah dan indah itu tampak sangat menggoda.Aku melihat ke arah kamar mandi, lalu berkata, "Aku bersedia. Tapi, bukan di sini.""Kalau begitu, kita

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 926

    Tentu saja Nancy bukan wanita baik-baik. Wanita yang benar-benar baik seperti Lina yang lembut dan pengertian. Wanita seperti itu sangat cocok untuk dinikahi.Namun, aku tidak bisa mengatakannya.Nancy tersenyum dan berkata, "Aku akan pergi ke rumah Nia. Kita akan bertemu nanti.""Oh."Dalam hatiku, aku tidak ingin Nancy pergi karena aku ingin berduaan dengan Nia.Namun, Nancy bilang dia ingin pergi. Aku tidak mungkin bisa menghentikannya. Bagaimanapun, dia baru saja bercerai. Dia mungkin sedang tidak dalam suasana hati yang baik.Setelah pulang kerja, aku pergi ke rumah Nia. Namun, Nancy telah tiba terlebih dahulu."Akhirnya, Edo tiba. Kemarilah dan pijat aku." Saat Nancy melihatku, dia segera berbaring di sofa. Kemudian, aku memijatnya.Setelah beberapa hari tidak bertemu, Nancy tetap tampak menawan dan memesona seperti biasanya.Saat melihat Nancy, perasaan ingin menjaga jarak darinya pun menghilang.Saat Nancy berbaring di sofa, bentuk tubuhnya yang seksi dan proporsional pun terek

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 925

    Saat memijat baru-baru ini, dia bahkan sengaja memberi isyarat kepada kliennya.Hal ini tidak diizinkan di klinik kami.Aku mencari Allan. Aku memutuskan untuk berbicara dengannya.Di dalam kantor.Allan duduk di hadapanku.Aku tidak menyalahkannya secara langsung. Namun, aku bertanya padanya terlebih dahulu, "Apa kamu lupa aturan Pak Harmin?""Nggak.""Lalu, kenapa kamu melakukan itu?""Edo, aku nggak bermaksud menyerangmu. Aku kekurangan uang akhir-akhir ini. Aku sangat butuh banyak uang sekarang.""Kenapa? Apa yang terjadi?" Aku juga mengetahui bahwa dia tidak ingin menyerangku. Jika tidak, aku tidak akan berbicara padanya dengan sopan.Allan menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.Aku berkata dengan sabar, "Kamu boleh memilih nggak mengatakan apa pun, tapi kamu nggak boleh melanggar peraturan toko. Kalau aku tahu kamu memberi isyarat kepada klien lain kali, aku akan memecatmu."Allan tidak berkata apa-apa. Dia hanya berbalik dan pergi dalam diam.Aku duduk sendirian di

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 924

    Saat aku mendengar Citra tiba-tiba berkata seperti itu, aku berhenti dan membiarkan dia memegang lenganku dengan patuh.Namun, saat aku melihat sekeliling, aku tidak melihat seseorang pun yang melihat ke arah kami.Mungkinkah mantan pacarnya tidak memperhatikan kami?Aku bertanya, "Di mana mantan pacarmu?""Sebenarnya, aku nggak punya mantan pacar."Wajahku langsung menjadi masam. "Kamu gila, ya? Apa kamu pikir menyenangkan bermain-main denganku?"Aku menepis tangannya dengan tidak sabar.Citra menghela napas dan berkata, "Sejujurnya, sebenarnya aku adalah seorang aktor.""Kalau kamu aktor, aku adalah aktor papan atas."Aku tidak ingin memedulikannya lagi. Aku langsung berbalik dan pergi.Aku berpikir bagaimana mungkin Raul yang begitu disegani itu punya cucu gila seperti itu?Dia seperti psikopat.Setelah kembali ke meja, aku menyembunyikan emosiku. Hal ini karena aku tidak ingin Raul mengetahuinya.Tidak lama kemudian, Citra juga berjalan masuk. Wanita itu mengabaikanku. Dia terus be

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 923

    Gadis itu berlari mendekat sambil tersenyum dan memeluk Raul erat-erat. "Kakek, lama tak jumpa. Aku kangen banget sama Kakek.""Kamu ini, kamu sudah dewasa. Kenapa kamu masih bersikap sembrono? Omong-omong, sepupumu pergi ke Kota Brando beberapa hari lalu. Apa kamu bertemu dengannya?""Aku sudah bertemu dengannya. Gadis sialan itu bilang ingin membesarkan dadanya. Aku memarahinya. Alhasil, dia malah marah padaku. Aku mengajaknya untuk kembali bersama, tapi dia menolak.""Bocah itu, kenapa dia mau membesarkan dadanya? Setiap tubuh gadis berbeda-beda. Bagaimana mungkin semua orang terlihat sama? Apa gunanya itu?"Aku tidak ingin mengganggu mereka mengobrol, jadi aku berdiri agak jauh. Sebenarnya, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan.Keduanya mengobrol sebentar, lalu gadis itu menatapku dan bertanya pada Raul siapa aku.Raul memperkenalkan satu sama lain. "Namanya Edo, dia cucunya teman lamaku. Dia yang mengantarku ke bandara tadi. Edo, ini cucuku, namanya Citra.""Halo." Saa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status