Ide berani itu muncul lagi di benak aku.Aku setiap saat dipancing dan digoda oleh Kak Nia, tapi aku tidak pernah melawan.Bagaimana kalau aku melawan sekali?Bukankah Kak Nia selalu menyuruhku untuk membuka diri?Bagaimana aku bisa membuka diri kalau aku tidak mencobanya?Jadi, aku menarik celanaku setengah dan tiba-tiba berkata kepada Kak Nia, "Kak Nia, aku merasa nggak nyaman sekali. Bukankah kamu bilang kalau aku merasa nggak nyaman, kamu bisa membantuku."Setelah mengatakan itu, jantungku berdetak lebih cepat dan aku sangat ketakutan.Terutama karena ini pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata berani seperti itu kepada Kak Nia, aku merasa tidak yakin."Aku mau masak." Kulihat Kak Nia tersipu malu.Ini mengejutkan dan menyenangkan bagiku.Kak Nia tidak menolakku secara langsung, jadi itu ada peluang.Aku terus berkata dengan berani, "Nggak apa-apa, tinggal dicuci saja nanti."Sambil berkata begitu, dengan berani aku menarik lagi tangan Kak Nia.Saat aku menyentuh tangan Kak Nia,
"Kamu nggak boleh memberitahu kakakku apa yang baru saja terjadi."Kak Nia berkata sambil membantuku mengangkat celanaku, "Tentu saja aku nggak akan memberitahu kakakmu, tapi aksimu tadi sangat bagus.""Kamu nggak hanya harus melakukan ini di depanku, tapi kamu juga harus melakukan ini di depan Lina.""Semakin cabul seorang pria, semakin dia dicintai oleh wanita.""Bahkan kalau perlu, biarpun kamu harus menggunakan trik, itu nggak masalah."Aku sedikit kecewa dan bertanya, "Kak Nia, apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk membantuku membuka hati?""Kalau nggak apa? Kamu nggak berpikir aku ingin melakukan sesuatu denganmu 'kan?"Hatiku langsung mencelos.Aku menggeleng lemah, "Nggak."Aku tahu aku tidak seharusnya kecewa, tapi saat ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.Secara khusus, Kak Nia membantu aku mengangkat celana dan menata pakaian aku seperti tidak terjadi apa-apa.Seolah-olah semua reaksiku seperti reaksi anak-anak.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Jelas-jelas
Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.Dia benar-benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah-engah.....Tadinya aku
Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny
"Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny
"Kak Nia, aku nggak pernah berpikir seperti itu." Aku segera mengutarakan pikiranku.Kak Nia tersenyum dan berkata, "Aku tahu, karena kamu berbeda dengan laki-laki sialan itu.""Justru karena kamu polos, jujur dan baik hati maka aku membiarkanmu meniduri sahabatku.""Johan bukan pria baik. Dia mencari wanita simpanan di luar dan ingin menceraikan Lina dengan cara tercela seperti itu.""Kalau dia nggak cari kami dari awal, tapi mencari pria lain di luar, Lina akan celaka.""Alasan Johan melakukan ini bukan hanya karena akan menghasilkan perceraian yang paling cepat dan efektif, tapi yang lebih penting, dia juga tahu istrinya sangat membutuhkan dan perlu diberi makan oleh seorang laki-laki."Mendengar Kak Nia berkata demikian, tiba-tiba aku menjadi bersemangat."Kak Nia, maksudnya bukan Kak Lina yang nggak menginginkannya, hanya saja karena reputasi dan kepribadiannya, sulit baginya untuk membuka diri?"Kak Nia mengangguk dengan berat."Kalau nggak apa? Kenapa aku terus membantumu membua
Hatiku sungguh gatal.Karena Kak Nia bilang dia akan membantuku, tapi sekarang dia bersikap seperti ini.Kalau dia tidak mengatakan itu padaku sebelumnya, aku tidak akan merasa gatal.Aku menatap Kak Nia dan dengan berani berkata, "Kak Nia, bagaimana kalau kamu mandikan aku?""Hah? Aku bantu kamu?""Apa yang kamu pikirkan?"Sejujurnya aku mengatakan apa yang aku pikirkan, "Sebenarnya aku nggak meminta kamu memandikanku, cukup usap punggung aku.""Itu juga nggak boleh." Kak Nia menolak, itu membuatku merasa tidak nyaman."Kenapa?" Aku bertanya dengan enggan.Kak Nia berkata, "Menurutmu pantaskah pria bertubuh besar sepertimu berdiri telanjang di sana?""Tapi, bukankah kamu juga melihatnya saat aku memakai celana dalam tadi?" bisikku pelan, masih merasa ogah-ogahan dan ingin Kak Nia ikut masuk bersamaku.Kak Nia menyentil keningku, "Kamu sendiri bilang tadi kamu pakai celana dalam, kalau mandi kamu akan buka semuanya. Apa itu sama?""Apa bedanya?" gumamku enggan, aku merasa itu hanya sel
Sesampainya di kamar mandi, aku mulai melepas baju dan celanaku.Kak Nia berdiri memperhatikanku.Sejujurnya, aku cukup malu. Aku merasa kami akan melakukan sesuatu pada detik berikutnya.Apalagi Kak Nia berpakaian sangat tipis sehingga membuatku sangat haus.Tak lama kemudian, aku melepas semua pakaian aku, hanya menyisakan celana dalam.Yang terlihat membengkak.Aku masih agak malu dan tidak berani berhadapan langsung dengan Kak Nia.Aku menyalakan air pancuran dan air dingin membasahi tubuhku, tapi aku tidak merasa kedinginan sama sekali, hatiku masih panas.Kak Nia mengambil handuk mandi dan mulai mengusap punggungku."Bungkus sedikit. Kamu tinggi sekali, bagaimana aku bisa sampai?"Kak Nia menampar pantatku, membuatku gemetar.Hatiku menjadi semakin panas dan gelisah.Tapi, aku selalu berkata pada diriku bahwa orang di belakangku adalah wanitanya Kak Wiki dan dia juga kakak iparku. Aku tidak bisa mengincar dia.Aku sudah bersyukur dia mau menggosok punggungku.Aku mengikuti instru
Jauh lebih baik dari sesuatu yang dipermak dengan teknologi."Aku tiba-tiba merasa ucapanmu benar. Aku jadi nggak ingin perbesar payudara lagi."Sembari berbicara, Tiara membusungkan dadanya dengan bangga.Terlihat jelas dia sangat gembira.Aku tidak menyangka ucapanku akan menimbulkan reaksi sebesar ini."Sudah selesai, tolong selesaikan pembayaran."Aku menyodorkan kode pembayaran padanya.Tanpa basa-basi, Tiara langsung membayar.Layanan yang diinginkan Tiara cukup sederhana. Hanya memijat area dada, jadi harganya lebih murah, total 1,6 juta.Setelah menerima uang, aku pergi.Pertama, aku takut wanita itu berubah pikiran. Kedua, Kak Lina meneleponku, tetapi aku tidak angkat karena sedang sibuk.Aku kembali ke dalam mobil dan segera menelepon kembali.Kak Lina mengangkat panggilan videoku.Dia berkata, "Nancy bilang suasana hatinya kurang baik, malam ini dia minta ditemani."Ini bukan jawaban yang kuinginkan.Aku berharap Kak Lina pulang.Selain itu, bagaimana mungkin suasana hati Na
Aku berpikir dalam hati, 'Untung ayahmu ketahuan korupsi. Kalau nggak, kamu bakal jadi penerus ayahmu. Entah berapa banyak orang yang bakal menderita.'Aku sangat kesal. Jadi, aku menjawab dengan sembrono, "Nggak, puas?""Lumayan."Tiara kembali berbaring.Aku menatap payudaranya. Makin dipikirkan, aku makin kesal.Di tengah memijatnya, suatu ide buruk terlintas di benakku.Awalnya, titik akupunktur berada di bagian bawah payudara. Namun, kali ini aku sengaja meraba ke bagian atas.Tiara menyadari ada yang aneh, dia bertanya dengan curiga, "Hei, kamu mau apa?"Aku tersenyum palsu sambil menjawab, "Pijat titik akupunkturmu, bagian ini lebih efektif.""Serius? Kenapa sebelumnya kamu nggak pijat area ini?"Meskipun wanita ini ceroboh, dia tidak bodoh dan sulit dikelabui.Namun, aku sama sekali tidak gugup. "Sebelumnya buru-buru, nggak sempat oleskan minyak. Kali ini, sudah oleskan minyak, harus dipijat biar minyaknya meresap.""Oh."Aku berpikir dalam hati, 'Dasar kurcaci, sok-sokan mau l
Aku menjawab dengan kesal, "Teman-temanku juga sudah punya pacar."Tak disangka, Tiara begitu gigih. "Bagaimana dengan teman dari temanmu? Aku nggak percaya, nggak ada satu pun pria di sekitarmu yang lajang.""Kamu sengaja? Kubilang nggak ada, berarti nggak ada yang cocok.""Bagaimanapun, kamu sahabatnya. Jangan sembarangan jodohkan sahabatmu dengan pria, kamu tahu latar belakang pria itu? Kamu tahu karakternya?"Aku tidak sanggup menahan diri dan langsung menegur Tiara.Tiara tidak menganggap serius, dia tertawa terbahak-bahak. "Kok marah? Aku cuma bercanda, nggak boleh? Kok kurasa kamu peduli sama sahabatku?""Kenapa kamu merasa begitu? Aku cuma pendengar, nggak boleh kasih saran?"Aku merasa wanita ini tidak memiliki logika, dia hanya ingin mencari masalah denganku.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatainya."Maksudmu, aku nggak pantas jadi sahabatnya?""Aku nggak bilang begitu, kamu yang bilang." Aku membenarkan ucapannya secara tidak langsung.Karena menurutku dia memang tidak
Inilah perbedaan anak desa dan kota."Kamu benar. Waktu aku kecil, kondisi keluargaku kurang baik. Aku ingat, aku bahkan harus menangis seharian buat makan permen." Tiara tiba-tiba bercerita padaku.Aku pun penasaran dan bertanya, "Kamu tinggal di desa?""Nggak.""Jadi, kok keluargamu begitu miskin?""Karena waktu aku kecil, ayahku ketahuan korupsi dan aset keluargaku disita.""Tak lama kemudian, aku memasuki masa pubertas. Tapi, waktu itu keluargaku sangat miskin. Syukur bisa kenyang, ibuku mana bisa pedulikan soal nutrisiku lagi."Aku merasa sangat konyol.Kenapa kamu asal memberi tahu orang bahwa ayahmu adalah koruptor?Aku tidak bisa berkata-kata.Setelah menyiapkan peralatan, aku berkata pada Tiara, "Lepaskan pakaianmu, aku sudah mau mulai."Tanpa basa-basi, Tiara melepas pakaiannya.Aku mengoleskan minyak terlebih dahulu, lalu memijatnya.Sejujurnya, menghadapi tubuh seperti ini, aku sama sekali tidak bernafsu.Karena dadanya terlalu rata.Kalau bukan karena wajahnya cantik, aku
"Malam ini nggak bisa."Awalnya, aku sangat gembira. Namun, begitu membaca balasan Kak Lina, suasana hatiku memburuk.Aku bertanya, "Kenapa?"Kak Lina membalas, "Nancy menyuruhku menemaninya satu malam lagi."Aku menjawab dengan kesal, "Ada apa dengannya? Suaminya pulang, kok masih suruh kamu tinggal di rumahnya?"Lina bertanya, "Carmin pulang? Kapan?"Aku menjawab, "Kamu nggak tahu? Semalam. Waktu aku antar kamu dan Kak Nia naik, aku ketemu suami Kak Nancy."Kak Lina membalas, "Aku nggak tahu. Semalam aku mabuk, nggak ingat. Pagi ini waktu bangun, aku nggak lihat suaminya. Jadi, aku nggak tahu suaminya pulang. Coba kutanyakan pada Nancy."Aku sangat bersemangat. Semoga malam ini Kak Lina pulang!Karena tidur sendirian sungguh tidak menyenangkan.Ketika menunggu balasan dari Kak Lina, Tiara sudah menelepon klinik untuk memesan layanan.Aku sudah mengemas barang-barang dan bersiap untuk berangkat.Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan dari Tiara dan kembali ke klinik.Aku kembali ke
Aku tertawa. "Kak, hal seperti ini nggak perlu diajari. Aku nggak bodoh.""Hmph, kamu bodoh. Kamu itu anjing yang paling berengsek.""Apa maksudmu? Kok sebut aku anjing? Sekalipun aku berengsek, kamu lebih berengsek.""Kamu mau cari masalah denganku?""Aku cari masalah? Jelas-jelas kamu yang mulai. Bisakah kamu ngomong baik-baik? Aku nggak berutang sama kamu.""Jangan lupa, kamu yang duluan terkam aku ...."Mendengar ucapanku, wajah Bella sontak memerah. "Diam. Kelak, jangan bahas hal itu lagi.""Oke, nggak kubahas lagi. Kelak, jangan selalu mengasariku.""Manusia harus saling menghormati. Kamu nggak hormati aku, tapi suruh aku hormati kamu. Apa mungkin?"Bella tidak menanggapi hal ini, tetapi dia memahami maksudku."Aku bakal perbaiki sikapku, tapi kejadian sebelumnya, anggap nggak pernah terjadi.""Oke?"Aku langsung mengiakan. "Tenang saja, aku janji."Aku berkata demikian untuk menunjukkan ketulusanku.Namun, Bella mengira aku sudah kapok.Bagaimanapun, aku mengambil keuntungan dar
Sialan, bisakah kamu kecilkan suaramu?Apa hal seperti ini pantas dibicarakan di depan umum?Aku sungguh tidak berdaya menghadapi wanita ini."Ssst, kecilkan suaramu! Aku ingat. Tapi, kamu nggak pergi ke klinik, aku mana bisa pijat kamu?""Bukannya klinik kalian sediakan layanan rumah? Kamu bisa pijat aku di rumah sahabatku."Aku berkata dengan kesal, "Layanan rumah lebih mahal. Kamu punya waktu, kenapa nggak pergi ke klinik?"Tiara memandang Bella. Ekspresi Bella sangat dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Tiara terpaksa berkata, "Siapa bilang aku punya waktu? Aku sibuk. Memangnya kenapa kalau lebih mahal? Aku punya uang. Hari ini, pijat aku di rumah sahabatku."Aku melihat ke arah Bella, Bella mendelikku dengan galak.Aku tidak ingin berbicara dengannya, tetapi tatapannya membuatku tidak nyaman.Aku sengaja menyetujui permintaan Tiara. "Oke, kirimkan alamat sahabatmu. Nanti, aku pergi layani kamu."Bella tiba-tiba mengerutkan keningnya. Dia seolah-olah ingin menerkamku.Ak
Apalagi suaminya begitu menyayanginya.Meskipun suaminya sudah berusia 40-an, staminanya sangat menggelegar.Aku agak mengaguminya.Carmin meletakkan Kak Nancy di sofa, lalu berkata dengan lembut, "Aku nggak tahu kamu sedang kumpul-kumpul dengan sahabatmu. Nanti, aku balik ke kantor, kalian lanjut.""Tapi, jangan terlalu malam tidurnya. Jaga kesehatan, aku nggak tega lihat kamu kecapekan."Kak Nancy mengangguk dengan patuh.Aku kaget. Tak disangka, Kak Nancy yang cantik dan menawan memiliki sisi manis seperti ini.Aku bahkan dapat merasakan Nancy sangat mencintai suaminya.Namun, mengapa dia mengkhianati suaminya?Pikiran wanita sungguh sulit ditebak.Setelah berbicara dengan Nancy, Carmin menatapku. Aku segera berdiri. "Aku juga sudah mau pergi.""Oke, hati-hati di jalan." Carmin tersenyum hangat.Aku agak panik.Carmin tampak seperti pria lemah lembut, tetapi sebenarnya sangat berbahaya.Kelak, aku harus mewaspadainya.Begitu turun dan masuk ke mobil, aku langsung memeriksa kondom di
Melihat istrinya seperti ini, Carmin sangat puas.Dia termasuk hebat, sanggup memuaskan istrinya.Umumnya, wanita yang sudah terpuaskan tidak akan sembarangan di luar.Aku kurang nyaman mendengar percakapan mereka dan memutuskan untuk pergi.Di dalam mobil Chevrolet, Nancy berbaring di pelukan suaminya sambil berkata, "Kok tiba-tiba pulang? Bukannya kamu bilang dua hari lagi baru pulang?""Aku kangen kamu. Pulang buat ketemu kamu." Sembari berbicara, Carmin mengecup kening Nancy.Tanpa sengaja, Carmin melihat bekas cupang di leher Nancy.Carmin pun curiga. "Apa itu yang ada di lehermu?"Nancy mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Malam itu, kami sangat bergairah dan dia menyuruhku mengisap lehernya.Dia memandang Carmin sambil menjawab, "Buatan berondong, kamu percaya?""Tentu nggak. Kamu bukan orang macam itu. Tapi, aku penasaran dari mana datangnya bekas ini."Nancy memutar bola matanya yang indah. "Hari ini, aku pergi pijat seluruh badan. Tukang pijat bilang bagian dalam tubu