Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny
"Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny
"Kak Nia, aku nggak pernah berpikir seperti itu." Aku segera mengutarakan pikiranku.Kak Nia tersenyum dan berkata, "Aku tahu, karena kamu berbeda dengan laki-laki sialan itu.""Justru karena kamu polos, jujur dan baik hati maka aku membiarkanmu meniduri sahabatku.""Johan bukan pria baik. Dia mencari wanita simpanan di luar dan ingin menceraikan Lina dengan cara tercela seperti itu.""Kalau dia nggak cari kami dari awal, tapi mencari pria lain di luar, Lina akan celaka.""Alasan Johan melakukan ini bukan hanya karena akan menghasilkan perceraian yang paling cepat dan efektif, tapi yang lebih penting, dia juga tahu istrinya sangat membutuhkan dan perlu diberi makan oleh seorang laki-laki."Mendengar Kak Nia berkata demikian, tiba-tiba aku menjadi bersemangat."Kak Nia, maksudnya bukan Kak Lina yang nggak menginginkannya, hanya saja karena reputasi dan kepribadiannya, sulit baginya untuk membuka diri?"Kak Nia mengangguk dengan berat."Kalau nggak apa? Kenapa aku terus membantumu membua
Hatiku sungguh gatal.Karena Kak Nia bilang dia akan membantuku, tapi sekarang dia bersikap seperti ini.Kalau dia tidak mengatakan itu padaku sebelumnya, aku tidak akan merasa gatal.Aku menatap Kak Nia dan dengan berani berkata, "Kak Nia, bagaimana kalau kamu mandikan aku?""Hah? Aku bantu kamu?""Apa yang kamu pikirkan?"Sejujurnya aku mengatakan apa yang aku pikirkan, "Sebenarnya aku nggak meminta kamu memandikanku, cukup usap punggung aku.""Itu juga nggak boleh." Kak Nia menolak, itu membuatku merasa tidak nyaman."Kenapa?" Aku bertanya dengan enggan.Kak Nia berkata, "Menurutmu pantaskah pria bertubuh besar sepertimu berdiri telanjang di sana?""Tapi, bukankah kamu juga melihatnya saat aku memakai celana dalam tadi?" bisikku pelan, masih merasa ogah-ogahan dan ingin Kak Nia ikut masuk bersamaku.Kak Nia menyentil keningku, "Kamu sendiri bilang tadi kamu pakai celana dalam, kalau mandi kamu akan buka semuanya. Apa itu sama?""Apa bedanya?" gumamku enggan, aku merasa itu hanya sel
Sesampainya di kamar mandi, aku mulai melepas baju dan celanaku.Kak Nia berdiri memperhatikanku.Sejujurnya, aku cukup malu. Aku merasa kami akan melakukan sesuatu pada detik berikutnya.Apalagi Kak Nia berpakaian sangat tipis sehingga membuatku sangat haus.Tak lama kemudian, aku melepas semua pakaian aku, hanya menyisakan celana dalam.Yang terlihat membengkak.Aku masih agak malu dan tidak berani berhadapan langsung dengan Kak Nia.Aku menyalakan air pancuran dan air dingin membasahi tubuhku, tapi aku tidak merasa kedinginan sama sekali, hatiku masih panas.Kak Nia mengambil handuk mandi dan mulai mengusap punggungku."Bungkus sedikit. Kamu tinggi sekali, bagaimana aku bisa sampai?"Kak Nia menampar pantatku, membuatku gemetar.Hatiku menjadi semakin panas dan gelisah.Tapi, aku selalu berkata pada diriku bahwa orang di belakangku adalah wanitanya Kak Wiki dan dia juga kakak iparku. Aku tidak bisa mengincar dia.Aku sudah bersyukur dia mau menggosok punggungku.Aku mengikuti instru
Tapi, aku tidak menyentuh bibir merah lembut apa pun, melainkan mencium udara.Aku membuka mataku dan mendapati Kak Nia sedang berdiri di depan pintu kamar mandi sambil menatapku dengan tangan terlipat di dada.Dia menatapku dengan mempertanyakan."Edo, apa yang kamu lakukan tadi?" tanya Kak Nia padaku.Aku merasa sangat bersalah.Semula aku ingin berbuat jahat, tapi gagal dan ketahuan oleh Kak Nia.Ini terlalu memalukan.Yang terpenting, keberanian yang akhirnya kukumpulkan langsung dihancurkan oleh Kak Nia.Aku tergagap, aku panik, aku sama sekali tidak berani menatap Kak Nia."Kak Nia, aku salah, aku nggak akan berani melakukannya lagi.""Kamu mandi saja pelan-pelan, aku masak dulu."Setelah Kak Nia selesai berbicara, dia berbalik dan pergi.Aku merasa sangat menyesal.Bagaimana bisa aku mengatakan hal itu pada Kak Nia barusan?Kak Nia pasti mengira aku bajingan.Aku menampar wajahku dengan keras."Edo, Edo, bisa-bisanya kamu berkata seperti itu pada kakak iparmu?""Kak Nia nggak me
"Kalau kamu nggak memiliki kemampuan, biarpun diberi posisi tinggi, dia juga nggak akan bisa melakukannya dengan baik.""Ayahku juga bilang aku masih muda dan perlu berlatih keras, jadi aku nggak peduli sama sekali apakah aku bisa masuk rumah sakit TCM atau nggak."Apa yang aku katakan adalah kebenaran dan isi hatiku.Kak Nia menatapku dengan kagum dan berkata, "Kamu adalah anak yang baik, kamu pasti akan memiliki masa depan yang cerah."Saat dia mengatakan itu, matanya secara tidak sengaja tertuju pada tubuh bagian bawahku dan aku melihatnya membengkak lagi.Kak Nia kaget, "Kamu baru saja mandi air dingin, kenapa kamu seperti ini lagi?"Aku juga tidak berdaya, "Entahlah, itu terjadi nggak lama setelah aku keluar dari kamar mandi.""Oh, kamu belum pernah merasakan seorang wanita. Kamu sudah terlalu lama menahannya, jadi kamu mudah terstimulasi.""Aku tahu kamu sangat menginginkannya, tapi kamu nggak boleh mengincarku lagi. Ingat, aku adalah kakak iparmu.""Malam ini, ikuti saja instruk
Tiba-tiba ponsel di sakuku bergetar.Aku segera mengeluarkan ponsel dan mengubahnya ke mode senyap.Kemudian kubuka WhatsApp.Pesan itu dikirimkan kepadaku oleh Kak Nia.Kak Nia mengirimiku SMS yang isinya sebagai berikut."Aku kirimkan videonya ke Lina, dia pasti akan menontonnya, tunggu saja dan lihat tontonan bagus."Aku langsung mengerti video apa yang Kak Nia kirimkan ke Lina.Entah berapa banyak video yang Kak Nia dapatkan dalam sehari.Tapi, aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Sebaliknya, aku melihat ke dalam melalui tirai dengan penuh semangat.Aku melihat Lina meletakkan ponsel di dadanya, pipinya agak merah dan dia tampak sedikit ragu.Setelah beberapa saat, dia mengambil satu set piama renda hitam dari lemari, lalu pergi ke kamar mandi di kamar tidur.Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.Lina benar-benar mandi.Dia mendengarkan Kak Nia.Ini mengejutkan aku.Karena kupikir Lina akan berkata kasar pada Kak Nia.Sepertinya Kak Nia benar.
Melihat istrinya seperti ini, Carmin sangat puas.Dia termasuk hebat, sanggup memuaskan istrinya.Umumnya, wanita yang sudah terpuaskan tidak akan sembarangan di luar.Aku kurang nyaman mendengar percakapan mereka dan memutuskan untuk pergi.Di dalam mobil Chevrolet, Nancy berbaring di pelukan suaminya sambil berkata, "Kok tiba-tiba pulang? Bukannya kamu bilang dua hari lagi baru pulang?""Aku kangen kamu. Pulang buat ketemu kamu." Sembari berbicara, Carmin mengecup kening Nancy.Tanpa sengaja, Carmin melihat bekas cupang di leher Nancy.Carmin pun curiga. "Apa itu yang ada di lehermu?"Nancy mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Malam itu, kami sangat bergairah dan dia menyuruhku mengisap lehernya.Dia memandang Carmin sambil menjawab, "Buatan berondong, kamu percaya?""Tentu nggak. Kamu bukan orang macam itu. Tapi, aku penasaran dari mana datangnya bekas ini."Nancy memutar bola matanya yang indah. "Hari ini, aku pergi pijat seluruh badan. Tukang pijat bilang bagian dalam tubu
"Kak Nancy masih di mobil. Aku nggak bisa bawa begitu banyak orang sekaligus, jadi aku bawa Kak Nia dan Kak Lina naik terlebih dahulu.""Kalau begitu, kamu jaga mereka. Aku pergi jemput istriku.""Mobil Kak Nia, Chevrolet, nomor pelatnya ...."Setelah aku selesai berbicara, Carmin turun ke bawah.Entah mengapa aku merasa agak kecewa.Aku berharap Carmin tidak pulang.Namun, mereka adalah suami istri. Bukankah wajar kalau mereka tinggal serumah?Mengapa aku berharap Carmin tidak pulang?Aku duduk di sofa dengan linglung.Tiba-tiba, aku teringat akan kondom yang kusiapkan masih di mobil. Kalau sampai dilihat Carmin, dia mungkin akan mencurigaiku.Setelah memastikan Kak Nia dan Kak Lina sudah berbaring, aku berlari ke bawah.Aku harus mengejar Carmin dan menyembunyikan kondom itu.Namun, ketika aku turun, aku sudah tidak melihat Carmin. Dia mungkin sudah sampai di mobil.Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya.Lampu di dalam mobil Chevrolet menyala.Aku melihat Carmin dan Kak Nancy
"Aku juga panas, mau buka baju."Sepertinya Kak Lina tertular Nancy. Dia hendak mengikuti Nancy melepas pakaian.Aku segera menghentikan Kak Lina. "Kak Lina, jangan!"Kak Nancy sangat liar, Kak Lina tidak boleh mencontohi Nancy. Aku tidak ingin Kak Lina terpengaruhi.Namun, Kak Lina malah bergumam, "Tapi, aku kepanasan. Sangat tersiksa."Malam ini, Kak Lina memang minum banyak bir. Efek alkohol dan ruang gerak terbatas di dalam mobil membuatnya kepanasan.Aku segera menurunkan jendela. "Kalian jangan lepaskan baju. Aku buka jendela, nanti bakal sejuk kalau mobil sudah jalan."Sembari berbicara, aku menyalakan mobil.Angin malam cukup kencang. Begitu mobil berjalan, suasana di dalam mobil lebih sejuk.Aku menoleh ke belakang dan ketiga wanita itu tidak merengek ingin melepas pakaian lagi.Aku mengembuskan napas lega.Aku pernah pergi ke rumah Kak Nancy, jadi aku mengetahui di mana rumahnya berada.Aku langsung berkendara menuju kompleks tersebut.Di antara mereka bertiga, Kak Nancy yang
Sekarang, Kak Nia agak linglung. Namun, dia tampak sangat gembira.Aku tidak ingin merusak suasana, jadi aku berkata pada Wiki, "Dalam dua hari ini, bersabarlah."Mendengar jawabanku, Wiki pun lega. "Benarkah? Bagus sekali! Edo, bilang ke kakak iparmu. Dua hari ini, aku nggak pergi ke kantor. Aku tunggu dia di rumah.""Begitu kakakmu pulang, aku mau langsung minta maaf padanya. Dengan begitu, dia bisa merasakan ketulusanku."Aku berpikir dalam hati, 'Sekarang baru tahu salah?'Kak Nia begitu cantik dan memiliki tubuh ideal. Kamu bukannya menyayanginya, malah selingkuh di luar.Setelah semuanya terbongkar, kamu baru memikirkan segala cara untuk meminta maaf.Kamu tidak patut dikasihani.Tentu, aku tidak akan mengucapkan kata-kata ini pada Wiki. Kak Nia menyuruhku untuk tidak mencampuri urusan mereka, aku akan menuruti permintaan Kak Nia.Aku mengiakan dengan pelan, lalu mengakhiri panggilan.Namun, aku penasaran. Apa malam ini Kak Nia akan pulang?"Kak Nia."Aku tidak bisa menahan diri
"Nggak boleh. Selain itu, singkirkan semua pikiran jahatmu. Mulai sekarang, jangan mengincarku lagi."Kak Nia memperingatkanku dengan tegas.Hatiku sangat gundah, aku berpikir, 'Apa ini ujian bagiku?'Aku bukan makhluk suci, hanya manusia biasa. Bagaimana mungkin aku tidak bereaksi pada godaan Kak Nia?Terlebih lagi, aku tahu Kak Nia butuh perhatian lebih dalam hal seperti ini.Aku tidak menyerah dan terus membujuk Kak Nia. "Kalau begitu, ayo lakukan sekali lagi. Kujamin, kelak nggak bakal mengincarmu lagi.""Omongan pria nggak bisa dipercaya. Kamu kira aku bakal percaya?"Kak Nia sudah berpengalaman dan sulit dikelabui.Aku mencoba dengan berbagai cara, tetapi dia tidak luluh.Alhasil, aku menyerah."Baiklah, aku menurutimu, demi kamu dan aku."Aku tidak ingin membuat Kak Nia kesal. Akhirnya, aku memilih untuk menurutinya.Kak Nia tersenyum menawan. "Kalau begitu, aku kembali dulu. Kamu tunggu sebentar di luar. Kalau nggak, mereka pasti bakal merasa ada yang aneh dengan kita. Oh ya, b
Kak Nia mendelikku dengan galak sambil berkata, "Apa aku harus mencari pria lain untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan?""Bukankah makan enak, tidur nyenyak, bersenang-senang juga adalah cara untuk menikmati hidup?"Ternyata ini yang dimaksud oleh Kak Nia.Namun, aku malah mengajukan pertanyaan sensitif. "Lalu, bagaimana kalau kamu punya keinginan? Kamu tahan?""Bisa kuatasi sendiri. Paling-paling beli alat dari internet."Mendengar ucapan ini, aku makin tidak tega.Demi aku, Kak Nia tidak memutus hubungan dengan Kak Wiki, tidak ingin mencari pria lain dan berencana untuk mengatasi hasrat sendiri.Teman-teman sekalian, apa kalian punya solusi?"Aku nggak mau melihatmu seperti itu. Kalau nggak, kamu coba minta bantuan Wiki."Aku mengalah demi kebaikannya.Kak Nia mengembuskan napas. "Sudahlah, kami sudah lama nggak harmonis, apalagi beberapa tahun belakangan ini.""Karena aku terlalu bergairah di masa muda dan sudah menunjukkan semua pesonaku.""Jadi, aku harus ingatkan kamu. Sebe
Aku sangat tidak rela. Namun, mengingat ucapan Kak Nia, aku tidak berdaya.Semua orang di desa tahu Wiki baik padaku. Tanpa Wiki, aku tidak akan berada di sini.Kalau orang-orang di desa tahu aku berselingkuh dengan istri Wiki, aku dan orang tuaku akan dihujat habis-habisan.Aku tidak peduli dengan pandangan mereka, tetapi aku harus memikirkan orang tuaku.Kecuali aku sanggup membawa orang tuaku datang ke kota. Dengan begitu, mereka tidak akan mendengar hujatan-hujatan itu dan tersakiti.Aku diam-diam bersumpah. 'Aku akan kerja keras buat beli rumah.'Setelah membawa orang tuaku datang ke kota, aku akan menyuruh Kak Nia bercerai dengan Wiki.Aku melamun di depan pintu toilet. Ketika Kak Nia keluar dari toilet, aku masih belum pergi.Pipi Kak Nia memerah. Dia menatapku dengan linglung. "Kenapa belum pergi?"Aku tidak menanggapinya, hanya saja, aku sangat sedih.Kak Nia mendatangiku. Dia membelai pipiku dengan penuh kasih sayang. "Kita nggak mungkin bersama. Singkirkan niatmu, jalani hid
Aku bertanya dengan gelisah, "Kak Nia, kalian makan malam bersama, kenapa nggak beri tahu ku?""Edo, aku nggak berencana mengajakmu, Nancy yang mengajakmu."Mendengar Kak Nia berkata demikian, hatiku sangat sakit.Mengapa Kak Nia tiba-tiba mengasingkanku?Aku bertanya dengan gugup, "Kenapa? Bukankah kita berhubungan baik? Kenapa aku merasa kamu berubah?""Masalah kita sudah berlalu. Ke depannya, jangan diungkit lagi. Lina dan Johan sudah bercerai, kelak, kamu bisa tinggal di rumah Lina."Kak Nia ingin mengusirku?Aku kebingungan. Ada apa dengannya? Mengapa seperti ini?Apa aku melakukan kesalahan?"Kak Nia, apa maksudmu?" Aku heran dan gugup, suasana hatiku sangat buruk.Kak Nia menatapku dengan linglung. "Nggak ada yang salah dengan ucapanku. Aku nggak mungkin menyuruhmu tinggal di rumahku dan lanjut berselingkuh denganmu.""Wiki nggak tahu masalah kita, bagaimana kalau ketahuan?""Dia berulah di luar, aku berulah di rumah? Apa pantas?"Aku berkata dengan kesal, "Berulah apaan? Aku tu
"Selamat datang di keluarga besarku, Nia."Nancy membuka tangannya ke arah Kak Nia, mereka pun berpelukan.Nancy memandang Kak Lina sambil berkata, "Lina, Nia pun sudah tersadar, kapan giliranmu?"Lina menggelengkan kepalanya. "Kalian bersenang-senanglah. Sekarang, aku sudah bahagia.""Bahagia apanya? Kamu begitu cantik, sayang sekali kalau nggak menikmati hidup."Nancy terus menghasut Kak Lina.Aku segera berkata dengan kesal, "Kak Nancy, bersenang-senanglah sendiri, jangan menghasut Kak Lina-ku."Kak Lina sangat polos dan manis, aku tidak ingin dia berubah menjadi seperti Nancy.Aku tidak berniat untuk menikahi Nancy. Jadi, aku tidak peduli dengan keliarannya.Berbeda dengan Kak Lina. Aku yakin akan menikahinya.Dia adalah wanita yang akan menemaniku di masa tua, bagaimana boleh begitu liar?Setelah menikah, aku hanya ingin menjalani hidup tenang."Aku menghasutnya? Aku hanya menyuruh sahabatku menikmati hidup.""Bukannya kamu juga menikmati hidup?""Kamu boleh, wanita nggak boleh?"