Share

Bab 5

Author: Galang Damares
Setelah Lina melepas celana dalamnya, dia memasukkannya ke dalam tas dan melihat ke luar jendela seolah tidak terjadi apa-apa.

Tapi, wajahnya yang cantik memerah dan kakinya dijepit erat.

Aku kebetulan bisa melihat penampilannya secara keseluruhan di kaca spion.

Penampilannya yang pemalu dan gelisah itu terlalu menawan.

Terutama di antara kedua kakinya, itu membuatku berfantasi.

Kak Nia luar biasa, entah apa yang dia katakan dengan Lina hingga membuat Lina melakukan hal seperti itu.

"Drrt drrt." Ponsel tiba-tiba bergetar.

Aku membuka WhatsApp dan menemukan bahwa itu adalah pesan dari Kak Nia.

Kak Nia, "Sudah lihat?"

Aku malu dan bersemangat, juga tidak tahu harus berkata apa, jadi aku mengirim ekspresi tersenyum pada Kak Nia.

Pesan Kak Nia segera terkirim, "Lina sedikit pemalu sepertimu, tapi aku akan membiarkan pikiran dia terbuka perlahan, kamu harus memanfaatkan kesempatan."

Aku menjawab, "Oke."

Aku sangat bersemangat, Kak Nia sangat mahir dalam membantu.

Sesampainya di mal, Kak Nia selalu membantuku menciptakan kesempatan untuk dekat dengan Lina, tapi Lina selalu sengaja menghindariku sehingga membuatku sangat tidak berdaya.

Saat istirahat, Lina pergi ke kamar mandi, Kak Nia memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya padaku, "Ada apa denganmu? Aku sudah menciptakan kesempatan untukmu, apa kamu nggak bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk dekat dengannya?"

"Kak Nia, bukannya aku nggak mau mendekatinya, tapi Kak Lina memang sengaja menghindariku. Aku jadi penasaran, apa dia tahu kalau aku punya berniat seperti itu padanya?"

"Apa tindakanmu itu disebut mendekat? Sepertinya sia-sia aku mengajarimu pagi ini =. Ingat, kamu nggak boleh terlalu polos saat berhadapan dengan wanita."

"Dia nggak membiarkanmu mendekat, jadi kamu nggak akan mendekat? Dia nggak membiarkanmu membantu membawa barang, apa kamu nggak bisa memaksa untuk membawa barang?"

"Kamu laki-laki, kamu harus lebih proaktif, biarkan dia melihat sisi maskulinmu, lalu secara nggak sengaja menggodanya, maka hasratnya perlahan akan terkobar."

"Kalau nggak, dengan temperamenmu yang lamban, butuh waktu bertahun-tahun dan berbulan-bulan untuk mendapatkannya."

Aku memang agak kaku untuk soal ini. Ketika aku masih sekolah, aku hanya belajar dan tidak pernah mengejar seorang gadis.

Aku bahkan tidak tahu bagaimana menghadapi nyonya muda yang dewasa.

Aku mengangguk dengan setengah paham, "Aku mengerti, Kak Nia."

Kak Nia tiba-tiba menghampiriku dan membantuku merapikan kerah bajuku. Aku mencium bau harum Kak Nia dan menatap wajahnya dari dekat, lalu detak jantungku semakin cepat.

Kulit Kak Nia sangat bagus. Biarpun usianya sudah di atas 30 tahun, kulitnya sama bagusnya dengan gadis berusia delapan belas atau sembilan belas tahun.

Apalagi dada Kak Nia sangat besar dan montok. Saat dia mendekat ke arahku, aku melihat dari sudut mataku bahwa dadanya hampir menyentuhku.

Hal ini membuat aku semakin gelisah dan pemandangan yang aku intip di pagi hari mau tidak mau muncul di benakku.

"Edo, apa kamu melihat sesuatu pagi ini?"

Kak Nia tiba-tiba bertanya padaku.

Aku sangat ketakutan hingga jantung aku berdetak kencang dan jantungku terasa seperti tercekat.

"Nggak ada, Kak Nia, kenapa tiba-tiba bertanya seperti ini?"

"Benaran nggak? Lalu kapan kamu meletakkan celana dalam yang kamu pakai di kamar mandi pagi ini?"

Kak Nia tidak tinggi, hanya mencapai daguku. Dia menatapku, bibir merahnya yang indah sangat dekat denganku.

Aku bisa merasakan napas Kak Nia yang menerpa leherku, terasa gatal dan mati rasa.

Saking paniknya aku sampai tergagap, "Iya, aku letakkan tadi malam. Kak Nia, aku tahu apa yang kulakukan itu salah, aku nggak akan pernah melakukannya lagi."

Kak Nia tertawa dan melepaskan kerah bajuku, "Aku nggak menyalahkanmu, aku hanya merasa reaksimu aneh hari ini. Kupikir kamu melihat sesuatu pagi ini."

"Aku tidur sangat nyenyak di pagi hari dan baru bangun setelah jam sembilan. Kak Nia tahu itu 'kan?" Aku berbohong

Kak Nia mengangguk, "Aku terlalu memikirkannya. Sebenarnya aku bisa memahaminya. Kamu adalah seorang mahasiswa yang baru lulus dan bahkan belum pernah punya pacar. Agak memalukan bagimu kalau aku tiba-tiba membicarakan hal seperti itu."

"Apalagi apa yang kuucapkan padamu di pagi hari pasti akan membuatmu berpikiran liar. Jadi aku mengingatkanmu lagi bahwa aku adalah kakak iparmu dan aku saat ini adalah gurumu. Kamu nggak boleh mempunyai pemikiran lain tentang aku."

"Paham?"

Biarpun aku tahu bahwa tidak mungkin terjadi apa-apa antara aku dan Kak Nia, aku tetap merasa kecewa saat Kak Nia memberitahuku hal ini.

Kak Nia melihat ke arah kamar mandi, lalu berkata kepadaku, "Kita akan pergi makan siang nanti, kamu manfaatkan waktu untuk membangkitkan hasrat Lina dan cobalah bantu dia antar barang ketika pulang nanti, biar kamu bisa pergi ke rumahnya."

Aku tidak berbicara.

Kak Nia memiringkan kepalanya dan menatapku lalu berkata, "Oh, apa kamu nggak bisa? Kalau memang nggak tahu caranya, cari film dan tonton."

"Aku nggak begitu," kataku dengan suara yang sangat kecil sambil menundukkan kepala.

Kak Nia jadi geli dengan kata-kataku, "Yang benar saja, bukankah semua pria suka menonton film seperti itu?"

"Kak Nia, aku memang nggak pernah, aku nggak tahu harus cari di mana."

"Oh, kalau begitu kamu memang anak baik." Kak Nia tersenyum lebar, di saat yang sama, dia menatapku dengan aneh.

Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari-cari sesuatu. Saat itu, Lina keluar dari kamar mandi.

Kak Nia segera menyimpan ponselnya dan mengedipkan mata ke arahku.

"Kak Lina, biar kubantu bawa barang-barangmu." Aku melihat ekspresi Kak Nia dan segera berjalan mendekat sambil berkata pada Lina.

"Nggak usah, aku bawa saja sendiri."

"Aku seorang pria dewasa, mana bisa membiarkan seorang wanita membawa barang? Berikan saja padaku."

Dengan pengalaman yang Kak Nia ajarkan kepadaku, kali ini aku tidak peduli bagaimana sikap Lina dan langsung mengambil benda itu dari tangannya.

Lina tersenyum dan mengangguk ke arahku, "Terima kasih."

Aku merasa sangat bahagia.

Kak Nia memang guruku. Pengalaman yang dia sampaikan kepadaku sungguh efektif.

Aku membawa sendirian semua tas besar dan kecil lalu memasukkannya ke dalam mobil, sedangkan Kak Nia dan Lina pergi mencari tempat makan.

Setelah menyimpan barang-barang, ponselku tiba-tiba bergetar dua kali.

Aku mengeluarkannya, ternyata Kak Nia mengirimiku video seperti itu.

Tiba-tiba aku merasa bersalah dan melihat sekeliling.

Untungnya, tidak ada seorang pun di garasi saat ini.

Kak Nia kemudian mengirimiku pesan lagi, "Tonton videonya dan pelajari. Nanti aku kasih tahu kalau makanannya sudah disajikan."

Aku sangat gembira karena aku belum pernah melihat video seperti ini.

Aku membuka pintu mobil dan masuk. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, aku membuka video tersebut dengan tangan gemetar dan penuh semangat.

Adegan dalam video tersebut begitu seru hingga aku merasa sangat tidak nyaman setelah menontonnya beberapa saat.

Apalagi api yang dikobarkan Kak Nia pada pagi hari kini kembali berkobar.

Mau tak mau aku melepaskan ikat pinggangku, bersiap untuk melampiaskannya sebelum naik ke atas.

Tepat ketika aku sedang melampiaskan hasrat hingga lupa diri, aku secara tidak sengaja menemukan sesosok tubuh di luar jendela mobil.

Saat aku melihat sosok itu dengan jelas, seluruh tubuhku mati rasa.

Pasalnya sosok itu tak lain adalah sahabat Kak Nia, Lina.

Saat aku menemukan Lina, Lina menatap lurus ke arahku dengan mata indahnya.

Tapi, saat mata kami bertemu, Lina berbalik dan lari seperti kelinci yang ketakutan.

Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
Sri Rahayu Ramadhana
lanjut cerita nya
goodnovel comment avatar
Refi Fadhillah
cerita nya asik menurut gw ,jadi harus lanjut teruss
goodnovel comment avatar
aidil aidilrubob
makin seru
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 6

    "Ahhh ...."Awalnya, saat aku melampiaskannya sendiri, perasaannya tidak begitu kuat, mungkin perlu beberapa saat sebelum aku bisa melampiaskannya.Tapi, setelah melihat Lina memata-mataiku melakukan itu, entah kenapa aku menjadi terangsang, antusias dan bersemangat.Cairan pun segera disemprotkan.Karena aku melakukan hal semacam itu tanpa menutup-nutupi, pada dasarnya tidak mengotori celana, tapi membuat kursi pengemudi kotor.Di mana pun.Aku panik.Alangkah memalukannya kalau Kak Nia mengetahui hal tersebut.Ini adalah mobil favoritnya.Saat dia dan Kak Wiki mengantarku kemarin, dia tidak memperbolehkan Kak Wiki mengemudikan mobilnya. Kak Wiki mengatakan bahwa Kak Nia membeli mobil itu sendiri. Kak Nia sudah lama mengincarnya dan sangat menyayanginya.Aku segera mengambil tisu dari sisi penumpang dan membersihkannya.Tapi, masih ada bekasnya, aku tidak tahu apakah bisa kering setelah makan?Akan memalukan kalau meninggalkan jejak.Kak Nia menyuruhku belajar, tapi aku malah melakuka

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 7

    "Baiklah, kalau begitu kamu istirahat." Kak Nia menutup panggilan teleponnya.Aku segera bertanya, "Apa yang Kak Lina katakan?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Lina nggak mau berkata apa pun. Dia hanya bilang dia nggak enak badan dan pulang istirahat dulu."Aku menghela napas lega dan berkata, "Untung saja."Kak Nia mengetuk keningku, "Apa yang untung saja?"Aku tidak mengerti jadi berkata, "Kak Lina nggak mengatakan apa-apa, jadi aku nggak begitu malu.""Kalau dia nggak bilang, lalu apakah yang terjadi barusan nggak terjadi?""Biar kuberi tahu, semakin dia nggak membicarakannya, hal itu akan semakin tertanam dalam pikirannya.""Bahkan setiap kali bertemu denganmu, adegan kamu melakukan hal semacam itu di dalam mobil akan muncul di pikirannya."Tiba-tiba aku merasa perkataan Kak Nia masuk akal.Ini seperti tiba-tiba aku mendengar kakakku dan Kak Nia melakukan itu.Setiap kali Kak Nia melakukan tindakan ambigu ke arahku, mau tidak mau aku teringat membayangkan Kak Nia di ranjang.A

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 8

    Ide berani itu muncul lagi di benak aku.Aku setiap saat dipancing dan digoda oleh Kak Nia, tapi aku tidak pernah melawan.Bagaimana kalau aku melawan sekali?Bukankah Kak Nia selalu menyuruhku untuk membuka diri?Bagaimana aku bisa membuka diri kalau aku tidak mencobanya?Jadi, aku menarik celanaku setengah dan tiba-tiba berkata kepada Kak Nia, "Kak Nia, aku merasa nggak nyaman sekali. Bukankah kamu bilang kalau aku merasa nggak nyaman, kamu bisa membantuku."Setelah mengatakan itu, jantungku berdetak lebih cepat dan aku sangat ketakutan.Terutama karena ini pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata berani seperti itu kepada Kak Nia, aku merasa tidak yakin."Aku mau masak." Kulihat Kak Nia tersipu malu.Ini mengejutkan dan menyenangkan bagiku.Kak Nia tidak menolakku secara langsung, jadi itu ada peluang.Aku terus berkata dengan berani, "Nggak apa-apa, tinggal dicuci saja nanti."Sambil berkata begitu, dengan berani aku menarik lagi tangan Kak Nia.Saat aku menyentuh tangan Kak Nia,

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 9

    "Kamu nggak boleh memberitahu kakakku apa yang baru saja terjadi."Kak Nia berkata sambil membantuku mengangkat celanaku, "Tentu saja aku nggak akan memberitahu kakakmu, tapi aksimu tadi sangat bagus.""Kamu nggak hanya harus melakukan ini di depanku, tapi kamu juga harus melakukan ini di depan Lina.""Semakin cabul seorang pria, semakin dia dicintai oleh wanita.""Bahkan kalau perlu, biarpun kamu harus menggunakan trik, itu nggak masalah."Aku sedikit kecewa dan bertanya, "Kak Nia, apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk membantuku membuka hati?""Kalau nggak apa? Kamu nggak berpikir aku ingin melakukan sesuatu denganmu 'kan?"Hatiku langsung mencelos.Aku menggeleng lemah, "Nggak."Aku tahu aku tidak seharusnya kecewa, tapi saat ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.Secara khusus, Kak Nia membantu aku mengangkat celana dan menata pakaian aku seperti tidak terjadi apa-apa.Seolah-olah semua reaksiku seperti reaksi anak-anak.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Jelas-jelas

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 10

    Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.Dia benar-benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah-engah.....Tadinya aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 11

    Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 12

    "Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 13

    "Kak Nia, aku nggak pernah berpikir seperti itu." Aku segera mengutarakan pikiranku.Kak Nia tersenyum dan berkata, "Aku tahu, karena kamu berbeda dengan laki-laki sialan itu.""Justru karena kamu polos, jujur dan baik hati maka aku membiarkanmu meniduri sahabatku.""Johan bukan pria baik. Dia mencari wanita simpanan di luar dan ingin menceraikan Lina dengan cara tercela seperti itu.""Kalau dia nggak cari kami dari awal, tapi mencari pria lain di luar, Lina akan celaka.""Alasan Johan melakukan ini bukan hanya karena akan menghasilkan perceraian yang paling cepat dan efektif, tapi yang lebih penting, dia juga tahu istrinya sangat membutuhkan dan perlu diberi makan oleh seorang laki-laki."Mendengar Kak Nia berkata demikian, tiba-tiba aku menjadi bersemangat."Kak Nia, maksudnya bukan Kak Lina yang nggak menginginkannya, hanya saja karena reputasi dan kepribadiannya, sulit baginya untuk membuka diri?"Kak Nia mengangguk dengan berat."Kalau nggak apa? Kenapa aku terus membantumu membua

Pinakabagong kabanata

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 796

    Andre langsung melemparku ke tanah.Setelah aku memikirkannya dengan saksama, aku mengerti apa yang dia maksudnya. Ternyata Andre hanya menggodaku.Hanya saja, saat itu aku sangat bersemangat. Aku ingin membuktikan tekadku di hadapan Andre. Jadi, aku ingin melompat tanpa berpikir panjang.Aku berdiri dan tersenyum canggung. "Ini karena aku takut kalau aku nggak melompat, kamu akan menganggapku pengecut dan memandang rendah diriku.""Apa kamu pikir aku akan menganggapku penting kalau kamu melompat?" tanya Andre.Aku malu hingga wajahku memerah."Bukan itu maksudku. Aku tahu aku nggak meninggalkan kesan yang baik padamu. Kamu nggak akan menganggapku penting.""Tapi, aku nggak ingin seperti ini. Hanya saja, Larto terlalu kuat.""Aku nggak punya keberanian dan tekad sepertimu. Jujur saja, aku memang sedikit pengecut. Tapi, aku nggak ingin menjadi pengecut seumur hidupku. Jad, aku harus mengubah diriku."Andre sudah mengendarai sepeda motornya. "Kalau kamu benar-benar ingin mengubah dirimu,

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 795

    Orang yang menarik tali itu tidak lain adalah Andre yang berdiri di tepi sungai.Andre berdiri di tepi sungai. Penampilannya itu tampak sangat tampan.Sekalipun dia menendangku hingga terjatuh dan melilitkan tali di leherku.Namun, aku tidak marah sama sekali.Hal ini karena Andre sangat tampan. Dalam situasi itu, dia mampu melingkarkan tali ke leherku dengan sangat akurat. Dia adalah idolaku."Kak Andre, terima kasih," kataku sambil tersenyum dan merangkak keluar dari sungai.Andre menatapku dengan ekspresi masam. "Terima kasih untuk apa? Terima kasih karena aku menendangmu ke sungai? Atau terima kasih karena menyelamatkan hidupmu?""Terima kasih. Tendanganmu tadi telah membuatku melihat dengan jelas perbedaan antara kamu dan aku. Aku menjadi semakin mengagumimu," kataku dengan tulus. Aku bukan untuk menyanjungnya.Andre langsung tertawa, "Demi menjadi muridku, kamu bahkan berani mengatakan hal gila seperti itu.""Kamu salah. Aku mengucapkan kata-kata ini dari hatiku. Aku nggak punya

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 794

    Aku segera berlari ke sungai. Aku takut dia akan terhanyut di sungai.Namun, aku segera menyadari bahwa aku telah meremehkan Andre. Tidak, aku benar-benar sangat meremehkannya!Andre muncul dari sungai yang deras. Dia bahkan berenang di dalamnya.Saat ini, aku benar-benar terkejut!Ternyata seorang master dapat melampaui orang biasa dan menantang alam.Aku benar-benar tercengang.Aku ingin tahu apakah aku bisa mencapai level Andre dalam hidupku?Aku berdiri di pantai selama lebih dari 20 menit sebelum Andre keluar dari parit.Saat ini, warna kulitnya telah kembali normal.Saat dia menatapku dengan tatapan tajam, jantungku tiba-tiba berdebar kencang."Ka ... Kak Andre, kamu baik-baik saja?" tanyaku dengan hati-hati.Aku tidak bisa menahan diri untuk melihat tubuh Andre yang berotot.Andre memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus. Tubuhnya berbentuk segitiga terbalik yang disukai semua wanita. Selain itu, ototnya tampak kuat dengan kulit berwarna gandum yang sangat menarik.Bahkan pria de

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 793

    "Kenapa kamu begitu merepotkan? Kalau kamu nggak membantuku, jangan harap aku akan membantumu." Naila tampak marah.Pada saat kritis ini, aku tidak berani menyinggung wanita ini. Jadi, aku hanya bisa berkompromi dan menyetujuinya."Oke, oke. Aku setuju. Tapi, kali ini saja. Kamu harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kalau kamu melewatkan kesempatan ini, jangan salahkan aku."Naila segera menjadi gembira lagi. "Oke."Setelah berkata, dia pergi menemui Andre dengan penuh semangat.Aku mendesah dengan tidak berdaya. Kemudian, aku mengeluh dalam hatiku, "Pak Harmin, jangan salahkan aku. Aku melakukan ini demi Aula Damai."Aku diam-diam menaruh beberapa herba ke dalam kopi, lalu meminta Sean untuk membawakannya.Dengan begitu, Andre tidak akan mudah menyadarinya.Dengan Andre datang membantu, aku merasa jauh lebih tenang.Sementara masalah Naila dan Andre, aku tidak peduli sama sekali.Masalah itu urusan mereka. Hal itu tidak ada hubungannya dengan kami.Alhasil, saat kami sedang s

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 792

    "Eh, apa yang kamu katakan? Aku nggak menyinggungmu. Kenapa kamu nggak bisa mendoakanku saja?" kataku dengan tidak berdaya.Naila mendengus dengan nada dingin, "Beraninya kamu bilang kamu nggak menyinggung perasaanku? Omong kosong macam apa yang kamu ajarkan padaku terakhir kali? Kamu membuat aku dan Andre bahkan nggak berbicara beberapa waktu ini."Seketika, aku langsung merasa canggung.Pandanganku tertuju pada wajah Andre. Aku melihat tatapan matanya dingin, seakan sedang mengamatiku. Dia mungkin bertanya-tanya mengapa aku mengajari Naila berbuat seperti itu?Aku bahkan tidak berani menatap matanya."Eh, kamu mau minum? Sean, cepat pergi tuangkan minum untuk mereka."Naila mengulurkan tangannya untuk menyela, "Nggak perlu ambilkan minum. Nona Bella meminta kami datang untuk membantumu.""Bella?"Bella pasti mengetahui situasi Aula Damai dari Yuna di rumah sakit. Jadi, dia mengirim Naila dan Andre untuk mendukung kami.Aku langsung berterima kasih kepada Bella.Meskipun wanita ini me

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 791

    "Untunglah kita sampai di sini tepat waktu. Kalau nggak, sekalipun kamu mati di sini hari ini, nggak akan ada orang yang tahu."Tatapan mata Yasan tiba-tiba menjadi tegas. "Tapi, aku nggak menyesalinya sama sekali. Aku hanya menyesal nggak bisa mengebiri Yasan."Aku mengulurkan tangan, lalu menepuk bahu Yasan beberapa kali. "Nggak ada kata terlambat bagi seorang pria untuk membalas dendam. Kita punya banyak kesempatan.""Kemarin sore, Kak Bertha datang ke toko untuk mencarimu. Dia sangat cemas. Aku akan mengantarmu pulang sebentar lagi."Yasan menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku nggak akan pulang. Aku nggak boleh pulang.""Kenapa? Apa kamu nggak mau pulang? Apa kamu berencana untuk mencari wanita jalang itu?" tanya Kiki dengan tidak senang.Yasan berkata, "Aku dan Tasya nggak akan berhubungan lagi, tapi ... aku masih belum bisa pulang.""Kenapa? Aku nggak mengerti ...." kata Kiki dengan santai. Dia tidak dapat menemukan alasannya.Namun, aku punya dugaan samar tentang hal itu.M

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 790

    Aku tidak melepaskannya karena aku tidak yakin apakah Hairu akan menyesalinya setelah aku melepaskannya?Aku mengamati kerumunan, lalu aku segera melihat Yasan. "Pak Yasan, bagaimana? Apa kamu sudah membalas dendam?"Yasan dipukul beberapa kali, lalu dia berkata sambil menggertakkan giginya, "Aku membiarkan orang itu kabur.""Sialan, kalau begitu kita pergi dulu. Kita bicarakan ini lain hari?" usulku.Yasan masih marah. Namun, setelah dia memikirkan aku dan Kiki, dia mengangguk.Awalnya, Yasan berencana membunuh Kiki lalu menyerahkan diri. Namun, sekarang Kiki dan aku ikut bergabung, Yasan harus mempertimbangkan kami.Aku meminta Yasan untuk datang, lalu aku menodongkan pisau ke leher Hairu. "Katakan pada orang-orangmu untuk tinggal di sini. Kamu keluar bersama kami!"Aku berencana untuk membawa Hairu pergi.Begitu melihat aku melepaskan tanganku, Hairu menjadi tenang dengan perlahan. "Oke. Aku akan mendengarkanmu. Kalian tetaplah di sini dengan patuh. Nggak ada seorang pun yang diizin

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 789

    Kiki bertanya padaku, "Bagaimana ini? Haruskah kita pergi dan menghentikan mereka?"Aku berkata sambil menggertakkan gigi, "Nggak! Bajingan itu mempermalukan Yasan seperti itu. Kalau aku, aku juga pasti ingin mengebiri dia."Saat kami tengah berbincang, beberapa sosok berjalan dengan tergesa-gesa.Mereka adalah Hairu dan rombongannya.Hairu menatap Yasan dengan ekspresi masam. "Sialan, kamu membuat masalah di tempatku. Apa kamu sudah bosan hidup?""Ayo!"Setelah melihat waktu sudah hampir tiba, aku bergegas menghampiri Kiki.Aku berdiri di depan Yasan."Kak Hairu, tolong, tolong aku ...." teriak Willy pada Hairu.Aku berkata ambil menendangnya dengan keras, "Diam! Bahkan kalau raja surga datang pun, dia nggak akan bisa menyelamatkanmu hari ini!""Pak Hasan, aku tahu apa yang ingin kamu lakukan. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Kami akan mengawasimu.""Edo, kamu gila, ya? Ini melanggar hukum," kata Kiki sambil menatapku.Aku berkata sambil menggertakkan gigiku, "Kiki, kalau itu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 788

    Willy menghindar dengan cepat, tetapi pisau itu tetap memotong bahunya.Seketika, Willy berteriak kesakitan.Suasana menjadi kacau.Willy menutupi lukanya dan berteriak, "Tolong, cepat kemari. Bunuh dia ...."Awalnya, Yasan ingin membunuh Willy dengan satu tebasan. Namun, dia tidak menyangka Willy akan menghindarinya.Karena tidak memiliki pengalaman bertempur, Yasan menjadi panik. Dia bahkan tidak tahu ke mana perginya pisau baja di tangannya.Melihat semua orang di bar bergegas mendekat, Yasan segera berbalik dan melarikan diri.Tasya bersembunyi di samping sambil menyaksikan dengan cemas.Tasya mengeluarkan ponsel dan meneleponku sambil menangis."Pak Yasan ada di Bar Scarlet. Barusan, dia menebas Willy dengan pisau. Sekarang, Willy ingin membunuhnya ...."Setelah mengetahui lokasi Yasan, aku segera bergegas keluar dari klinik.Kiki baru saja kembali dari membeli sarapan.Aku segera menarik Kiki ke dalam mobil, "Yasan melukai Willy di Bar Scarlet, kita harus pergi ke sana untuk memb

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status