"Ahhh ...."Awalnya, saat aku melampiaskannya sendiri, perasaannya tidak begitu kuat, mungkin perlu beberapa saat sebelum aku bisa melampiaskannya.Tapi, setelah melihat Lina memata-mataiku melakukan itu, entah kenapa aku menjadi terangsang, antusias dan bersemangat.Cairan pun segera disemprotkan.Karena aku melakukan hal semacam itu tanpa menutup-nutupi, pada dasarnya tidak mengotori celana, tapi membuat kursi pengemudi kotor.Di mana pun.Aku panik.Alangkah memalukannya kalau Kak Nia mengetahui hal tersebut.Ini adalah mobil favoritnya.Saat dia dan Kak Wiki mengantarku kemarin, dia tidak memperbolehkan Kak Wiki mengemudikan mobilnya. Kak Wiki mengatakan bahwa Kak Nia membeli mobil itu sendiri. Kak Nia sudah lama mengincarnya dan sangat menyayanginya.Aku segera mengambil tisu dari sisi penumpang dan membersihkannya.Tapi, masih ada bekasnya, aku tidak tahu apakah bisa kering setelah makan?Akan memalukan kalau meninggalkan jejak.Kak Nia menyuruhku belajar, tapi aku malah melakuka
"Baiklah, kalau begitu kamu istirahat." Kak Nia menutup panggilan teleponnya.Aku segera bertanya, "Apa yang Kak Lina katakan?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Lina nggak mau berkata apa pun. Dia hanya bilang dia nggak enak badan dan pulang istirahat dulu."Aku menghela napas lega dan berkata, "Untung saja."Kak Nia mengetuk keningku, "Apa yang untung saja?"Aku tidak mengerti jadi berkata, "Kak Lina nggak mengatakan apa-apa, jadi aku nggak begitu malu.""Kalau dia nggak bilang, lalu apakah yang terjadi barusan nggak terjadi?""Biar kuberi tahu, semakin dia nggak membicarakannya, hal itu akan semakin tertanam dalam pikirannya.""Bahkan setiap kali bertemu denganmu, adegan kamu melakukan hal semacam itu di dalam mobil akan muncul di pikirannya."Tiba-tiba aku merasa perkataan Kak Nia masuk akal.Ini seperti tiba-tiba aku mendengar kakakku dan Kak Nia melakukan itu.Setiap kali Kak Nia melakukan tindakan ambigu ke arahku, mau tidak mau aku teringat membayangkan Kak Nia di ranjang.A
Ide berani itu muncul lagi di benak aku.Aku setiap saat dipancing dan digoda oleh Kak Nia, tapi aku tidak pernah melawan.Bagaimana kalau aku melawan sekali?Bukankah Kak Nia selalu menyuruhku untuk membuka diri?Bagaimana aku bisa membuka diri kalau aku tidak mencobanya?Jadi, aku menarik celanaku setengah dan tiba-tiba berkata kepada Kak Nia, "Kak Nia, aku merasa nggak nyaman sekali. Bukankah kamu bilang kalau aku merasa nggak nyaman, kamu bisa membantuku."Setelah mengatakan itu, jantungku berdetak lebih cepat dan aku sangat ketakutan.Terutama karena ini pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata berani seperti itu kepada Kak Nia, aku merasa tidak yakin."Aku mau masak." Kulihat Kak Nia tersipu malu.Ini mengejutkan dan menyenangkan bagiku.Kak Nia tidak menolakku secara langsung, jadi itu ada peluang.Aku terus berkata dengan berani, "Nggak apa-apa, tinggal dicuci saja nanti."Sambil berkata begitu, dengan berani aku menarik lagi tangan Kak Nia.Saat aku menyentuh tangan Kak Nia,
"Kamu nggak boleh memberitahu kakakku apa yang baru saja terjadi."Kak Nia berkata sambil membantuku mengangkat celanaku, "Tentu saja aku nggak akan memberitahu kakakmu, tapi aksimu tadi sangat bagus.""Kamu nggak hanya harus melakukan ini di depanku, tapi kamu juga harus melakukan ini di depan Lina.""Semakin cabul seorang pria, semakin dia dicintai oleh wanita.""Bahkan kalau perlu, biarpun kamu harus menggunakan trik, itu nggak masalah."Aku sedikit kecewa dan bertanya, "Kak Nia, apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk membantuku membuka hati?""Kalau nggak apa? Kamu nggak berpikir aku ingin melakukan sesuatu denganmu 'kan?"Hatiku langsung mencelos.Aku menggeleng lemah, "Nggak."Aku tahu aku tidak seharusnya kecewa, tapi saat ini aku tidak bisa mengendalikan emosiku.Secara khusus, Kak Nia membantu aku mengangkat celana dan menata pakaian aku seperti tidak terjadi apa-apa.Seolah-olah semua reaksiku seperti reaksi anak-anak.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Jelas-jelas
Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.Dia benar-benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah-engah.....Tadinya aku
Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, "Aku tahu, aku tahu.""Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.""Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu."Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, "Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?""Tentu saja penting," kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.Gelisah dan sedikit rasa malu.Dia sangat menawan.Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia.Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.Hanya saja dia merasa malu ketika tiba-tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu."Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku." Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.Sebenarny
"Kak Lina, aku ... oh, mulutku bodoh sekali, Kak Lina, pukul aku saja."Aku merasa penjelasanku berantakan, sebaiknya aku tidak menjelaskannya sama sekali.Aku jelas-jelas tidak memiliki kefasihan seperti Kak Nia, tapi tetap ingin merayu orang seperti Kak Nia.Aku pantas mendapatkan hal seperti ini.Aku sangat membenci diriku.Lina menatapku dan tiba-tiba tertawa.Aku tidak merasa lega.Karena aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Lina saat ini.Ini membuatku merasa sangat tidak yakin.Aku bertanya dengan canggung, "Kak Lina, kenapa kamu tertawa?""Bukan apa-apa, menurutku kamu manis.""Kak Nia kamu itu sangat cerdik dan kakakmu juga super cakap.""Aku nggak menyangka kamu begitu polos.""Tapi, kalau bilang kamu polos, ternyata kamu melakukan hal seperti itu."Wajah Lina memerah dan dia berkata dengan malu-malu.Aku menghampiri Lina dan berbisik, "Kak Lina, laki-laki yang melakukan hal seperti itu nggak ada hubungannya dengan polos atau nggak.""Kami hanya perlu melampiaskanny
"Kak Nia, aku nggak pernah berpikir seperti itu." Aku segera mengutarakan pikiranku.Kak Nia tersenyum dan berkata, "Aku tahu, karena kamu berbeda dengan laki-laki sialan itu.""Justru karena kamu polos, jujur dan baik hati maka aku membiarkanmu meniduri sahabatku.""Johan bukan pria baik. Dia mencari wanita simpanan di luar dan ingin menceraikan Lina dengan cara tercela seperti itu.""Kalau dia nggak cari kami dari awal, tapi mencari pria lain di luar, Lina akan celaka.""Alasan Johan melakukan ini bukan hanya karena akan menghasilkan perceraian yang paling cepat dan efektif, tapi yang lebih penting, dia juga tahu istrinya sangat membutuhkan dan perlu diberi makan oleh seorang laki-laki."Mendengar Kak Nia berkata demikian, tiba-tiba aku menjadi bersemangat."Kak Nia, maksudnya bukan Kak Lina yang nggak menginginkannya, hanya saja karena reputasi dan kepribadiannya, sulit baginya untuk membuka diri?"Kak Nia mengangguk dengan berat."Kalau nggak apa? Kenapa aku terus membantumu membua
"Satu kali lagi, satu kali lagi ...." Dona bersemangat. Dia makin kecanduan dengan game itu.Aku menyimpan ponselku. "Sudah malam, sebaiknya kamu istirahat.""Ini belum jam 12. Kenapa kamu terburu-buru?""Jadwal kerja dan istirahatmu nggak teratur. Kalau terus berlanjut, kesehatanmu akan terganggu," kataku sambil memegang pergelangan tangannya dan merasakan denyut nadinya. "Lihatlah dirimu. Amarahmu begitu kuat. Pantas saja wajahmu penuh jerawat dan emosimu begitu buruk."Dona menepis tanganku dan berkata, "Kenapa kamu seperti ayahku. Kamu selalu mengomel padaku. Menyebalkan sekali."Aku kira-kira tahu apa masalah gadis ini. Sekarang, dia sedang berada dalam masa remaja yang labil. Dia tidak tahan orang lain mengganggunya. Dia merasa kesal jika orang lain mengomelinya atau mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengarnya."Tahukah kamu ini sebenarnya adalah penyakit?"Dona langsung melotot ke arahku dengan tajam. "Kamu yang sakit. Ayahku seorang dokter. Bagaimana mungkin dia nggak tahu
Bella terhibur dengan ekspresiku yang lucu. "Apa kamu tahu kamu terlihat seperti gorila sekarang?""Aku sengaja seperti ini. Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tertawa?"Melihat Bella tersenyum, aku merasa lega.Bella menatapku, lalu berkata, "Jangan pedulikan urusanku. Aku bisa mengurusnya sendiri.""Benarkah? Jangan keras kepala begitu. Aku ingat terakhir kali kalian bertengkar, kamu bahkan mencariku untuk minum."Bella mengulurkan tangannya, lalu mencubit pahaku dengan keras. "Itu semua sudah berlalu, kenapa kamu masih membicarakan dia?""Dulu, aku memang bodoh. Aku mengira aku mencintainya. Tapi, sekarang aku tahu dia bajingan. Dia sama sekali nggak pantas untuk aku tangisi."Aku mengusap bagian yang dicubit sambil berkata dengan nada menenangkan, "Yah, yah. Aku bisa lihat kamu sudah dewasa, tapi bisakah kamu lepaskan aku dulu? Sakit sekali."Akhirnya, Bella melepaskanku.Saat aku mendongak, kebetulan aku melihat tatapan Dora yang aneh.Celaka, Dora pasti salah paham.Dia selalu meng
Saat Dona mendengar aku mengatakan ini, matanya langsung terbelalak. "Kamu di level Diamond, benarkah?"Aku langsung menyalakan ponselku, lalu membiarkan dia melihatnya sendiri.Dona tiba-tiba memiliki banyak topik untuk dibicarakan. "Karakter mana yang suka kamu mainkan?""Aku bisa karakter mana saja. Peran mana yang kamu kuasai. Aku bisa memainkan karakter pendukung.""Aku suka Frost.""Kalau begitu, aku pilih Lady Zhen. Bagaimana kalau punya dua penyihir?""Oke, ayo coba."Saat berkata, Dona ingin memilih karakter.Aku tidak terburu-buru untuk memilih. "Kalau kita menang, orang-orang di dalam mungkin sudah menghabiskan makanan mereka. Bagaimana kalau kita masuk dan makan dulu? Setelah selesai makan, aku akan bermain denganmu."Dona langsung menatapku dengan pandangan tajam. "Kamu mengejekku?""Aku berada di level Diamond, kenapa aku harus mengejekmu yang berada di level Gold? Tapi, kamu harus tahu batasan. Kamu pergi begitu saja hingga membuat orang tuamu malu.""Anggap saja kamu me
"Kalau kita mengecualikan bagian ini dan hanya menghitung berdasarkan pelanggan biasa, kita bisa memperoleh pendapatan harian sebesar 60 sampai 100 juta sudah cukup bagus.""Setelah dikurangi biaya sewa, gaji, biaya bahan obat dan lain-lain, aku perkirakan pendapatan bulanan bisa mencapai sekitar 300 juta."Selain itu, kami tidak mudah untuk mempertahankan pendapatan ini.Hal ini masih memerlukan usaha semua orang.Kiki berkata dengan penuh semangat, "Bekerjalah dengan giat. Apa pun yang terjadi, kita telah memutuskan untuk membuka usaha sendiri, kita harus menjalannya dengan baik.""Sudah malam, kenapa kalian belum pergi?" terdengar suara yang familier.Orang itu adalah Dora.Aku terkejut. "Bu Dora, kamu juga datang?""Aku benar-benar nggak bisa pergi siang hari, jadi aku datang ke sini setelah pulang kerja. Ini hadiah untuk klinikmu."Dora menyiapkan seekor kucing keberuntungan untuk kami. Aku meminta seseorang untuk menaruhnya di meja.Saat aku mengobrol dengan Dora, pacarnya Kiki,
Dono sangat memedulikan masalah ini. Saat dia melihat Hairu datang, dia bergegas bertanya, "Kak, bagaimana? Edo setuju nggak?"Dalam perjalanan pulang, Hairu berpikir tentang cara menenangkan Dono.Jadi, dia berkata sambil tersenyum, "Edo bilang klinik nggak terlalu stabil akhir-akhir ini. Mari kita tunggu dan lihatlah."Wajah Dono langsung menjadi masam. "Tunggu? Kapan? Dia jelas bersikap acuh tak acuh pada kita. Kak, kita nggak boleh terlalu toleran. Kalau nggak, Edo akan makin nggak menganggap kita serius."Hairu telah menduga saat mendengarnya mengatakan ini, Dono akan marah besar.Dia tetap sabar, lalu berkata dengan tenang, "Jangan nggak sabar. Duduk dan dengarkan aku perlahan-lahan.""Kak, bagaimana mungkin aku nggak cemas? Jelas bahwa kita yang membeli Aula Juve. Sekarang, mereka sibuk di sini. Sementara kita berdua seperti udara yang nggak berguna.""Apa mengeluh berguna? Apa mengeluh dapat menyelesaikan masalah?" tanya Hairu dengan ekspresi masam, tetapi dia masih berusaha me
Aku sedang melihat laporan keuangan yang ditulis oleh Cindy.Catatan yang dibuat oleh Cindy sangat jelas dan mudah dipahami. Bahkan orang awam sepertiku pun dapat memahaminya.Aku benar-benar menemukan seorang ahli.Saat aku melihat Hairu datang, aku segera memberikan laporan itu pada Cindy.Aku juga merasa sedikit waspada pada Hairu.Mau bagaimana lagi. Hairu dan Dono tidak sejalan dengan kami, jadi aku harus waspada padanya.Jika awalnya aku punya cukup dana, aku tidak akan mau bekerja sama dengan mereka.Kami tidak seharusnya memiliki niat untuk menyakiti orang lain, tetapi kami harus waspada pada orang lain.Semuanya demi klinik makin berkembang."Edo, aku ingin memberitahumu sesuatu."Aku berjalan ke ruang istirahat dan duduk. Hairu juga mengikutiku.Barusan, Hairu melihatku meletakkan laporan itu. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Namun, Hairu pasti merasa agak tidak senang. Dia berpikir bahwa kami adalah partner sekarang. Namun, aku bahkan masih waspada padanya.Hairu merasa
Saat sore, klinik tidak begitu sibuk. Pertama, para bos sudah pulang. Kedua, arus pelanggan lebih sedikit dibandingkan pagi hari.Semua staf bisa bernapas lega.Saat kami kembali, Dono bekerja dengan bahagia. Meskipun dia berkeringat deras, dia tidak mengeluh.Kiki cukup terkejut. "Kenapa anak itu begitu bahagia?"Zudith menatap Dono dengan curiga. "Apa yang sedang dilakukan orang itu? Edo, menurutmu apa kita harus mengusirnya?"Aku pikir-pikir, lalu berkata, "Dia juga seorang pemegang saham. Meskipun sahamnya sangat kecil, kita nggak boleh mengabaikannya.""Karena dia bersedia melakukannya, biarkan saja. Tapi, kalian harus mengawasinya. Biarkan dia melakukan pekerjaan sambilan. Jangan biarkan dia berhubungan dengan informasi rahasia."Aku masih merasa sangat waspada pada Dono.Aku lebih baik berhati-hati daripada menyesal.Hal-hal seperti pengelolaan keuangan, jalur pembelian bahan obat-obatan, informasi beberapa pelanggan penting dan yang lainnya lebih aman di tangan kami.Sementara
Saat ini, dia melihat harapan. Dono perlahan-lahan memperlihatkan taringnya.Dia akan menunggi waktu yang tepat tiba....Karena ini adalah hari pertama pembukaan klinik, Harmin memperkenalkanku pada banyak pelanggan. Dia merekomendasikan aku satu per satu."Halo, Pak Tommy!""Halo, Pak Wongso!""Halo, Pak Toni!"Aku bersosialisasi dengan para bos satu per satu.Selain itu, aku menghafal penampilan dan kontak semua orang.Karena aku telah memutuskan untuk bekerja sendiri. Tentu saja, koneksi dan jaringan pribadi itu sangat penting.Orang-orang ini adalah koneksi dan jaringan yang diberikan oleh Harmin. Aku memperoleh semua ini dengan susah payah. Aku harus menghargainya.Setelah serangkaian acara sosial, aku merasa mulut kering. Tenggorokanku seolah hampir berasap.Kiki memberiku segelas air, lalu berkata, "Cepat minum. Suaramu sudah serak."Aku mengambil cangkir itu, lalu meminumnya sekaligus.Akhirnya, aku merasa sedikit lebih baik.Meskipun aku merasa sangat lelah, menurutku itu sep
"Tunggu sebentar," kataku dengan suara nyaring.Tio mengerutkan kening, lalu berkata menatapku, "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"Aku sama sekali tidak takut. Aku menatap langsung ke arahnya. "Pak Tio, aku nggak tahu dendam apa yang terjadi di antara kita hingga kamu berusaha keras mencari masalah denganku. Tapi, aku beri tahu, kejadian hari ini hanya akan terjadi satu kali.""Kalau terjadi lagi, jangan salahkan aku karena bersikap kasar padamu!"Tio mengepalkan tangannya. Matanya tampak seperti api yang hendak menyembur.Tepat saat dia hendak murka, Jessy segera menariknya, "Pak Tio, ayo, ayo pergi berbelanja."Tio tampak sangat marah. Namun, dia tidak bisa melampiaskannya.Aku menatap Bella, lalu berkata dengan tulus, "Terima kasih.""Siapa yang menabur angin, akan menuai badai. Sebaiknya kamu berhati-hati," kata Bella dengan makna tersembunyi.Aku menghela napas panjang.Apakah aku salah atas hal ini?Jessy yang berinisiatif menemuiku. Karena Jessy, Tio menjadi iri dan cemburu.Na