Aku tidak dapat menerima bahwa diriku dipermainkan oleh Nancy.Aku sangat kesal.Namun, aku terus memberi tahu diri sendiri bahwa Nancy adalah wanita seperti itu. Sekarang, aku mengetahui wujud aslinya, ini hal baik.Lebih baik tersakiti sekarang!Setelah berpikir demikian, suasana hatiku membaik.Namun, kalau tidak pergi ke rumah Kak Nancy, aku bisa pergi ke mana?Aku mengirimkan pesan ke Kak Nia untuk menanyakan apakah dia sudah pulang. Dia mengatakan bahwa sementara dia tidak akan pulang.Aku pun tidak ingin pulang.Haruskah aku pergi ke rumah Kak Lina?Aku ingin pergi mencari Kak Lina, tetapi rumah Kak Lina sangat dekat dengan rumah kakakku, aku takut ketahuan.Sekarang, kakakku sangat dekat dengan Johan. Kalau Johan tahu aku berhubungan dengan Kak Lina, dia mungkin akan mencari masalah dengan Kak Lina.Selain itu, sekarang Sharlina tinggal di rumah Kak Lina. Kak Lina perlu merawat Sharlina dan aku, sungguh melelahkan.Setelah berpikir panjang, aku mengurungkan niatku.Kalau tidak
"Dia minum obat. Kalau aku ditangkap, aku bisa mati." Wanita itu sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik tirai sambil berteriak minta tolong.Awalnya, aku ingin menolongnya. Namun, setelah mendengar bahwa pria itu meminum obat, aku pun mengurungkan niatku.Pria botak ini tampak sulit dihadapi, apalagi di bawah pengaruh obat. Kalau aku mendekat, bukankah aku yang celaka?Bukannya aku pengecut, tetapi aku merasa aku tidak perlu menolong wanita itu.Pertama, wanita itu tidak tampak seperti wanita baik-baik. Mereka melakukan hal seperti ini, berarti hubungan mereka tidak biasa.Kedua, meskipun aku muda dan terlatih, pria botak itu sangat garang. Aku tidak akan sanggup menghadapinya.Singkatnya, aku tidak perlu membahayakan diri sendiri demi menyelamatkan orang yang tidak kukenal.Bagaimanapun, nyawaku berharga. Aku masih punya orang tua.Kalau terjadi sesuatu padaku, orang tuaku dan para wanita yang mencintaiku akan sedih.Aku berkata pada wanita itu, "Jaga diri, aku pergi cari bantuan.
Aku tahu mereka marah karena aku meminta mereka membersihkan kamar di waktu seperti ini.Aku pun pergi mencari makan dan berencana kembali seusai makan.Degan begitu, mereka tidak akan bisa membentakku.Aku jarang menginap di hotel. Selain bermalam dengan Charlene waktu itu, ini adalah pertama kalinya.Biaya yang dikeluarkan berbeda jauh, begitu juga dengan pengalaman yang kurasakan.Kelak, aku tidak akan menginap di hotel murah seperti ini lagi.Aku menemukan warung yang masih beroperasi, lalu memesan sate dan bir.Aku seperti sedang bersantai, tetapi sebenarnya, aku sangat kesepian.Alangkah baiknya kalau Kak Nia atau Kak Lina bisa menemaniku.Mengingat Kak Lina, entah bagaimana hubungannya dengan kakakku.Aku agak mengkhawatirkannya.Sedangkan Kak Lina, seharusnya sudah berada di rumah.Kehidupan Kak Lina sangat sederhana, tidak ada yang istimewa.Wanita seperti ini cocok dijadikan istri.Aku mengirimkan pesan ke Kak Lina. "Kak Lina, kamu sedang apa?"Kak Lina segera membalasku. "Se
Mungkin karena suasana hatiku kurang baik. Setelah mengetahui sifat asli Kak Nancy dan terpuruk seperti ini, aku menginginkan pelukan hangat.Aku tidak bisa memperoleh kehangatan dari Kak Nia. Bagaimanapun, masih ada kakakku di antara aku dan Kak Nia.Hanya Kak Lina yang dapat memberikan semua ini padaku.Tanpa sadar, aku merasa Kak Lina adalah sandaran terbesarku di kota ini."Edo, kalau sedih, datang. Pintu rumahku terbuka lebar untuk kamu." Kak Lina sangat baik, selalu memikirkan perasaanku.Aku bertanya sambil tersenyum, "Kamu nggak takut adik sepupumu tahu hubungan kita?"Kak Lina menjawab, "Takut. Tapi, cepat atau lambat, hubungan kita bakal terekspos. Soal adik sepupuku, dia sangat polos. Cuma anak gadis, bisa dikelabui.""Kak Lina, kamu sedang merayuku pergi ke rumahmu?" Hatiku tergerak. Karena Kak Lina terang-terangan mengungkapkan niatnya, tentu saja aku goyah.Kak Lina berkata sambil tersenyum, "Kalau gitu datang. Kalau kamu berani datang, aku berani lakukan apa pun.""Aku .
Aku tidak mengerti mengapa Wiki menelepon orang tuaku. Bahkan mengataiku seperti itu.Aku membuka blokir kontak Wiki, lalu meneleponnya. "Apa maksudmu? Kenapa telepon orang tuaku? Bahkan katai aku macam itu."Wiki menjawab dengan tenang, "Yang kubilang sama Paman dan Bibi fakta, apa ada yang salah?"Aku berkata dengan tegas, "Bukan masalah benar salah. Masalahnya, kamu nggak seharusnya telepon orang tuaku!"Wiki tiba-tiba berteriak, "Kamu kira aku sengaja? Siapa suruh kamu nggak tepat janji.""Sialan, kapan aku nggak tepat janji?""Kamu masih berani kasari aku? Kutanyakan padamu. Waktu aku pergi mencarimu, kamu janji apa? Kamu bilang, kamu bakal tanya ke Kak Nia dan kasih aku jawaban. Aku sudah tunggu seharian, kamu sama sekali nggak kabari aku."Aku tidak mengabarinya karena Kak Nia menyuruhku untuk tidak ikut campur dalam masalah ini dan dia akan menangani masalah ini sendiri.Jadi, aku tidak lanjut bertanya.Mungkin Kak Nia akan mengabaikan Wiki untuk beberapa saat. Sedangkan Wiki s
"Aku mulai dari nol, tanpa bantuan siapa pun. Aku berdoa ke Kakek, Nenek buat sampai di titik ini.""Aku introspeksi diri sendiri. Selama menikah, aku nggak pernah rugikan kakak iparmu.""Tapi sekarang, dia bawa kabur semua uangku. Aku mana bisa tenang?"Aku merasa kasihan sekaligus marah.Aku mengasihaninya karena aku juga berasal dari pedesaan. Aku dapat memahami jerih payah Wiki.Aku marah karena dia mengatakan Kak Nia membawa kabur semua uangnya.Dia giat dan kerja keras, tetapi dia tidak seharusnya mencurigai Kak Nia.Dia tidak tahu Kak Nia orang seperti apa?Aku dan Kak Nia baru tinggal bersama beberapa hari, tetapi aku dapat merasakan Kak Nia adalah gadis yang baik, dia tidak pernah berpikir untuk menceraikan kakakku.Sedangkan kakakku? Bagaimana boleh dia mengatai Kak Nia seperti itu?Aku berkata dengan marah, "Kamu gila, gila parah! Kalau Kak Nia mau cerai sama kamu, sudah lama cerai, nggak bakal tunggu sampai sekarang.""Kamu nggak tahu isi pikiran Kak Nia, tapi malah salahka
Aku tahu aku dan Kak Nia tidak mungkin bersama. Kak Nia pun tidak berencana bercerai. Jadi, aku akan membantunya mempertahankan hubungan ini.Cara paling ampuh adalah membuat Wiki merasa bersalah. Dengan begitu, ke depannya, dia akan memperlakukan Kak Nia dengan baik.Melihat waktu sudah larut, aku berkata pada Wiki, "Kamu tahu Kak Nia kesepian, bukannya baik sama dia, malah jebak dia. Kamu sungguh berengsek!""Kalau bukan karena kamu adalah kakakku, aku sungguh ingin menghajarmu!""Edo, berkat kamu, aku sudah tahu salah. Kalau kamu nggak marahi aku, aku nggak bakal sadar." Wiki mulai mengaku salah.Sebenarnya, aku merasa bersalah padanya. Bagaimanapun, aku diam-diam berhubungan dengan Kak Nia.Namun, aku berbuat seperti itu untuk memuaskan Kak Nia.Kalau tidak, Kak Nia sangat kasihan.Aku mengaku. Di antara Wiki dan Kak Nia, aku memilih Kak Nia.Namun, selain hal ini, aku tidak berbuat salah pada Wiki.Dia baik padaku karena memiliki niat tertentu.Aku akan membalas budi, tetapi tidak
"Ah, jangan, nanti dilihat orang," kata seorang gadis. Dia menolak dengan malu-malu.Pria itu berkata, "Nggak usah takut, masih pagi, siapa datang ke sini pagi-pagi begini?"Gadis itu menjawab, "Nggak boleh, kalau ....""Nggak ada kalau, cepat."Kemudian, aku melihat pria itu mengangkat rok gadis itu dengan buru-buru.Aku segera bersembunyi di samping sambil berpikir, 'Masih pagi, kenapa nggak lakukan di rumah? Malah berhubungan di tempat umum.'Apalagi ini tempat umum, mereka tidak takut dilihat orang?Alhasil, aku melihat adegan ini dan merasa sangat canggung.Aku hendak pergi diam-diam dan berpura-pura tidak melihat apa pun.Namun saat ini, aku melihat seorang pria sedang menonton sambil merekam mereka dengan ponselnya.Perbuatannya sangat tidak etis.Pasangan muda berhubungan adalah hal yang wajar. Namun, dia malah merekam, sungguh tidak etis.Aku hendak menghentikannya, tetapi takut mengganggu pasangan muda itu.Aku membungkuk untuk mengambil batu kerikil dan melemparkannya.Batu
Andre langsung melemparku ke tanah.Setelah aku memikirkannya dengan saksama, aku mengerti apa yang dia maksudnya. Ternyata Andre hanya menggodaku.Hanya saja, saat itu aku sangat bersemangat. Aku ingin membuktikan tekadku di hadapan Andre. Jadi, aku ingin melompat tanpa berpikir panjang.Aku berdiri dan tersenyum canggung. "Ini karena aku takut kalau aku nggak melompat, kamu akan menganggapku pengecut dan memandang rendah diriku.""Apa kamu pikir aku akan menganggapku penting kalau kamu melompat?" tanya Andre.Aku malu hingga wajahku memerah."Bukan itu maksudku. Aku tahu aku nggak meninggalkan kesan yang baik padamu. Kamu nggak akan menganggapku penting.""Tapi, aku nggak ingin seperti ini. Hanya saja, Larto terlalu kuat.""Aku nggak punya keberanian dan tekad sepertimu. Jujur saja, aku memang sedikit pengecut. Tapi, aku nggak ingin menjadi pengecut seumur hidupku. Jad, aku harus mengubah diriku."Andre sudah mengendarai sepeda motornya. "Kalau kamu benar-benar ingin mengubah dirimu,
Orang yang menarik tali itu tidak lain adalah Andre yang berdiri di tepi sungai.Andre berdiri di tepi sungai. Penampilannya itu tampak sangat tampan.Sekalipun dia menendangku hingga terjatuh dan melilitkan tali di leherku.Namun, aku tidak marah sama sekali.Hal ini karena Andre sangat tampan. Dalam situasi itu, dia mampu melingkarkan tali ke leherku dengan sangat akurat. Dia adalah idolaku."Kak Andre, terima kasih," kataku sambil tersenyum dan merangkak keluar dari sungai.Andre menatapku dengan ekspresi masam. "Terima kasih untuk apa? Terima kasih karena aku menendangmu ke sungai? Atau terima kasih karena menyelamatkan hidupmu?""Terima kasih. Tendanganmu tadi telah membuatku melihat dengan jelas perbedaan antara kamu dan aku. Aku menjadi semakin mengagumimu," kataku dengan tulus. Aku bukan untuk menyanjungnya.Andre langsung tertawa, "Demi menjadi muridku, kamu bahkan berani mengatakan hal gila seperti itu.""Kamu salah. Aku mengucapkan kata-kata ini dari hatiku. Aku nggak punya
Aku segera berlari ke sungai. Aku takut dia akan terhanyut di sungai.Namun, aku segera menyadari bahwa aku telah meremehkan Andre. Tidak, aku benar-benar sangat meremehkannya!Andre muncul dari sungai yang deras. Dia bahkan berenang di dalamnya.Saat ini, aku benar-benar terkejut!Ternyata seorang master dapat melampaui orang biasa dan menantang alam.Aku benar-benar tercengang.Aku ingin tahu apakah aku bisa mencapai level Andre dalam hidupku?Aku berdiri di pantai selama lebih dari 20 menit sebelum Andre keluar dari parit.Saat ini, warna kulitnya telah kembali normal.Saat dia menatapku dengan tatapan tajam, jantungku tiba-tiba berdebar kencang."Ka ... Kak Andre, kamu baik-baik saja?" tanyaku dengan hati-hati.Aku tidak bisa menahan diri untuk melihat tubuh Andre yang berotot.Andre memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus. Tubuhnya berbentuk segitiga terbalik yang disukai semua wanita. Selain itu, ototnya tampak kuat dengan kulit berwarna gandum yang sangat menarik.Bahkan pria de
"Kenapa kamu begitu merepotkan? Kalau kamu nggak membantuku, jangan harap aku akan membantumu." Naila tampak marah.Pada saat kritis ini, aku tidak berani menyinggung wanita ini. Jadi, aku hanya bisa berkompromi dan menyetujuinya."Oke, oke. Aku setuju. Tapi, kali ini saja. Kamu harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kalau kamu melewatkan kesempatan ini, jangan salahkan aku."Naila segera menjadi gembira lagi. "Oke."Setelah berkata, dia pergi menemui Andre dengan penuh semangat.Aku mendesah dengan tidak berdaya. Kemudian, aku mengeluh dalam hatiku, "Pak Harmin, jangan salahkan aku. Aku melakukan ini demi Aula Damai."Aku diam-diam menaruh beberapa herba ke dalam kopi, lalu meminta Sean untuk membawakannya.Dengan begitu, Andre tidak akan mudah menyadarinya.Dengan Andre datang membantu, aku merasa jauh lebih tenang.Sementara masalah Naila dan Andre, aku tidak peduli sama sekali.Masalah itu urusan mereka. Hal itu tidak ada hubungannya dengan kami.Alhasil, saat kami sedang s
"Eh, apa yang kamu katakan? Aku nggak menyinggungmu. Kenapa kamu nggak bisa mendoakanku saja?" kataku dengan tidak berdaya.Naila mendengus dengan nada dingin, "Beraninya kamu bilang kamu nggak menyinggung perasaanku? Omong kosong macam apa yang kamu ajarkan padaku terakhir kali? Kamu membuat aku dan Andre bahkan nggak berbicara beberapa waktu ini."Seketika, aku langsung merasa canggung.Pandanganku tertuju pada wajah Andre. Aku melihat tatapan matanya dingin, seakan sedang mengamatiku. Dia mungkin bertanya-tanya mengapa aku mengajari Naila berbuat seperti itu?Aku bahkan tidak berani menatap matanya."Eh, kamu mau minum? Sean, cepat pergi tuangkan minum untuk mereka."Naila mengulurkan tangannya untuk menyela, "Nggak perlu ambilkan minum. Nona Bella meminta kami datang untuk membantumu.""Bella?"Bella pasti mengetahui situasi Aula Damai dari Yuna di rumah sakit. Jadi, dia mengirim Naila dan Andre untuk mendukung kami.Aku langsung berterima kasih kepada Bella.Meskipun wanita ini me
"Untunglah kita sampai di sini tepat waktu. Kalau nggak, sekalipun kamu mati di sini hari ini, nggak akan ada orang yang tahu."Tatapan mata Yasan tiba-tiba menjadi tegas. "Tapi, aku nggak menyesalinya sama sekali. Aku hanya menyesal nggak bisa mengebiri Yasan."Aku mengulurkan tangan, lalu menepuk bahu Yasan beberapa kali. "Nggak ada kata terlambat bagi seorang pria untuk membalas dendam. Kita punya banyak kesempatan.""Kemarin sore, Kak Bertha datang ke toko untuk mencarimu. Dia sangat cemas. Aku akan mengantarmu pulang sebentar lagi."Yasan menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku nggak akan pulang. Aku nggak boleh pulang.""Kenapa? Apa kamu nggak mau pulang? Apa kamu berencana untuk mencari wanita jalang itu?" tanya Kiki dengan tidak senang.Yasan berkata, "Aku dan Tasya nggak akan berhubungan lagi, tapi ... aku masih belum bisa pulang.""Kenapa? Aku nggak mengerti ...." kata Kiki dengan santai. Dia tidak dapat menemukan alasannya.Namun, aku punya dugaan samar tentang hal itu.M
Aku tidak melepaskannya karena aku tidak yakin apakah Hairu akan menyesalinya setelah aku melepaskannya?Aku mengamati kerumunan, lalu aku segera melihat Yasan. "Pak Yasan, bagaimana? Apa kamu sudah membalas dendam?"Yasan dipukul beberapa kali, lalu dia berkata sambil menggertakkan giginya, "Aku membiarkan orang itu kabur.""Sialan, kalau begitu kita pergi dulu. Kita bicarakan ini lain hari?" usulku.Yasan masih marah. Namun, setelah dia memikirkan aku dan Kiki, dia mengangguk.Awalnya, Yasan berencana membunuh Kiki lalu menyerahkan diri. Namun, sekarang Kiki dan aku ikut bergabung, Yasan harus mempertimbangkan kami.Aku meminta Yasan untuk datang, lalu aku menodongkan pisau ke leher Hairu. "Katakan pada orang-orangmu untuk tinggal di sini. Kamu keluar bersama kami!"Aku berencana untuk membawa Hairu pergi.Begitu melihat aku melepaskan tanganku, Hairu menjadi tenang dengan perlahan. "Oke. Aku akan mendengarkanmu. Kalian tetaplah di sini dengan patuh. Nggak ada seorang pun yang diizin
Kiki bertanya padaku, "Bagaimana ini? Haruskah kita pergi dan menghentikan mereka?"Aku berkata sambil menggertakkan gigi, "Nggak! Bajingan itu mempermalukan Yasan seperti itu. Kalau aku, aku juga pasti ingin mengebiri dia."Saat kami tengah berbincang, beberapa sosok berjalan dengan tergesa-gesa.Mereka adalah Hairu dan rombongannya.Hairu menatap Yasan dengan ekspresi masam. "Sialan, kamu membuat masalah di tempatku. Apa kamu sudah bosan hidup?""Ayo!"Setelah melihat waktu sudah hampir tiba, aku bergegas menghampiri Kiki.Aku berdiri di depan Yasan."Kak Hairu, tolong, tolong aku ...." teriak Willy pada Hairu.Aku berkata ambil menendangnya dengan keras, "Diam! Bahkan kalau raja surga datang pun, dia nggak akan bisa menyelamatkanmu hari ini!""Pak Hasan, aku tahu apa yang ingin kamu lakukan. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Kami akan mengawasimu.""Edo, kamu gila, ya? Ini melanggar hukum," kata Kiki sambil menatapku.Aku berkata sambil menggertakkan gigiku, "Kiki, kalau itu
Willy menghindar dengan cepat, tetapi pisau itu tetap memotong bahunya.Seketika, Willy berteriak kesakitan.Suasana menjadi kacau.Willy menutupi lukanya dan berteriak, "Tolong, cepat kemari. Bunuh dia ...."Awalnya, Yasan ingin membunuh Willy dengan satu tebasan. Namun, dia tidak menyangka Willy akan menghindarinya.Karena tidak memiliki pengalaman bertempur, Yasan menjadi panik. Dia bahkan tidak tahu ke mana perginya pisau baja di tangannya.Melihat semua orang di bar bergegas mendekat, Yasan segera berbalik dan melarikan diri.Tasya bersembunyi di samping sambil menyaksikan dengan cemas.Tasya mengeluarkan ponsel dan meneleponku sambil menangis."Pak Yasan ada di Bar Scarlet. Barusan, dia menebas Willy dengan pisau. Sekarang, Willy ingin membunuhnya ...."Setelah mengetahui lokasi Yasan, aku segera bergegas keluar dari klinik.Kiki baru saja kembali dari membeli sarapan.Aku segera menarik Kiki ke dalam mobil, "Yasan melukai Willy di Bar Scarlet, kita harus pergi ke sana untuk memb