Bukannya aku takut pada Dono, tetapi aku takut Dono akan membesarkan masalahku dengan Helena.Yang kutakuti adalah pria di balik Helena, Tiano!Menakutkan!Wajar kalau aku berpikir demikian.Bagaimanapun, Dono bukan orang baik. Dia mungkin diam-diam menjebakku.Namun, setelah dipikir-pikir, Tiano bukan orang biasa. Dia adalah bos besar, bagaimana mungkin orang sekelas Dono dapat bertemu dengannya?Setelah berpikir demikian, aku menjadi jauh lebih lega.Aku mengabaikan Dono dan kembali ke kamarku.Sore hari, aku melayani tiga tamu wanita. Semuanya cantik, memiliki tubuh ideal dan karismatik.Menghasilkan uang sambil menikmati wanita cantik, pekerjaan yang menyenangkan.Sebelum pulang kerja, aku berpamitan pada semuanya dan pergi.Aku menelepon Kak Nancy dan berpikir bahwa malam ini aku akan bersenang-senang dengan Kak Nancy.Panggilan tersambung. Terdengar suara pria dari ujung lain telepon. "Siapa kamu?"Suara berat pria ini membuatku hampir mengompol.Aku melihat layar ponsel untuk me
Aku tidak dapat menerima bahwa diriku dipermainkan oleh Nancy.Aku sangat kesal.Namun, aku terus memberi tahu diri sendiri bahwa Nancy adalah wanita seperti itu. Sekarang, aku mengetahui wujud aslinya, ini hal baik.Lebih baik tersakiti sekarang!Setelah berpikir demikian, suasana hatiku membaik.Namun, kalau tidak pergi ke rumah Kak Nancy, aku bisa pergi ke mana?Aku mengirimkan pesan ke Kak Nia untuk menanyakan apakah dia sudah pulang. Dia mengatakan bahwa sementara dia tidak akan pulang.Aku pun tidak ingin pulang.Haruskah aku pergi ke rumah Kak Lina?Aku ingin pergi mencari Kak Lina, tetapi rumah Kak Lina sangat dekat dengan rumah kakakku, aku takut ketahuan.Sekarang, kakakku sangat dekat dengan Johan. Kalau Johan tahu aku berhubungan dengan Kak Lina, dia mungkin akan mencari masalah dengan Kak Lina.Selain itu, sekarang Sharlina tinggal di rumah Kak Lina. Kak Lina perlu merawat Sharlina dan aku, sungguh melelahkan.Setelah berpikir panjang, aku mengurungkan niatku.Kalau tidak
"Dia minum obat. Kalau aku ditangkap, aku bisa mati." Wanita itu sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik tirai sambil berteriak minta tolong.Awalnya, aku ingin menolongnya. Namun, setelah mendengar bahwa pria itu meminum obat, aku pun mengurungkan niatku.Pria botak ini tampak sulit dihadapi, apalagi di bawah pengaruh obat. Kalau aku mendekat, bukankah aku yang celaka?Bukannya aku pengecut, tetapi aku merasa aku tidak perlu menolong wanita itu.Pertama, wanita itu tidak tampak seperti wanita baik-baik. Mereka melakukan hal seperti ini, berarti hubungan mereka tidak biasa.Kedua, meskipun aku muda dan terlatih, pria botak itu sangat garang. Aku tidak akan sanggup menghadapinya.Singkatnya, aku tidak perlu membahayakan diri sendiri demi menyelamatkan orang yang tidak kukenal.Bagaimanapun, nyawaku berharga. Aku masih punya orang tua.Kalau terjadi sesuatu padaku, orang tuaku dan para wanita yang mencintaiku akan sedih.Aku berkata pada wanita itu, "Jaga diri, aku pergi cari bantuan.
Aku tahu mereka marah karena aku meminta mereka membersihkan kamar di waktu seperti ini.Aku pun pergi mencari makan dan berencana kembali seusai makan.Degan begitu, mereka tidak akan bisa membentakku.Aku jarang menginap di hotel. Selain bermalam dengan Charlene waktu itu, ini adalah pertama kalinya.Biaya yang dikeluarkan berbeda jauh, begitu juga dengan pengalaman yang kurasakan.Kelak, aku tidak akan menginap di hotel murah seperti ini lagi.Aku menemukan warung yang masih beroperasi, lalu memesan sate dan bir.Aku seperti sedang bersantai, tetapi sebenarnya, aku sangat kesepian.Alangkah baiknya kalau Kak Nia atau Kak Lina bisa menemaniku.Mengingat Kak Lina, entah bagaimana hubungannya dengan kakakku.Aku agak mengkhawatirkannya.Sedangkan Kak Lina, seharusnya sudah berada di rumah.Kehidupan Kak Lina sangat sederhana, tidak ada yang istimewa.Wanita seperti ini cocok dijadikan istri.Aku mengirimkan pesan ke Kak Lina. "Kak Lina, kamu sedang apa?"Kak Lina segera membalasku. "Se
Mungkin karena suasana hatiku kurang baik. Setelah mengetahui sifat asli Kak Nancy dan terpuruk seperti ini, aku menginginkan pelukan hangat.Aku tidak bisa memperoleh kehangatan dari Kak Nia. Bagaimanapun, masih ada kakakku di antara aku dan Kak Nia.Hanya Kak Lina yang dapat memberikan semua ini padaku.Tanpa sadar, aku merasa Kak Lina adalah sandaran terbesarku di kota ini."Edo, kalau sedih, datang. Pintu rumahku terbuka lebar untuk kamu." Kak Lina sangat baik, selalu memikirkan perasaanku.Aku bertanya sambil tersenyum, "Kamu nggak takut adik sepupumu tahu hubungan kita?"Kak Lina menjawab, "Takut. Tapi, cepat atau lambat, hubungan kita bakal terekspos. Soal adik sepupuku, dia sangat polos. Cuma anak gadis, bisa dikelabui.""Kak Lina, kamu sedang merayuku pergi ke rumahmu?" Hatiku tergerak. Karena Kak Lina terang-terangan mengungkapkan niatnya, tentu saja aku goyah.Kak Lina berkata sambil tersenyum, "Kalau gitu datang. Kalau kamu berani datang, aku berani lakukan apa pun.""Aku .
Aku tidak mengerti mengapa Wiki menelepon orang tuaku. Bahkan mengataiku seperti itu.Aku membuka blokir kontak Wiki, lalu meneleponnya. "Apa maksudmu? Kenapa telepon orang tuaku? Bahkan katai aku macam itu."Wiki menjawab dengan tenang, "Yang kubilang sama Paman dan Bibi fakta, apa ada yang salah?"Aku berkata dengan tegas, "Bukan masalah benar salah. Masalahnya, kamu nggak seharusnya telepon orang tuaku!"Wiki tiba-tiba berteriak, "Kamu kira aku sengaja? Siapa suruh kamu nggak tepat janji.""Sialan, kapan aku nggak tepat janji?""Kamu masih berani kasari aku? Kutanyakan padamu. Waktu aku pergi mencarimu, kamu janji apa? Kamu bilang, kamu bakal tanya ke Kak Nia dan kasih aku jawaban. Aku sudah tunggu seharian, kamu sama sekali nggak kabari aku."Aku tidak mengabarinya karena Kak Nia menyuruhku untuk tidak ikut campur dalam masalah ini dan dia akan menangani masalah ini sendiri.Jadi, aku tidak lanjut bertanya.Mungkin Kak Nia akan mengabaikan Wiki untuk beberapa saat. Sedangkan Wiki s
"Aku mulai dari nol, tanpa bantuan siapa pun. Aku berdoa ke Kakek, Nenek buat sampai di titik ini.""Aku introspeksi diri sendiri. Selama menikah, aku nggak pernah rugikan kakak iparmu.""Tapi sekarang, dia bawa kabur semua uangku. Aku mana bisa tenang?"Aku merasa kasihan sekaligus marah.Aku mengasihaninya karena aku juga berasal dari pedesaan. Aku dapat memahami jerih payah Wiki.Aku marah karena dia mengatakan Kak Nia membawa kabur semua uangnya.Dia giat dan kerja keras, tetapi dia tidak seharusnya mencurigai Kak Nia.Dia tidak tahu Kak Nia orang seperti apa?Aku dan Kak Nia baru tinggal bersama beberapa hari, tetapi aku dapat merasakan Kak Nia adalah gadis yang baik, dia tidak pernah berpikir untuk menceraikan kakakku.Sedangkan kakakku? Bagaimana boleh dia mengatai Kak Nia seperti itu?Aku berkata dengan marah, "Kamu gila, gila parah! Kalau Kak Nia mau cerai sama kamu, sudah lama cerai, nggak bakal tunggu sampai sekarang.""Kamu nggak tahu isi pikiran Kak Nia, tapi malah salahka
Aku tahu aku dan Kak Nia tidak mungkin bersama. Kak Nia pun tidak berencana bercerai. Jadi, aku akan membantunya mempertahankan hubungan ini.Cara paling ampuh adalah membuat Wiki merasa bersalah. Dengan begitu, ke depannya, dia akan memperlakukan Kak Nia dengan baik.Melihat waktu sudah larut, aku berkata pada Wiki, "Kamu tahu Kak Nia kesepian, bukannya baik sama dia, malah jebak dia. Kamu sungguh berengsek!""Kalau bukan karena kamu adalah kakakku, aku sungguh ingin menghajarmu!""Edo, berkat kamu, aku sudah tahu salah. Kalau kamu nggak marahi aku, aku nggak bakal sadar." Wiki mulai mengaku salah.Sebenarnya, aku merasa bersalah padanya. Bagaimanapun, aku diam-diam berhubungan dengan Kak Nia.Namun, aku berbuat seperti itu untuk memuaskan Kak Nia.Kalau tidak, Kak Nia sangat kasihan.Aku mengaku. Di antara Wiki dan Kak Nia, aku memilih Kak Nia.Namun, selain hal ini, aku tidak berbuat salah pada Wiki.Dia baik padaku karena memiliki niat tertentu.Aku akan membalas budi, tetapi tidak