Alya tersenyum tipis."Ya, aku bertemu dengannya."Alya menjelaskan secara singkat apa yang terjadi belakangan ini kepada ayahnya.Bayu mendengarkan dan seketika terkejut."Apa? Dia juga tahu tentang anak-anak? Dia bahkan juga ingin mengurus mereka bersamamu?""Hanya mengurus bersama, tapi dia nggak mendapat hak asuh," koreksi Alya."Tapi kalau seperti ini, apa kamu yakin di masa depan dia nggak akan melawanmu untuk hak asuh?""Kalau dia menandatangani kontrak, apa yang mau dia gunakan untuk melawanku?""Dia mau menandatanganinya?""Kalau dia nggak mau, aku tinggal nggak mengizinkannya mengurus ataupun melihat anak-anak. Apa masalahnya?"Alya melanjutkan dengan santai, "Saat itu, aku akan mengirim anak-anak pada Ayah dan membiarkan mereka tinggal bersama Ayah."Bayu segera menyetujuinya."Perkataanmu benar. Kalau dia berani memperebutkan mereka, kamu kirimkan saja anak-anak ke sini.""Ya.""Tapi ...." Ayahnya masih terdengar ragu. "Apa kamu dan dia sungguh nggak akan mengembangkan lagi
Pada akhirnya, Alya menutup telepon Rizki dengan kacau.Dia bersandar di kursi kantornya, saat ini perasaannya sangat rumit.Persyaratan yang dia cantumkan sebenarnya sangat tidak adil untuk Rizki.Karena, dia ingin Rizki menghabiskan uang dan tenaga untuk anak-anak tanpa mendapatkan apa pun sebagai balasannya. Rizki tidak akan mendapatkan hak asuh, anak-anak juga tidak akan memanggilnya ayah.Dapat dikatakan, Rizki seperti sedang membesarkan anak orang lain.Meskipun kedua anak ini memang memiliki hubungan darah dengannya, mereka memiliki marga Kartika dan tidak akan memanggilnya ayah.Dengan statusnya, Rizki tentu bisa menolak kontrak ini. Bahkan Rizki bisa menggunakan taktik kuatnya itu.Namun, Rizki menyetujui semuanya, bahkan ....Alya menggosok-gosok pelipisnya, mencoba menenangkan dan mengingatkan dirinya."Ini hanya taktiknya, jangan mudah percaya padanya. Juga, hanya karena lukanya sudah sembuh, jangan lupa akan rasa sakit itu. Masa lalu tetaplah masa lalu, dia sudah bukan Riz
Pria itu menjawab dengan suara tertahan, "Mengerti."Akan tetapi, Alya masih belum merasa lega. Dia selalu merasa perkataan Rizki agak aneh. Pria itu selalu berkata bahwa dia setuju dan mengerti, tetapi tindakannya masih semaunya.Tentu saja sebelum Alya dapat berbicara lagi, dia mendengar Rizki berkata, "Tapi aku rasa aku nggak memengaruhi hidupmu."Alya bingung mendengarnya."Bukankah tindakanmu ini memengaruhi hidupku?"Pria di ujung telepon itu terdiam sejenak sebelum berkata, "Mau aku menjemputmu atau nggak, kamu 'kan masih harus mengantar anak-anak ke sekolah dan pulang ke rumah setelah kerja. Kalau aku datang, kamu bisa menghemat uang bensin dan uang sarapan."Sarapan pagi tadi memang dibayarkan oleh Rizki."Jadi apa aku harus berterima kasih padamu?" ucap Alya."Nggak usah." Rizki berkata dengan sungguh-sungguh, "Sudah seharusnya aku melakukan itu untuk ibu dari anak-anakku."Alya terdiam.Dia benar-benar tidak ingin berbicara dengannya."Keluarlah, aku menunggumu di luar."Mun
Mau karena dia telah mengubah-ubah kontraknya dan takut Alya akan melihatnya, atau karena seperti yang dia katakan, bahwa dia benar-benar berpikir membaca di dalam mobil tidak baik untuk mata.Pokoknya, dia sudah menyimpan kontrak itu dan Alya tidak bisa mengeceknya lagi.Memikirkan hal ini, Alya pun kehilangan minat untuk berbicara dengannya.Rizki mungkin dapat membaca pikirannya, sehingga dia juga tidak berbicara lagi.Mereka berdua terus terdiam seperti ini sepanjang perjalanan, sampai akhirnya mereka sampai di sekolah.Pagi tadi, yang mengantar anak-anak masuk ke sekolah adalah Rizki. Sekarang, yang menjemput mereka juga Rizki. Alya sama sekali tidak bergerak. Tak lama kemudian, dia melihat Rizki membawa anak-anaknya kembali.Kedua anak itu segera menghampiri Alya setelah naik ke mobil dan menyapanya.Sementara Rizki belum naik ke mobil, Maya mengangkat kepala kecilnya dan berbisik pada Alya, "Mama, apa Mama sudah menyetujui Paman RezekiMalam menjadi papa kami?"Pertanyaan ini ...
Sang sopir sudah pernah melihat kemampuan Hana sebelumnya. Jadi setelah mendengar perintah Rizki, dia tidak langsung turun dari mobil dan bertanya, "Bagaimana kalau Nona Hana nggak mau pergi?""Kalau begitu, telepon Cahya dan minta dia bawa orang kemari."Begitu Rizki mengucapkan kalimat itu, sang sopir pun mengerti dan langsung mengangguk."Aku mengerti, Pak Rizki."Kemudian dia membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil.Di tengah angin yang dingin, Hana mengencangkan pegangan pada tali tasnya. Di dalamnya terdapat sesuatu yang diberikan oleh ibunya, ibunya bilang benda itu dapat membuatnya berhasil.Sekarang baru sehari setelah terakhir dia menemui Rizki, dia tahu bahwa datang menemui Rizki sekarang tidak akan memberinya banyak kesempatan. Jadi, awalnya dia berencana untuk menunggu beberapa hari lagi. Akan tetapi, ibunya mendesaknya untuk segera bergerak mumpung situasinya belum memburuk. Di bawah bujukan ibunya, Hana pun datang kemari.Hana mengambil napas dalam-dalam.Keberhas
Rizki meragukan apa yang dia dengar.Hana datang menemuinya untuk mengucapkan selamat tinggal? Apa-apaan ini?Rizki menyipitkan matanya dan mengamati Hana yang berdiri di tengah angin malam, wanita itu tampak agak terasingkan.Cuaca sepertinya sangat dingin. Rizki tidak tahu apa yang wanita itu kenakan di dalam bajunya, tetapi tampaknya Hana menggigil. Bahkan pipi putihnya memerah karena dingin.Dari luar, dia memang terlihat menyedihkan dan membuat orang-orang kasihan.Namun, wanita ini telah diam-diam menghapus pesan mengenai kehamilan Alya, bahkan diam-diam memberikan Alya 10 miliar di belakang punggungnya.Tanpa perlu dijelaskan, Rizki sudah tahu apa yang wanita ini ingin lakukan.Jika bukan karena Alya sendiri yang memutuskan untuk melahirkan anak-anak tersebut, dia mungkin sudah kehilangan kedua anak itu.Memikirkan kemungkinan bahwa kedua anak menggemaskan itu bisa menghilang, hati Rizki terasa bagaikan ditusuk pisau.Dia tidak bisa mengasihani wanita ini.Jika membicarakan utan
"Aku akan pergi, jadi aku ingin mengatakan beberapa hal padamu. Apa boleh?"Hana melangkah maju, hendak menarik tangan Rizki.Rizki melangkah mundur menghindarinya, akhirnya dia berkata, "Kalau ada sesuatu katakan saja sekarang."Mendengar ini, Hana melirik ke dalam dan memohon dengan suara kecil, "Aku sangat kedinginan di luar sini, bisakah kita bicara di dalam saja?"Rizki memandang Hana, lalu mengatupkan bibirnya.Beberapa saat kemudian, dia berkata, "Masuklah, katakan semua yang harus kamu katakan malam ini. Setelah ini, aku nggak akan menemuimu lagi."Mendengar ucapannya, Hana pun menggigit bibirnya dengan keras."Aku mengerti. Tenang saja, setelah malam ini, aku akan menghilang dan nggak muncul lagi di hadapanmu."...Di dalam rumah.Hana duduk di sofa dengan segelas air panas di depannya.Dia sudah terlalu lama terkena angin dingin, tubuhnya yang hampir mati rasa pun sekarang perlahan menghangat.Hana menatap segelas air panas itu cukup lama, lalu mengambil napas dalam-dalam dan
Selanjutnya, dia hanya perlu Rizki untuk bekerja sama.Hana sudah menyiapkan mentalnya dan sedang menunggu Rizki menolak permintaannya."Lima persen saham? Oke.""Nggak bisa? Kalau begitu aku ...."Hana baru saja berbicara ketika kata "oke" itu seketika menghancurkan harapannya. Dia tercengang, tidak dapat memercayai apa yang baru saja dia dengar.Apa barusan ... dia salah dengar?Rizki sepertinya menyetujuinya?Lima persen saham?Sebelumnya dia sudah mengecek profitabilitas Perusahaan Saputra. Meskipun dia hanya mengerti secara kasar, berdasarkan apa yang dia tahu, bila Rizki benar-benar memberinya 5 persen saham Perusahaan Saputra, maka kekayaannya akan meningkat pesat.Namun ... bagaimana bisa Rizki menyetujuinya?Hana menatapnya dengan tidak percaya."Rizki, kamu ...."Rizki benar-benar bersedia memberinya 5 persen saham Perusahaan Saputra? Hanya supaya dia bisa memutus hubungan dengannya?Dia benar-benar rela berbuat sampai sejauh ini demi Alya?Menyadari bahwa Rizki melakukan ini